Memahami 4 Tahap Pengembangan Obat Corona, Butuh Waktu 18 Bulan

Rabu, 8 April 2020 05:30 WIB

ilustrasi obat (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Terdapat dua strategi utama pengembangan obat virus corona alias Covid-19, yaitu pengembangan obat yang digunakan kembali (drug repurposing), dan pengembangan obat herbal. Dalam konteks drug repurposing, pemerintah memilih untuk menggunakan avigan dan kloroquin, yang aslinya merupakan obat influenza dan infeksi parasitik.

Dosen Departemen Bioinformatika, Fakultas Biosains, Indonesia International Institute for Life Sciences Arli Aditya Parikesit mengatakan alasan mengapa strategi drug repurposing digunakan, karena strategi ini yang paling efisien dibanding yang lain.

Terutama karena informasi mengenai adsorpsi, distribusi, metabolisme, dan toksisitas (ADME-TOX) obatnya pada hewan dan manusia sudah ada, sehingga akan lebih mudah untuk desain eksperimentalnya dari tahap awal, sampai dengan tahap akhir pengembangan obat itu sendiri.

"Namun strategi pengembangan obat herbal juga penting, karena ini terkait pemanfaatan kearifan lokal bangsa kita, dan ini penting untuk prestise kebangsaan kita," ucap Arli saat dihubungi Tempo.co, Minggu 5 April 2020.

Strategi ini dipilih, lanjut dia, karena salah satunya terinspirasi dengan Cina yang sangat berhasil dengan pengembangan obat berbasis herbal mereka. Namun perlu melakukan uji ADME-TOX yang sangat komprehensif untuk mengkaji kandidat obat dari sumber herbal tersebut, karena selama ini mereka diformulasikan sebagai jamu, yang banyak campurannya.

Arli menjelaskan jika dalam mengembangkan obat ada 4 tahapan, berikut deskripsi masing-masing tahapan yang dimaksud:

  1. Tahap in silico
    Tahap ini menggunakan metoda komputasi untuk mendesain cetak biru obat (lead compound). Metode ini berpusat pada kurasi basis data biologis, dan analisis data kurasi tersebut. Tahap in silico ini adalah domain para bioinformatisi seperti yang tim Arli lakukan.

  2. Tahap in vitro
    Nah, tahap kedua adalah tahap in vitro. Di tahap in vitro, desain obat yang ditemukan oleh bioinformatisi akan disintesis oleh pakar biomedis, farmasi, dan bioteknologi kedokteran, untuk kemudian diuji pada sel.

  3. Tahap in vivo
    Tahap ketiga adalah tahap in vivo, dimana kandidat obat tersebut akan diuji coba pada hewan, seperti mencit, kelinci, atau bahkan pada monyet makaka. Tahap in vivo biasanya dilakukan orang farmasi, kedokteran, dan biomedis.

  4. Tahap uji klinis
    Tahap terakhir adalah uji klinis, yang paling menentukan. Di tahap ini, dokter merupakan person in charge yang sangat menentukan, karena mereka menguji obat pada pasien, dan mengkaji respon pasien terhadap obat tersebut.

    "Untuk memasuki tahap uji klinis juga tidak mudah, karena kita harus mempresentasikan desain eksperimen kepada Komisi Etik Kedokteran di Fakultas Kedokteran yang bereputasi. Komisi etik ini beranggotakan pakar farmakologi, virologi, internist, maupun spesialisasi yang terkait dengan pengujian obat," ucap Arli.
Advertising
Advertising

Setelah lolos uji klinis, baru disiapkan perizinannya ke badan Pengawas Obat dan Makanan, maupun marketing obatnya. Keseluruhan tahapan ini bisa dilalui minimal dalam 18 bulan, dan dalam banyak kasus akan lebih lama dari rentang waktu tersebut. Investasi yang disiapkan juga tidaklah kecil.

Jadi dari keempat tahap tersebut, bioinformatisi fokus terutama pada tahap pertama, bukan pada tahap lainnya. Mengapa bioinformatika akhirnya digunakan sebagai awal dari tahap-tahap lainnya?

"Karena bioinformatika berperan sangat penting dalam efisiensi dana, waktu, dan SDM untuk keseluruhan eksperimen tersebut. Jika cetak biru di tahap pertama sudah bagus, diharapkan di tahap-tahap selanjutnya sudah menjadi semakin baik," ungkapnya.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

4 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

1 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

1 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

9 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya