Bercanda Ramah Perempuan, Bagaimana Caranya?
Reporter
Antara
Editor
Mitra Tarigan
Rabu, 22 April 2020 14:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Akademisi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Siti Ruhaini Dzuhayatin mengajak masyarakat agar dalam bercanda tetap ramah terhadap gender sehingga tidak justru merendahkan perempuan. "Ada guyon-guyon yang mengarah pada tubuh perempuan," kata Siti dalam diskusi daring "Perempuan dan Media Islam" yang dipantau dari Jakarta, Selasa 21 April 2020.
Dalam diskusi yang diselenggarakan rahma.id itu, Siti yang juga Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan mengatakan terkadang candaan soal tubuh perempuan justru dilontarkan oleh sesama akademisi yang tingkat pendidikannya baik.
Hal itu, kata dia, menunjukkan persoalan tubuh perempuan sebagai objek bercandaan banyak menggejala di banyak lapisan masyarakat, bahkan kalangan terdidik. Ke depan, dia mendorong agar bercanda itu lebih ramah terhadap perempuan.
Dalam konteks laki-laki, lanjut dia, mungkin bercandaan tersebut lucu, tetapi bagi perempuan justru kadang mengganggu dan membuat kaum hawa tidak nyaman.
Menurut dia, bercandaan tersebut sebaiknya dikurangi karena sifatnya merusak karakter perempuan dan cenderung menyudutkan. "Bercanda itu baik, tapi sebaiknya tidak perlu sifatnya humiliasi. Selama 20 tahun terakhir kami melakukan budaya sensitif gender, itu tantangan luar biasa," kata dia.
"Ada tantangan dalam proses membangun sensitivitas dengan perempuan, tidak membiarkan itu, karena laki-laki kadang tidak merasakan sedang melecehkan melalui verbal," katanya.
Dia mencontohkan terdapat gaya bercanda dari tokoh yang baik untuk dilakukan para laki-laki tanpa menyudutkan perempuan. Di ormas Nahdlatul Ulama terdapat almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan di Muhammadiyah kini ada Abdul Mu'ti.
Menurut dia, dua tokoh itu memiliki gaya bercanda yang baik dengan tetap menebar humor tanpa menyudutkan perempuan. "Gus Dur dan Pak Mu'ti memiliki karakter bercanda tidak humiliating, 'joke-joke'-nya segar," kata dia.