Cegah Kematian pada Henti Jantung, Bagaimana Caranya?

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Jumat, 8 Mei 2020 09:20 WIB

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Sudden Cardiac Arrest (SCA) adalah kondisi jantung berhenti bekerja dan berkontraksi sehingga tidak ada aliran darah yang cukup untuk menghidupi otot jantung dan organ vital lainnya. Dokter Spesialis Jantung Primaya Hospital Bekasi Timur, Ivan Noersyid, mengatakan henti jantung sebenarnya bisa dihindari.

Pada dasarnya, jantung dilengkapi dengan sistem listrik yang berfungsi untuk membangkitkan implus-implus yang menyebabkan timbulnya kontraksi otot jantung. Henti jantung dapat terjadi dalam kondisi jantung tidak bekerja namun masih terdapat aliran listrik. “Hal tersebut dapat terjadi karena gangguan irama atau beberapa faktor lainnya. Jadi, kontraksi jantungnya bergetar saja namun jantung tidak memompa aliran darah,” kata Ivan Noersyid.

Sebelumnya, penyanyi campur sari Didi Kempot meninggal pada 5 Mei 2020. Ia diduga mengalami henti jantung.

Tidak semua pasien yang mengalami henti jantung akan meninggal dunia. Henti jantung harus melalui beberapa proses. Menurut Ivan Noersyid, tahapan henti jantung dimulai dari kematian otot-otot jantung. “Setiap 4 menit, bagian-bagian otot jantung di dalam tubuh akan mengalami kematian. Semakin lama penanganan seseorang yang mengalami henti jantung, maka akan semakin banyak otot jantung yang mengalami kematian. Jika seseorang mengalami henti jantung namun tidak dilakukan tindakan medis lebih lanjut, maka orang tersebut dapat mengalami kematian,” ujar Ivan Noersyid.

Seseorang yang mengalami henti jantung, dibuktikan dengan tidak teraba nadi karotis, akan dilakukan pengecekkan irama jantung melalui Elektokardiogram (EKG). Terdapat dua kondisi irama jantung yang terlihat dari hasil EKG. Pertama, kondisi irama asistol berupa aris datar atau dengan kata lain irama jantungnya datar (tidak berirama) dan irama pulseless electrical activity (PEA). Kedua, kondisi irama seperti garis seperti rumput (ventrikular takikardi atau fibrilasi).

Untuk pasien dengan kondisi irama jantung asistol atau PEA, maka pasien akan dilakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru yaitu tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. “Hal yang dilakukan adalah kompresi dinding dada (pemompaan jantung dari dinding luar dada), pemberian nafas baik melalui alat bantuan pernafasan, pemberiam cairan atau obat,” ujar Ivan Noersyid. Proses Resusitasi Jantung Paru untuk pasien dengan irama jantung datar akan dievaluasi selama 10 hingga 20 menit. Jika dalam waktu lebih dari 30 menit tidak ada perubahan dari pasien, maka kemungkinan harapan hidup pasien sangat kecil.

Advertising
Advertising

Jika hasil EKG menunjukkan irama seperti garis rumput (ventrikular takikardi atau fibrilasi), maka pasien akan dilakukan defibrilasi atau diestrum sebagai terapi utama selain di lakukam Resusitasi Jantung Paru (RJP). Dengan dilakukan defibrilasi, gangguan irama jantung yang terjadi dapat di restart ulang. Jika iramanya kembali normal, pasien tersebut akan dilakukan pemeriksaan gelombang listrik pada pembuluh nadi. Jadi seseorang dapat tampak seolah-oleh hidup dengan adanya gelombang listrik tersebut padahal jantungnya tidak bekerja. Jika denyut nadi tidak teraba, maka akan dilakukan proses Resusitasi Jantung Paru seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Di sisi lain, jika denyut nadi kembali berdenyut atau terdereksi, maka akan ditinjau apakah pasien tersebut masih bernafas atau tidak. Jika masih bernafas, maka pasien akan diberikan bantuan pernapasan seperti pemasangan selang bantu pernapasan berupa ventilator. Kemudian, pasien akan dilakukan pengecekkan terhadap tekanan darah dan dilakukan evaluasi lanjutan terhadap irama jantung, kecepatan nadi, dan pemeriksaan kondisi penyakit di tubuh pasien untuk melihat potensi penyebab henti jantung.

“Pada intinya, pasien henti jantung masih dapat diselamatkan jika dilakukan evakuasi ke rumah sakit dalam waktu yang cepat. Semakin cepat Resusitasi Jantung Paru dilakukan akan semakin tinggi harapan hidup pasien,” ujar Ivan Noersyid.

Berita terkait

Ketahui Apa Itu Mitokondria dan Gangguan Metabolik

23 jam lalu

Ketahui Apa Itu Mitokondria dan Gangguan Metabolik

Contoh gangguan mitokondria termasuk penyakit mitokondria, gangguan neurodegeneratif, dan gangguan metabolik.

Baca Selengkapnya

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

3 hari lalu

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

10 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pola Tidur Baik Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

11 hari lalu

Pola Tidur Baik Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

Pola tidur yang sehat dapat membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

12 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

12 hari lalu

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.

Baca Selengkapnya

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

17 hari lalu

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Dokter meluruskan beberapa mitos seputar paru-paru basah, termasuk yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan kipas angin menghadap badan.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

19 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

19 hari lalu

Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

Diet sayur dan rendah gula, yang dikenal sebagai diet EAT-Lancet, membantu mengurangi risiko gagal jantung. Bagaimana hubungannya?

Baca Selengkapnya

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

20 hari lalu

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.

Baca Selengkapnya