Pakar Sebut 3 Tahap Kondisi Perilaku Hadapi Pandemi COVID-19

Reporter

Bisnis.com

Minggu, 17 Mei 2020 13:25 WIB

Ilustrasi kuliah di rumah di Jakarta, Jumat 24 April 2020. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Secara global, pandemi COVID-19 sudah berlangsung selama beberapa bulan. Pemerintah Indonesia pun telah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengendalikan meluasnya wabah.

Dampaknya, ruang gerak masyarakat terbatas, sebagian kantor dan sekolah ditutup, bahkan tempat ibadah juga ditutup. Selain itu, transportasi umum dibatasi, sampai adanya pelarangan mudik.

Kebijakan PSBB telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat karena semua kegiatan yang tadinya dilakukan di luar menjadi di rumah saja. Dalam kondisi ini, setiap masyarakat diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi baru ini, meskipun secara psikologis tidak mudah.

Leonardi Goenawan, spesialis kedokteran jiwa RS Pondok Indah mengatakan setiap orang akan berada dalam strata atau tahap psikologis yang berbeda-beda, bergantung pada ketahanan terhadap stres, latar belakang kesehatan mental, serta dampak disrupsi pandemi terhadap sosial ekonomi.

“Pada umumnya, Anda mengalami tiga tahap kondisi perilaku, yaitu tahap disrupsi, kebingungan, dan ketidakpastian, yang berujung pada tahap penerimaan,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Tahap disrupsi
Pada tahap ini, seseorang akan mengalami perubahan pola hidup, perubahan rutinitas sehari-hari, hilangnya kebebasan karena harus hidup dalam karantina atau di rumah saja dan tidak bepergian. Berbagai informasi yang beredar membuat hidup semakin mencekam.

Tidak sedikit yang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi, yang kemudian diikuti oleh perubahan pola makan dan pola tidur. Penyakit kronis yang sudah lama dialami mulai kembali tidak stabil, termasuk gangguan-gangguan mental yang sebelumnya pernah dialami.

Tahap kebingungan dan ketidakpastian
Pada tahap ini seseorang akan merasa kelelahan secara mental karena merasa tidak adanya kepastian, kehilangan kendali, dan terhentinya sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kualitas hidup dengan sendirinya menurun, berbagai hal yang biasa dengan mudah terpenuhi saat ini menjadi mustahil. Di samping daya beli yang menurun drastis, ketersediaan barang juga menjadi langka.

Semua rencana yang sebelumnya terasa sangat mudah dan bisa digapai dalam waktu yang terukur, kini hanya menjadi angan-angan belaka. Kehidupan berjalan lambat, penuh kejenuhan, dan kekhawatiran. Situasi kecemasan ini dapat meningkatkan konsumsi rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat yang mungkin pada awalnya dimaksudkan untuk meringankan beban pikiran.

Tahap penerimaan (dengan standar normal yang baru)
Pada saat seseorang telah berhasil melampaui tahap sebelumnya, maka timbul sikap penerimaan tanpa syarat terhadap kondisi yang ada, dengan diikuti oleh berbagai perubahan dalam pola hidup dan kebiasaan. Kemampuan adaptasi seseorang membuatnya mampu untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru dan memandang kehidupan dengan cara yang lebih realistis terhadap situasi yang sebelumnya dianggap sebagai disrupsi pada semua aspek kehidupan.

“Setelah melewati tahap penerimaan dalam menghadapi pandemi, maka Anda mulai terbiasa dengan kondisi the new normal. Pada tahap ini diharapkan sepenuhnya tidak lagi merasa terganggu, bahkan sudah mulai nyaman dengan semua perubahan yang berhubungan dengan adanya pandemi,” terangnya.

Dalam kondisi ini, seseorang akan mulai kembali produktif dan menyenangkan untuk dijalani. Agar tenang menerima keadaan sebagai new normal, berikut beberapa hal utama yang harus dilakukan.

-Menjaga kesehatan fisik dan mental seoptimal mungkin.
-Sikap menerima tanpa syarat dan realistis.
-Memelihara optimisme dan menyadari sepenuhnya bahwa hidup itu dinamis.
-Jangan pernah berhenti untuk belajar sesuatu yang baru.
-Melihat ke belakang hanya sebagai referensi dan belajar dari kesalahan di masa lalu.
-Fokus pada progress bukan pada kesempurnaan
-Langkah kecil selalu lebih baik dari tidak melangkah.
-Kesehatan jiwa pada masa pandemi Covid-19 perlu diperhatikan. Apabila tidak, dapat berdampak pada memburuknya relasi dengan sesama dan kesehatan fisik.

Apabila memerlukan pertolongan dari tenaga profesional untuk menjalani masa pandemi ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikolog.

Berita terkait

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

16 jam lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

18 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

23 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

2 hari lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya

Perlunya Ibu Jaga Kesehatan Mental saat Mengasuh Anak, Simak Saran Psikolog

3 hari lalu

Perlunya Ibu Jaga Kesehatan Mental saat Mengasuh Anak, Simak Saran Psikolog

Para ibu perlu menjaga kesehatan mental agar tetap nyaman ketika beraktivitas dan tenang ketika mengasuh anak.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

5 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya