Cermat Atur Anggaran Keluarga saat New Normal, Ini Kata Ahli
Reporter
Dian Yuliastuti
Editor
Mitra Tarigan
Senin, 8 Juni 2020 06:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perencana keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Asad, berbagi tip menjaga keuangan keluarga agar tak jebol menghadapi pandemi dan era new normal yang didengungkan pemerintah. Hal utama yang ia tekankan adalah jangan berlaku konsumtif, apalagi situasi sedang tidak menentu. Dengan kata lain, keluarga harus membuat skala prioritas dalam berbelanja.
Pengelolaan keuangan harus cermat dan penuh perhitungan. Pendapatan keluarga hendaknya diprioritaskan pada hal-hal standar untuk gaya hidup sehat dan berhemat. Misalnya, pengeluaran untuk makanan yang sehat dan bergizi serta peralatan atau perlengkapan kesehatan, seperti hand sanitizer, masker, disinfektan, pelindung tangan, dan sabun cair. Jika masih memungkinkan bisa bekerja dari rumah, uang transportasi bisa ditabung.
Hal penting lainnya yang harus diupayakan setiap keluarga adalah menambah dana darurat dan tidak menambah utang. “Sebaiknya (dana darurat) ditambah meski sedikit. Memang susah, tapi harus diupayakan. Dana darurat ini perlu karena kita tidak tahu kondisi ke depan,” ujar Tejasari kepada Tempo, Senin lalu.
Ia menyadari bahwa tak mudah bagi keluarga untuk bertahan, apalagi jika situasi keuangan keluarga turun. Hal ini tentu akan menambah beban pikiran dan menimbulkan stres. Ia menyarankan agar seluruh keluarga bisa mengerjakan hal-hal positif dan mencari hiburan atau kegiatan relaksasi yang tak berbiaya. “Ya, harus mengencangkan ikat pinggang, tapi jangan terlalu ketat, jangan stres. Setidaknya enam bulan hingga setahun ini.”
Keluarga harus memprioritaskan pembayaran kewajiban atau utang. Meski ada kelonggaran dari bank, sebisa mungkin tetap diupayakan untuk membayarnya dan tidak menambah utang. “Karena ada kewajiban pada bulan berikutnya, sementara kita belum tahu kepastian kondisi keuangan mendatang. Agar tidak bertumpuk bebannya,” kata dia.
Prioritas untuk pendidikan dengan anak belajar di rumah pun cukup penting. Orang tua harus pandai memilih paket-paket data Internet yang ditawarkan dan menghemat kuota untuk belajar. Demikian juga untuk kebutuhan domestik lain, seperti tagihan listrik. Ia menyarankan agar semua anggota keluarga belajar bijak menggunakan peralatan elektronik. “Ya, kalau selama ini pakai mesin cuci, kalau tiap hari, kan boros, ya. Ayo, ajak anak dan suami belajar mencuci pakai tangan. Tidak usah manja.”
Hal lain yang mungkin dialami sebagian keluarga adalah dilema ketika harus mendukung atau mensubsidi keluarga saudara atau orang tua. “Ada juga yang konsultasi, untuk kebutuhan sendiri saja saat ini mepet, tapi harus bantu keluarga adik atau saudara yang terkena pemutusan hubungan kerja.”
Menurut Tejasari, hal ini harus dibicarakan dengan keluarga besar, baik yang akan membantu maupun yang harus dibantu. “Jangan malu atau sungkan untuk mengungkapkan, misalnya jika harus meminjami untuk modal atau berbagi bantuan, hanya bisa menyumbang beras, yang lain sumbang apa,” ujar dia. Ini penting agar roda anggaran keluarga inti tetap berjalan.
Tejasari menekankan bahwa saat ini dukungan dan kerja sama antar-anggota keluarga sangat penting. Ayah, ibu, dan anak-anak harus saling membantu agar tidak membebani salah satu pihak, terutama ibu.
Jika keluarga ingin menambah pendapatan dengan berjualan online, hendaknya mulai dari hal sederhana, tidak memerlukan modal besar yang mengganggu arus keuangan keluarga, dan tidak gegabah. Misalnya, belajar menjadi reseller atau tidak menyetok barang dalam jumlah besar. Jika ingin menjalani bisnis makanan, bisa memulai jualan makanan secara daring sesuai dengan pesanan saja.
Upaya penghematan mungkin bisa juga dilakukan dengan berkebun tanaman pangan secara sederhana dan memanfaatkan sumber daya yang ada, seperti barang bekas, botol, kaleng, dan bungkus minyak literan untuk dijadikan polybag. “Jangan saking semangat, lalu borong pot-pot, alat-alat pertanian, malah keluar uang lebih besar dan malah tanamannya mati,” kata Tejasari.
Upaya penghematan lainnya, keluarga bisa mencari produk kebutuhan sejenis dengan harga lebih murah atau menurunkan sedikit mutunya. Jika belanja secara daring, bisa mencari diskon dan ongkos kirim yang murah.
KORAN TEMPO