Beri Makan Anak, Jangan Asal Kenyang. Ini Saran Dokter
Reporter
Antara
Editor
Yayuk Widiyarti
Rabu, 1 Juli 2020 21:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Beri makan anak jangan hanya sekedar ia kenyang. Perwakilan dari Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah, dr Tria Atika Endah Permatasari, mengatakan orang tua harus memperhatikan kebutuhan gizi pada makanan yang diberikan kepada anak saat pandemi COVID-19 dan tidak hanya sekedar kenyang.
"Masih banyak di antara orang tua yang hanya berpatokan pada rumus nasi dengan lauk pauk dan anak menjadi kenyang," ujarnya.
Selain itu, ia mengingatkan adanya pengaruh beragam iklan makanan dan minuman instan dengan klaim berlebihan, menjanjikan kepraktisan dalam penyajian, ekonomis tanpa menjelaskan apa saja zat-zat yang terkandung di dalamnya.
"Akibatnya, anak terbiasa mengonsumsi makanan dan minuman rendah gizi namun tinggi gula, garam, dan lemak," katanya.
Contohnya, produk seperti susu kental manis yang seharusnya hanya digunakan sebagai makanan tambahan namun masih ditemukan dikonsumsi oleh anak dan diasumsikan sebagai susu. Dia menambahkan saat pandemi COVID-19, makanan yang diberikan kepada anak harus benar-benar diperhatikan.
Prediksi bahwa anak-anak yang sebelumnya kebal terhadap ancaman COVID-19 terbantahkan saat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan lebih dari 500 anak terinfeksi dan ribuan lain dengan status ODP dan 14 anak meninggal dunia.
"Oleh karena itu, menjaga kekebalan tubuh anak wajib menjadi perhatian utama orang tua saat ini, salah satunya melalui asupan gizi yang cukup bagi anak," katanya.
"Pemilihan makanan untuk anak menjadi penting diperhatikan mengingat zat-zat makanan yang masuk ke tubuh anak yang akan menentukan kekebalan anak terhadap virus dan patogen dari luar," jelasnya.
Kesalahan asupan makanan dan minuman berisiko membuat anak mudah terserang penyakit karena menurunnya kekebalan dan untuk jangka panjang menyebabkan masalah gizi, yang berakibat mudahnya timbul penyakit tidak menular, seperti diabetes dan obesitas, hingga menurunkan kualitas anak di masa mendatang.
"Apa yang perlu diingat, pada masa 1.000 hari pertama kehidupan adalah periode pertumbuhan cepat, yang perlu pemenuhan gizi seimbang. Pilihan makanan dan teknik pengolahannya harus tepat agar tidak menurunkan nilai gizi makanan, seperti denaturasi protein, dan lainnya. Selain itu juga perlu diperhatikan kandungan zat gizi makro dan mikro dalam bahan pangan," terangnya.
Sebelumnya, dalam webinar diadakan PP Aisyiyah bersama Nutrisi Keluarga, dokter anak Tubagus Rachmat Sentika mengingatkan susu kental manis tidak untuk diberikan kepada anak-anak, baik untuk topping maupun pengganti ASI.
"Karena kandungan gulanya yang tinggi, kental manis tidak untuk anak-anak. Anak yang meminum kental manis akan mengalami kegemukan dan tidak sehat," imbuh Rahmat.