Pahami Gejala, Cara Hidup dan Upaya Atasi Tuberkulosis
Reporter
Sarah Ervina Dara Siyahailatua
Editor
Mitra Tarigan
Jumat, 14 Agustus 2020 17:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah pandemi Covid-19, Indonesia masih saja dihadapkan dengan kasus tuberkulosis (TB). Berdasarkan data global TB report 2019, tercatat bahwa Indonesia menempati peringkat ke-3 sebagai penderita TB terbanyak setelah India dan China, dengan total pasien sebanyak 845 ribu orang.
Tingkat kematian penderita TB pun cenderung tinggi. Data yang sama menyebutkan bahwa terdapat 98 ribu pasien yang meninggal akibat infeksi paru tersebut. Sayangnya, kesadaran masyarakat akan terjangkitnya mereka pada Tuberkulosis masih sangat minim.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu pun angkat bicara. Pertama dari segi risiko, ia mengungkapkan bahwa semua orang sangatlah mungkin terjangkit TB. “TB ini tidak memandang usia. Anak-anak hingga orang dewasa rentan terjangkit semua. Karena TB ditularkan melalui udara khususnya saat pasien TB batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan kuman TB ke udara,” katanya dalam konferensi pers TOSS TBC (Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh) pada 13 Agustus 2020.
Beberapa gejala seseorang terjangkit TB pun wajib dipahami. Wiendra menerangkan bahwa beberapa ciri khas diantaranya termasuk batuk yang berkepanjangan, batuk berdahak, nafsu makan berkurang hingga berat badan menurun. “Gejala umumnya bisa demam, mual dan muntah, serta sesak,” katanya.
Apabila ditemukan gejala demikian, Wiendra pun berpesan agar segera mencari pertolongan. “Di tengah pandemi seperti ini, kita bisa melakukan konsultasi terlebih dahulu lewat telemedicine. Apabila memang harus ke dokter, maka buatlah perjanjian. Setelah itu wajib rajin konsumsi obat tidak boleh bolong-bolong,” katanya.
Sebagai Ketua Perhimpunan Organisasi Pasien Tuberkulosis (POP TB) Indonesia sekaligus mantan pengidap TB, Budi Hermawan juga membagikan tips hidup dengan TB. Selain wajib taat berobat seperti imbauan Wiendra, Budi juga menyarankan agar pasien TB menerapkan pola hidup bersih lewat menutup mulut saat bersin. “Dimanapun kita berada, wajib sekali menutup area mulut agar percikan air liur tidak membahayakan orang lain. Bersin yang benar itu menggunakan lengan, bukan tangan ya. Karena tangan kita digunakan untuk berbagai kegiatan sehingga rentan disebarkan,” katanya.
Penggunaan masker dan etika membuang dahak juga disosialisasikan oleh Budi. Ia menerangkan bahwa seperti virus corona saat ini, droplet bisa dihindari karena penggunaan masker. “Kalau mau berdahak juga mirip dengan pasien Covid-19, harus dikumpulkan di dalam satu wadah, dituangkan cairan karbol dan tunggu beberapa lama agar kuman mati sebelum akhirnya dibuang ke tong sampah,” katanya.
Apabila seluruh upaya sudah dilakukan, Budi pun percaya bahwa setiap pasien bisa sembuh dan kembali hidup secara normal. “TB ini telah merugikan dari berbagai aspek selain kesehatan, juga financial karena pengobatan yang mahal dan ketidakmampuan untuk pasien bekerja. Jika kita serius dengan taat minum obat dan menerapkan pola hidup bersih, maka kita bisa sembuh dan beraktivitas lagi seperti sedia kala,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA