Masyarakat Kurang Edukasi Sebab Masih Tingginya Kasus Kusta

Reporter

Antara

Selasa, 1 September 2020 14:06 WIB

Chairman Nippon Foundation yang juga Duta WHO untuk Eliminasi Kusta, Yohei Sasakawa berbincang dengan penderita kusta saat berkunjung dalam peringatan Hari Kusta Sedunia di RS Sumber Glagah, Desa Tanjung Kenongo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, 15 Maret 2016. Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa setiap tahun diketemukan 15.000 penderita kusta baru di Indonesia. TEMPO/Ishomuddin

TEMPO.CO, Jakarta - Kusta merupakan infeksi pada saraf dan kulit yang disebabkan oleh mycobacterium leprae. Penularannya melalui pernapasan, udara, dan kontak langsung dengan penderita yang belum diobati.

Faktor yang mempengaruhi penularan kusta salah satunya penderita yang belum mengonsumsi obat. Masa inkubasi perlu waktu lama, rata-rata 3-5 tahun, dan kejadian penyakit ini terbanyak pada negara tropis.

Bentuk kelainan pada tubuh yang menderita kusta bisa berbeda. Pada kulit ditandai dengan bercak putih maupun merah dan mati rasa, kadang berupa benjolan-benjolan di lengan, wajah, badan, dan telinga. Pada saraf tepi ditandai dengan mati rasa pada area telapak tangan dan atau telapak kaki yang mengalami kerusakan saraf, kelumpuhan di tangan dan kaki, kering, dan tidak berkeringat.

Kementerian Kesehatan menyebutkan prevalensi penyakit kusta masih tinggi di Indonesia karena kurangnya edukasi masyarakat akan penyakit tersebut sehingga terlambat diobati dan menularkan pada orang lain.

"Ini disebabkan masih terjadinya penularan di masyarakat. Masih ada penderita di tengah-tengah masyarakat dan belum diobati dengan baik, maka terjadi penularan di masyarakat," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers daring di Jakarta, Selasa, 1 September 2020.

Advertising
Advertising

Penularan yang masih terjadi tersebut karena penderita kusta yang belum ditemukan dan belum diobati hingga rantai penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini masih terus terjadi. Yurianto menjelaskan pemahaman masyarakat tentang penyakit kusta juga masih kurang, atau bahkan masih ada yang menganggapnya sebagai penyakit kutukan.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut dengan edukasi secara intens agar muncul kewaspadaan secara dini di tengah masyarakat.

Dirjen P2P itu menyebut Kementerian Kesehatan telah berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya yang berada di daerah, dengan cara informal agar lebih bisa dipahami. Namun, proses edukasi masyarakat itu butuh waktu. Yurianto juga menerangkan Kemenkes menyasar petugas kesehatan di daerah agar secara dini bisa mendeteksi keberadaan penyakit tersebut di masyarakat agar bisa meresponsnya secara dini pula.

"Intervensi kusta yaitu dengan temukan secara cepat dan obati secara tepat. Ini penting untuk memutus rantai penularan dan secepatnya agar bisa mencegah penderitanya tidak jatuh dalam kondisi yang lebih berat," jelasnya.

Kemenkes menyebut angka kematian akibat penyakit kusta tergolong rendah. Namun, yang dikhawatirkan adalah kecacatan permanen yang dialami oleh penderitanya sehingga bisa mengganggu produktivitas masyarakat.

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

3 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

6 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

12 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

12 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

22 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

39 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

40 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Kaji Program Nihil Kusta 2030 di Indonesia, Guru Besar FKUI Sri Linuwih Dikukuhkan

58 hari lalu

Kaji Program Nihil Kusta 2030 di Indonesia, Guru Besar FKUI Sri Linuwih Dikukuhkan

Sri dikukuhkan sebagai guru besar setelah menyampaikan orasi ilmiah.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

59 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya