3 Penyebab Stres yang Bisa Akibatkan Berat Badan Naik saat Pandemi

Reporter

Sehatq.com

Editor

Mitra Tarigan

Selasa, 15 September 2020 09:39 WIB

Ilustrasi pekerja stres. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Sudah berapa kenaikan berat badan yang Anda rasakan selama masa pandemi ini? Stres selama isolasi mandiri bisa menjadi salah satu pemicu pola makan tidak teratur yang Anda alami. Akibatnya, berat badan pun bertambah.

Di penjuru dunia, ada fenomena yang disebut dengan “Quarantine 15”, naiknya berat badan selama isolasi mandiri di masa pandemi COVID-19. Quarantine 15 adalah istilah yang merujuk pada kenaikan berat badan sebesar 15 pon atau 6,8 kilogram.

Ketika harus berada di rumah, seseorang rentan merasa stres dan pola makannya berubah. Penyebab berat badan naik, salah satu hal utamanya adalah pilihan makanan yang tinggi gula dan lemak.

Bukan tanpa alasan orang yang berbulan-bulan terpaksa tetap berada di rumah akibat pandemi memilih makanan yang kurang bernutrisi. Bisa saja lebih banyak pilihan makanan manis yang dengan cepat dapat memberi energi pada tubuh untuk bertahan di masa sulit dan tak pasti ini.

Tidak hanya satu atau dua orang yang merasakan kenaikan berat badan ini. Penting sekali agar masyarakat cepat beradaptasi di tengah situasi lockdown dalam waktu cepat mengubah rutinitas harian yang selama ini sudah tertata.

Jika ditelaah, penyebab berat badan naik selama pandemi, di antaranya:

Advertising
Advertising

1. Siklus makan dan stres
Ketika seseorang merasa stres – entah itu khawatir atau takut – secara alami tubuh mencari makanan manis, berlemak, atau karbohidrat sebagai sumber energi instan. Jenis makanan-makanan ini bersifat menenangkan.

Namun sayangnya, solusi instan jangka pendek ini justru menjadi penyebab berat badan naik selama pandemi. Seseorang bisa terperangkap dalam siklus pola makan tidak sehat dan terus menerus mengonsumsi makanan kurang bernutrisi. Konsekuensi lainnya adalah risiko mengalami penyakit jantung, diabetes, obesitas, hingga masalah emosional seperti depresihingga cemas berlebih.

2. Hormon stres
Saat merasa stres, otak akan memproduksi hormon stres ke aliran darah, berupa kortisol dan adrenalin. Untuk mengimbanginya, otot dan liver akan mengeluarkan glukosa sehingga tubuh terasa lebih berenergi. Menurut riset, glukosa ini harus diisi ulang setelah perasaan stres berlalu. Akibatnya, muncul keinginan untuk mengonsumsi makanan manis, tinggi sodium, dan juga berlemak.
Akumulasi lemak dan gula yang dikonsumsi ini tanpa sadar telah menumpuk di beberapa bagian tubuh, yang paling mudah adalah di perut. Dalam jangka panjang, ini akan menimbulkan sindrom metabolik.

3. Tidak banyak bergerak
Diharuskan berada di rumah selama berbulan-bulan terkadang membuat seseorang tak lagi banyak bergerak seperti sebelumnya. Jika rutinitas pagi biasa dimulai dengan jogging atau mengakhiri hari dengan mampir ke gym, kini tidak lagi. Memang banyak pilihan berolahraga secara virtual dengan mengikuti kelas-kelas online, namun tidak semua orang memiliki kemewahan sumber daya untuk melakukannya.

Semisal tidak sempat melakukannya karena tuntutan menuntaskan pekerjaan dari rumah. Semakin jarang seseorang aktif bergerak, ditambah lagi dengan pola makan sembarangan akibat stres dapat menjadi penyebab berat badan naik selama pandemi.

SEHATQ

Berita terkait

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

4 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

7 hari lalu

Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.

Baca Selengkapnya

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

7 hari lalu

Psikiater: Jangan Ukur Kebahagiaan Berdasar Standar Orang Lain

Faktor penghambat kebahagiaan kerap berasal dari tekanan dalam diri untuk mencapai sesuatu dari standar mengukur kebahagiaan orang lain.

Baca Selengkapnya

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

7 hari lalu

Tips Psikiater untuk Mengusir Rasa Tak Bahagia

Rutin menulis jurnal bersyukur atau gratitude journal, semacam buku harian, bisa menjadi salah satu cara mengusir perasaan tidak bahagia.

Baca Selengkapnya

Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

8 hari lalu

Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

Penelitian mengklaim olahraga pada malam hari bisa memberi lebih banyak manfaat kesehatan bagi orang obesitas dan diabetes tipe 2.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

10 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

10 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

11 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

12 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya