Tips Agar Tetap Hits dengan Fashion Ramah Lingkungan, Haruskah Selalu Mahal?

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Kamis, 24 September 2020 14:10 WIB

Koleksi Daur Musim Rintik 2019/2020 Sejauh Mata Memandang di JFW 2020. dok. Sejauh Mata Memandang

TEMPO.CO, Jakarta - Ada anggapan bahwa label fashion berkelanjutan yang membuat koleksi ramah lingkungan pasti mematok harga yang lebih mahal dari rata-rata. Bagaimana para pelaku fashion menyikapinya?

Chitra Subyakto, pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, mengatakan bahan ramah lingkungan demi fashion berkelanjutan memang lebih mahal dibandingkan bahan lain seperti poliester.

"Bahan fashion berkelanjutan seperti tencel, linen, katun, tidak semurah poliester karena pengolahannya lebih banyak memakan waktu dan energi supaya ujung-ujungnya tidak jadi sampah," kata Chitra dalam konferensi pers Tinkerlust, Selasa 22 September 2020.

Namun, barang-barang tersebut bisa mengurangi limbah tekstil. Chitra menuturkan, berdasarkan penelitian sampah di Indonesia oleh Greenpeace, sampah tekstil adalah salah satu yang dominan, selain sampai plastik sekali pakai. "Banyak brand pakai poliester karena harganya terjangkau, tapi ujung-ujungnya jadi sampah abadi dan itu menyakiti kita semua."

Untuk berkontribusi kepada bumi, setidaknya seimbangkan antara pilihan produk fashion yang akan dibeli. Jika masih punya barang fast fashion, coba gunakan juga produk dari bahan ramah lingkungan yang tahan lama dan tak mudah berakhir di tempat sampah.

Advertising
Advertising

Secara otomatis, masa pakainya juga bisa lebih panjang sehingga berkontribusi mengurangi limbah tekstil. "Pakailah produk setidaknya 10 bulan, kita sudah kurangi emisi karbon gas 10 persen."

Chitra memilih untuk membuat busana yang gayanya tak lekang dimakan zaman dengan bahan ramah bumi agar bisa dipakai kapan pun, tak tergerus dengan tren yang cepat berganti.

Samira Shihab, CEO sekaligus Co-Founder marketplace daring Tinkerlust, mengatakan fashion berkelanjutan di Indonesia masih belum selazim di Eropa atau Amerika Serikat. Namun kondisinya sudah lebih baik dibandingkan satu dekade lalu. "Dulu fast fashion banyak, orang banyak beli karena gaya, bukan kualitas. Misi kami adalah mengajari konsumen bagaimana membuat perubahan kecil dalam hidup."

Platform tersebut awalnya dibuat untuk menjual barang-barang fashion bekas hasil kurasi yang masih laik pakai.

Aliya Amitra, COO dan Co-Founder Tinkerlust, menuturkan saat itu masih banyak orang yang malu membeli barang bekas meski platform tersebut menjamin kualitasnya tak kalah dengan barang baru.

Membeli baju bekas, meminjam, menyewa, bertukar atau menjahit sendiri adalah alternatif memberi baju baru, implementasi slow fashion demi mengurangi sampah fashion dan limbah tekstil yang digaungkan oleh komunitas Zero Waste Indonesia. Lewat ajakan ini, orang-orang diajak untuk membeli baju baru sesuai kebutuhan, bukan sekadar tergiur tren.

Berita terkait

Tips agar Tak Salah Pilih Pasangan lewat Perjodohan

7 jam lalu

Tips agar Tak Salah Pilih Pasangan lewat Perjodohan

Buat yang sedang mencari pasangan melalui proses perjodohan atau kencan kilat, perhatikan beberapa hal penting berikut agar tak salah pilih.

Baca Selengkapnya

7 Kesalahan saat Menggunakan Parfum

2 hari lalu

7 Kesalahan saat Menggunakan Parfum

Berikut kesalahan-kesalahan saat menggunakan parfum yang dapat mengurangi efektivitas dan bahkan menciptakan kesan negatif.

Baca Selengkapnya

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

3 hari lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

6 hari lalu

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

8 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

9 hari lalu

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Sustain Market di Kota Padang dan Mengenal Gaya Hidup Ramah Lingkungan

10 hari lalu

Berkunjung ke Sustain Market di Kota Padang dan Mengenal Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Selain barang-barang ramah lingkungan, di acara ini juga terdapat jualan buku bekas.

Baca Selengkapnya

Wahana di TMII, Telah Disediakan Angkutan Wara-Wiri Untuk Keliling Taman Mini Indonesia Indah

10 hari lalu

Wahana di TMII, Telah Disediakan Angkutan Wara-Wiri Untuk Keliling Taman Mini Indonesia Indah

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berusia 49 tahun, suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Ada apa saja di sana?

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Jumlah Pelaku Usaha Perempuan di Sejumlah Wilayah Naik 2,5 Kali Lipat

10 hari lalu

Hari Kartini, Jumlah Pelaku Usaha Perempuan di Sejumlah Wilayah Naik 2,5 Kali Lipat

Hari Kartini diperingati masyarakat dalam berbagai cara. Semakin tingginya jumlah pelaku usaha perempuan, bisa jadi cara apresiasi perjuangan Kartini.

Baca Selengkapnya

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

12 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee

Baca Selengkapnya