Kepala Benjol, Bisa Akibatkan Gangguan Kognitif?

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 28 September 2020 10:26 WIB

Ilustrasi pengendara sepeda motor mengenakan helm. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Waspadai saat terjadi benturan ringan yang memicu benjolan di kepala, karena bisa saja menyebabkan gangguan kognitif. Hal itu disampaikan dokter di RS Umum Daerah Koja, Tanjung Priok, Eufrata Silvestris Junus. "Jawabannya bisa iya bisa tidak, benjolan di kepala akibat cedera ringan bisa disebabkan memar hanya pada bagian kulit kepala dimana bagian dalam otak tidak ada masalah, jika ini yang terjadi resiko gangguan kognitif bisa dibilang kecil," kata dia belum lama ini.

Secara umum cedera kepala menurut Brain Injury Association of America yakni suatu kerusakan pada kepala yang sifatnya bukan kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan serangan atau benturan fisik dari luar. Kondisi ini dapat mengurangi atau mengubah kesadaran dan menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif serta fungsi fisik jangka panjang seperti berkurangnya kemampuan berpikir, demensia, stroke, parkinson, dan berhubungan dengan meningkatnya angka kematian jangka panjang.

Cedera kepala yang bisa menyebabkan gangguan kognitif pada dasarnya bervariasi dan bisa diperkirakan dari derajat cedera kepala dan lokasi terjadinya. Pada cedera kepala kategori sedang dan berat umumnya memiliki risiko gangguan kognitif yang lebih besar dari cedera kepala ringan. Sementara untuk lokasi cedera, jika terjadi pada bagian lobus frontal (bagian otak besar yang terletak di sisi depan otak) maka risiko gangguan kognitif yang berat lebih mungkin terjadi karena di sanalah proses kognitif paling besar.

Dari sisi kerusakan saraf yang bisa terjadi, secara umum terbagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Cedera kepala primer yang disebabkan benturan langsung pada kepala bisa menyebabkan cedera atau perdarahan otak bagian dalam hal ini terjadi seketika saat benturan terjadi.

Sementara cedera kepala sekunder merupakan efek dari kejadian primer yakni cedera atau perdarahan otak menyebabkan asupan makanan ke otak seperti oksigen terganggu. "Jika hal (cedera sekunder) ini dibiarkan maka akan menyebabkan kerusakan otak semakin besar. Ada kalanya efek dari cedera sekunder ini baru tampak berbulan bulan atau bahkan bertahun tahun kemudian," kata Eufrata yang menjadi bagian dari Tim Pelayanan COVID-19 RSUD Koja itu.

Advertising
Advertising

Eufrata menambahkan manifestasi cedera kepala sangat bervariasi tergantung kompleksitas dari kepala itu sendiri dan mekanisme cedera yang terpengaruh dari tipe, intensitas, arah dan durasi kekuatan tekanan dari luar yang menyebabkan cedera kepala. Pada cedera kepala akibat dari kecelakan berkendara kekuatan akselerasi dan deselerasi misalnya, dapat mengakibatkan kerusakan serabut saraf penghubung atau memicu hilangnya konektivitas secara progresif seiring waktu.

Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain robeknya kulit kepala, patah tulang tengkorak, dan perdarahan pada otak. Lebih lanjut, cedera kepala mewakili senilai 30-40 persen kecelakaan yang menyebabkan kematian. Sementara cedera saraf akibat insiden ini diproyeksilan menjadi penyebab kecacatan dibandingkan dengan penyakit saraf.
Berdasarkan data, insidensi cedera kepala akibat berkendara ini lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda di negara berkembang. Di Indonesia, merujuk pada Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, proporsi cedera kepala di Indonesia sebesar 11,9 persen yang menduduki peringkat 3 terbanyak di bawah cedera anggota gerak bawah dan anggota gerak atas.

Untuk menghindari terjadinya cedera kepala saat berkendara (sepeda motor), para pakar kesehatan menyarankan penggunaan helm. Alat ini memberikan perlindungan dari cedera kepala dengan cara menyerap energi benturan dan menyebarkan dan memindahkan gradien puncak dari efek benturan ke area permukaan kepala yang lebih besar sehingga area benturan tidak terlokalisir pada satu bagian.

"Memang penggunaan helm bukan berarti akan membuat aman 100 persen jika terjadi kecelakaan lalu lintas tetapi pemakaian helm sekiranya dapat meminimalisir dampak langsung benturan kepada kepala," kata Eufrata.

Berita terkait

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

1 hari lalu

Alami Burnout karena Merawat Orang Tua Demensia, Begini Saran Pakar

Merawat orang tua dengan demensia menyebabkan burnout, apalagi jika Anda harus merawat anak juga alias generasi sandwich. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

13 hari lalu

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

Sejumlah hal perlu diperhatikan dalam pola makan penderita Parkinson, seperti pembuatan rencana makan. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Dari Tumor hingga Henti Jantung, Inilah Sederet Istilah Medis yang Kerap Disalahpahami

13 hari lalu

Dari Tumor hingga Henti Jantung, Inilah Sederet Istilah Medis yang Kerap Disalahpahami

Banyak istilah medis yang sering dipahami dengan keliru. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Awas, Gangguan Pendengaran Dapat Percepat Demensia pada Lansia

44 hari lalu

Awas, Gangguan Pendengaran Dapat Percepat Demensia pada Lansia

Fungsi seperti mendengar dan berbicara dapat mempengaruhi proses demensia

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Manfaat Main Tenis Meja buat Atasi Masalah Saraf

16 Februari 2024

Penelitian Sebut Manfaat Main Tenis Meja buat Atasi Masalah Saraf

Penelitian menemukan kaitan bermain tenis meja dan perbaikan kondisi penderita penyakit terkait saraf macam Parkinson dan multiple sclerosis.

Baca Selengkapnya

Kebiasaan Tidur Ini Bisa Jadi Alarm dari Demensia

13 Februari 2024

Kebiasaan Tidur Ini Bisa Jadi Alarm dari Demensia

Menendang atau berteriak saat tertidur lelap bisa menjadi indikasi demensia.

Baca Selengkapnya

Peneliti Ungkap Cara Jabat Tangan Bisa Cerminkan Kondisi Kesehatan

5 Februari 2024

Peneliti Ungkap Cara Jabat Tangan Bisa Cerminkan Kondisi Kesehatan

Seiring usia, jabat tangan yang melemah bisa menandakan Anda berisiko lebih tinggi terhadap beragam komplikasi kesehatan. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

27 Januari 2024

Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

Selain menambah wawasan, membaca buku dapat membantu penurunan dalam kesehatan mental, seperti stres dan demensia.

Baca Selengkapnya

Meskipun Lebih Pahit, Minum Kopi Tanpa Gula Punya Manfaat Dua Kali Lipat, Apa Saja?

27 Januari 2024

Meskipun Lebih Pahit, Minum Kopi Tanpa Gula Punya Manfaat Dua Kali Lipat, Apa Saja?

Dibandingkan kopi dengan campuran gula atau krim, minum kopi tanpa gula memiliki manfaat dua kali lipat.

Baca Selengkapnya

Benarkah Burung Hantu Bisa Memutar Kepala 360 Derajat Penuh

26 Januari 2024

Benarkah Burung Hantu Bisa Memutar Kepala 360 Derajat Penuh

Berdasarkan analisis kerangka dan otot, burung hantu mampu memutar kelapanya 360 derajat

Baca Selengkapnya