Orang Senang Berada di Kerumunan, Ini Alasan Psikologisnya

Reporter

Antara

Jumat, 16 Oktober 2020 09:35 WIB

Ilustrasi kerumunan. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Meski ada imbauan hindari kerumunan di masa pandemi Covid-19, masih banyak orang yang sengaja datang ke keramaian, apapun acaranya. Berada di tengah konser musik berskala besar, berdesakan di antara pengantre diskon tengah malam, menyaksikan pertandingan bola secara langsung, atau berjalan bersama ribuan demonstran adalah sebuah kegiatan yang disenangi sebagian orang, bahkan membuat ketagihan.

Fenomena ini tentu bukan dengan alasan hanya sekadar suka pada suatu benda, hobi, atau isu terkini, namun ada penjelasan dari sisi psikologi mengapa orang senang berada di tengah keramaian.

Orang lain mempengaruhi hidup kita
Psychology Today menyebutkan orang lain turut andil dalam mempengaruhi perilaku kita. Salah satu alasannya karena kita hidup dalam dunia yang kompleks. Seseorang akan senang jika ada orang lain yang menavigasi hidupnya.

Psikolog Robert Cialdini, dalam buku Influence: The Psychology of Persuasion memberikan contoh melalui sebuah iklan yang menggunakan kata "paling laris". Orang yang melihat tidak perlu diyakinkan apakah produk tersebut baik atau tidak, mereka hanya perlu mengetahui orang lain berpendapat demikian.

Dengan kata lain, mengikuti kerumunan memungkinkan seseorang dapat berfungsi dalam lingkungan yang rumit sebab tidak semua orang memiliki waktu untuk menambah pengetahuan atau meneliti sesuatu dengan detail. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang bertahan bila bersatu. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi psikologi seseorang.

Advertising
Advertising

Seorang peneliti di Universitas Essex, Julia Coultas, mengatakan, "Bagi seseorang yang bergabung dengan suatu kelompok, meniru perilaku mayoritas akan menjadi perilaku yang masuk akal dan adaptif."

Di masa lalu evolusi, nenek moyang selalu berada di bawah ancaman. Kesadaran yang tajam tentang orang lain membantu nenek moyang bertahan hidup di dunia yang berbahaya dan tidak pasti.

Manusia modern telah mewarisi perilaku adaptif tersebut. Refleksi yang bijaksana tentang pengaruh sosial dapat membawa kita pada kesadaran yang lebih besar tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.

Berada di kerumunan sangat menyenangkan
Menurut Independent.ie, seorang psikolog dari Universitas Sussex, John Drury, mengatakan hasil penelitiannya memperlihatkan orang-orang yang berada di tempat yang sangat ramai justru menemukan diri yang seutuhnya. Survei ini dilakukan pada penonton yang menyaksikan DJ Fatboy Slim di Big Beach Boutiquw pada 2002 yang dihadiri oleh 250.000 orang.

"Itu memang acara yang sangat ramai. Namun, di antara peserta survei kami, semakin mereka mendefinisikan diri sebagai bagian dari kerumunan, semakin sedikit mereka melaporkan merasa terlalu ramai," kata Drury.

Pada acara musik, kerumunan adalah bagian penting dari daya tarik. Meski berada di tempat ramai dengan berbagai identitas, ruang pribadi mereka tidak akan terusik.

"Pada saat orang berbagi identitas sosial dengan kita, kehadiran mereka sama sekali tidak mengganggu ruang kita. Mereka bukan 'yang lain', mereka adalah 'kita'," ujar Drury.

Menyatu dalam kerumunan
Sementara itu, The Cut menyebutkan bahwa kata "kegembiraan kolektif" sudah diciptakan oleh sosiolog Prancis, Emile Durkheim, sejak seabad lalu untuk menggambarkan euforia yang menular. Ini merupakan perasaan yang bersinar saat terkoneksi dengan manusia lain.

Shira Gabriel dari SUNY Buffalo, sebuah universitas di Bufallo, New York, mengatakan kegembiraan kolektif adalah sebuah hasrat memenuhi kebutuhan manusia untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial dengan cara yang cenderung diabaikan, seperti mengikuti aksi protes, menyaksikan pertunjukan atau olahraga pro agar lebih merasa terhubung, bahagia, dan bermakna secara pribadi.

"Ini adalah pengalaman khusus, perasaan terhubung, bisa berada di keramaian raksasa seperti itu. Anda dan semua orang di stadion mengetahui lagu-lagunya, dan ketika merasakan not-notnya menyatu, Anda mengalaminya secara kolektif. Anda merasakan hal yang sama meski tidak mengenal semua orang di sana," kata Gabriel.

Berita terkait

5 Perbedaan Karakter Alpha Male dan Sigma Male

4 hari lalu

5 Perbedaan Karakter Alpha Male dan Sigma Male

Meskipun sigma male dan alpha male memiliki sedikit kesamaan, namun sangat jelas ada perbedaan kunci yang membedakan keduanya.

Baca Selengkapnya

Begini Dua Mahasiswi Ini Bandingkan Kelas dan Skema IUP di QUT dan Unair

52 hari lalu

Begini Dua Mahasiswi Ini Bandingkan Kelas dan Skema IUP di QUT dan Unair

Keduanya adalah mahasiswa International Undergraduate Program (IUP) Psikologi Universitas Airlangga (Unair).

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, Polisi Kesulitan Gali Motif Lantaran Keterangan Pelaku Berubah-ubah

56 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, Polisi Kesulitan Gali Motif Lantaran Keterangan Pelaku Berubah-ubah

Polisi menyebut ibu bunuh anak di perumahan Bekasi mengalami halusinasi.

Baca Selengkapnya

Polres Tangerang Selatan Bakal Periksa Psikologi Korban Perundungan Geng Binus School

20 Februari 2024

Polres Tangerang Selatan Bakal Periksa Psikologi Korban Perundungan Geng Binus School

Polres Tangerang Selatan berencana melakukan pemeriksaan psikologi terhadap korban perundungan siswa Binus School Serpong.

Baca Selengkapnya

Tamara Tyasmara Pastikan Hadiri Pemeriksaan Lanjutan di Polda Metro Jaya Hari Ini

19 Februari 2024

Tamara Tyasmara Pastikan Hadiri Pemeriksaan Lanjutan di Polda Metro Jaya Hari Ini

Tamara Tyasmara akan didampingi oleh kuasa hukumnya, Sandy Arifin, pada pemeriksaan lanjutan di Polda Metro Jaya hari ini.

Baca Selengkapnya

Kasus Dante Tewas Ditenggelamkan di Kolam Renang, Apsifor Sebut Bakal Periksa Lagi Tamara Tyasmara

16 Februari 2024

Kasus Dante Tewas Ditenggelamkan di Kolam Renang, Apsifor Sebut Bakal Periksa Lagi Tamara Tyasmara

Tamara Tyasmara mengatakan bakal kooperatif jika ada panggilan lagi oleh kepolisian secara resmi.

Baca Selengkapnya

Tamara Tyasmara Sudah 2 Tahun Pacaran dengan Yudha Arfandi Tersangka Pembunuh Dante

16 Februari 2024

Tamara Tyasmara Sudah 2 Tahun Pacaran dengan Yudha Arfandi Tersangka Pembunuh Dante

Tamara Tyasmara mengaku berpacaran dengan Yudha Arfandi sejak 2022.

Baca Selengkapnya

Catat Daftar Rumah Sakit untuk Caleg Stres Gagal di Pileg 2024, RSKD Duren Sawit Sediakan Layanan Psikologi

14 Februari 2024

Catat Daftar Rumah Sakit untuk Caleg Stres Gagal di Pileg 2024, RSKD Duren Sawit Sediakan Layanan Psikologi

Rumah sakit mana saja yang menyediakan jasa layanan khusus untuk para caleg stres akibat gagal dalam Pileg 2024?

Baca Selengkapnya

Polisi Bakal Periksa Psikologi Angger Dimas di Kasus Kematian Dante Hari Ini

13 Februari 2024

Polisi Bakal Periksa Psikologi Angger Dimas di Kasus Kematian Dante Hari Ini

Penyidik Polda Metro Jaya bersama ahli psikologi forensik akan memeriksa psikologi ayah Dante, Angger Dimas hari ini.

Baca Selengkapnya

PBB Prihatin pada Mental Anak-anak di Gaza yang Trauma

9 Februari 2024

PBB Prihatin pada Mental Anak-anak di Gaza yang Trauma

PBB berharap ada dukungan psikologi besar-besaran untuk anak-anak yang mengalami trauma di Gaza, Tepi Barat dan Israel

Baca Selengkapnya