Kenaikan Cukai Rokok 12,5 Persen Bagus Tapi Gagal Atasi Perokok Anak

Reporter

Tempo.co

Jumat, 11 Desember 2020 13:34 WIB

Ilustrasi larangan merokok. Ulrich Baumgarten/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 12,5 persen yang akan diberlakukan pada Februari 2021. Keputusan yang diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Kamis, 10 Desember 2020 itu, mendapatkan apresiasi dari organisasi kesehatan di Tanah Air, salah satunya Tobacco Control Support Center - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC - IAKMI).

Tapi, meski mengapresiasi, Ketua TCSC IAKM, Sumarjati Arjoso mengatakan, kenaikan ini belum cukup ideal untuk menurunkan prevalensi merokok. "Khususnya di kalangan anak dan perempuan, seperti dicanangkan Sri Mulyani dalam keterangan virtualnya," kata Sumarjati dalam siaran pers yang diterima Tempo pada Kamis menjelang tengah malam, 10 Desember 2020.

Ia mengatakan, pemerintah seharusnya menaikan cukai rokok sebesar 25 persen, harga jual eceran naik sebesar 57 persen, dan melarang penjualan rokok batangan. Jika cukai rokok dinaikkan sebesar 25 persen, kata Sumarjati, harga rokok, terutama yang eceran akan benar-benar tidak terjangkau.

"Kami juga menyayangkan dibatalkannya simplifikasi cukai oleh pemerintah walaupun celah tarif diperkecil. Menurut Sumarjati, penyerdehanaan struktur tarif cukai hasil tembakau secara merata akan menjadi instrumen yang ideal untuk meningkatkan penerimaan negara sekaligus penurunan konsumsi rokok di masyarakat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Saat Acara Webinar Zoom Meeting antuan Subsidi Upah bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non-PNS di Lingkungan Kemendikbud 2020.

Advertising
Advertising

Menteri Ani menaikkan cukai rokok dengan mempertimbangkan lima aspek, yakni, prevalensi merokok pada anak dan perempuan, kesehatan publik, tenaga kerja/ petani, rokok illegal dan penerimaan negara. "Pemerintah wajib menomorsatukan kesehatan publik jika ingin target utama RPJMN 2020 – 2024 tercapai dan sekaligus menikmati bonus demografi," kata Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Ede Surya Darmawan.

Menurut Dokter Ede, upaya melindungi kesehatan masyarakat adalah gerak bersama semua pihak. Peningkatan cukai dan harga rokok yang mahal merupakan salah satu peningkatan penerimaan negara, mengingat harga rokok di Indonesia adalah paling murah di kawasan regional. Saat ini, harga jual eceran rokok di Indonesia di bawah Rp 2000, dibandingkan dengan beberapa negara lain di Asia seperti India, Thailand, Filipina, Singapura dan Jepang.

Kondisi ini membuat angka prevalensi merokok nasional sebesar 29 persen, menempatkan Indonesia sebagai pasar rokok tertinggi ketiga di dunia setelah Cina dan India (WHO). Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas di Indonesia sebesar 33,8 persen, dengan 62,9 persennya laki-laki.

Konsumsi rokok pada perokok usia 10-18 tahun juga mengalami peningkatan sebesar 1,9 persen dalam jangka waktu 5 tahun (2013 - 2018). Bahkan seorang anak sudah mulai merokok sejak usia sekolah dasar (Atlas Tembakau, 2020). Hal ini dikarenakan harga rokok yang murah, bisa dibeli secara batangan, dan tidak ada larangan yang tegas bagi anak-anak untuk membeli rokok.

Berita terkait

Tips Kelola Keuangan dengan, Jangan Lupa Atur Porsi Konsumsi

8 hari lalu

Tips Kelola Keuangan dengan, Jangan Lupa Atur Porsi Konsumsi

Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret memberikan tips kelola keuangan dalam perencanaan keuangan.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

10 hari lalu

Sambut Hari Bumi, PGE Laporkan Pengurangan Emisi CO2

PGE berkomitmen dalam penghematan konsumsi energi dan pengendalian jumlah limbah.

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

14 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Pertamina Patra Niaga Perkirakan Konsumsi BBM Naik hingga Senin

20 hari lalu

Pertamina Patra Niaga Perkirakan Konsumsi BBM Naik hingga Senin

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting memperkirakan konsumsi BBM naik hingga Senin, 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pertamina Patra Niaga: Konsumsi Pertamax Naik 26 Persen di Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara saat Lebaran

20 hari lalu

Pertamina Patra Niaga: Konsumsi Pertamax Naik 26 Persen di Jatim, Bali, dan Nusa Tenggara saat Lebaran

Pertamina Patra Niaga konsumsi Pertamax selama mudik Lebaran meningkat 26,3 persen di wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara

Baca Selengkapnya

Pertamina Patra Niaga Sebut Konsumsi BBM Capai Puncak Tertinggi di H-1 Lebaran

21 hari lalu

Pertamina Patra Niaga Sebut Konsumsi BBM Capai Puncak Tertinggi di H-1 Lebaran

Pertamina Patra Niaga menyebut kenaikan tertinggi gasoline terjadi pada produk Pertamax Turbo yang mencapai 104 persen.

Baca Selengkapnya

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

23 hari lalu

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

23 hari lalu

Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

Gejala kanker paru pada bukan perokok bisa berbeda dari yang merokok. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai.

Baca Selengkapnya

Spesialis Jantung: Hasil Pemeriksaan Medis Baik Tak Jamin Perokok Sehat

40 hari lalu

Spesialis Jantung: Hasil Pemeriksaan Medis Baik Tak Jamin Perokok Sehat

Hasil pemeriksaan medis yang baik tak menjamin perokok sehat. Untuk memastikan kesehatan perokok satu-satunya jalan adalah total berhenti merokok.

Baca Selengkapnya

Dokter Paru Bagi Tips Berhenti Merokok, Mulai dengan 3 Cara Ini

41 hari lalu

Dokter Paru Bagi Tips Berhenti Merokok, Mulai dengan 3 Cara Ini

Dokter paru memberi tips berhenti merokok saat Ramadan. Berikut tiga cara yang bisa dilakukan.

Baca Selengkapnya