Hipertensi Terselubung dan Jas Putih, Apa Bedanya?

Reporter

Antara

Sabtu, 27 Februari 2021 09:13 WIB

TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jendral Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr. Eka Harmeiwaty, yang juga spesialis saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, mengatakan deteksi dini pada kelompok usia dewasa yang berumur 18 tahun ke atas penting untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Di lapangan, kadang terdapat kendala dalam menegakkan diagnosis pasti hipertensi karena dari hasil pengukuran ada kategori lain, yaitu white coat hypertension (hipertensi jas putih) dan masked hypertension (hipertensi terselubung).

Hipertensi jas putih sering ditemukan pada pasien hipertensi derajat 1 (tekanan darah diastolik 140-159 dan atau tekanan sistolik 90-99 mmHg) pada pemeriksaan di klinik namun pada pengukuran di rumah tekanan darah normal.

"Pada individu ini tidak perlu diberikan pengobatan namun perlu pemantauan jangka panjang karena berisiko terjadi hipertensi di kemudian hari. Prevalensi diperkirakan 2,2 – 50 persen dan sangat dipengaruhi oleh cara pengukuran di klinik,” lanjutnya.

Ia menambahkan sebaliknya hipertensi terselubung menunjukkan tekanan darah normal saat diperiksa di klinik, namun pengukuran di luar klinik hasilnya menunjukkan tekanan darah naik. Dari berbagai studi, prevalensi adalah 9-48 persen. Hipertensi terselubung ini mempunyai risiko tinggi kerusakan organ.

"Untuk mengetahui hipertensi jas putih dan hipertensi terselubung dibutuhkan pemeriksaan tekanan darah di rumah yang selanjutnya disingkat dengan PTDR," katanya.

Advertising
Advertising

PTDR bermanfaat di tengah pandemi karena pasien tekanan darah tinggi lebih memilih berada di rumah dan enggan ke rumah sakit. Dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah sendiri, pasien dapat memanfaatkan layanan kesehatan daring dalam berkonsultasi kepada dokter yang merawat.

Baca juga: Tak Cuma Lansia, Anak Muda pun Bisa Alami Hipertensi

“PTDR ini disarankan pada pasien hipertensi, terutama bagi pasien hipertensi dengan gangguan ginjal, diabetes, wanita hamil, dan juga pasien dengan kepatuhan pengobatan yang buruk,” jelasnya.

Eka menjelaskan panduan PTDR, yakni lakukan dua kali pada pagi hari dan malam hari. Lakukan rata-rata hasil dengan mengeksklusikan pengukuran hari pertama. Pada pagi hari, pengukuran dilakukan satu jam setelah berjalan, buang air kecil, sebelum sarapan, dan minum obat.

Pada malam hari, lakukan menjelang tidur atau 2 jam setelah makan. Istirahatlah 1-5 menit, lalu duduk dengan posisi bersandar. Duduklah di dekat meja dengan lengan dan manset setinggi detak jantung. Ketika mengukur, jangan mengobrol atau merasa gelisah. Jangan pula menyilangkan kaki atau berolahraga 30 menit sebelum pengukuran. Individu juga tidak boleh minum kopi atau merokok satu jam sebelumnya. Minum obat sebelum pengukuran tekanan darah juga dilarang.

Berita terkait

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

1 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

3 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

6 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

7 hari lalu

Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

Komedian Parto Patrio sedang menjalani pemulihan usai operasi batu ginjal. Lantas, apa yang menyebabkan dan tanda-tanda dari penyakit ini?

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

8 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Cegah Stroke, Pakar Saraf Minta Kontrol 3 Hal Ini

10 hari lalu

Cegah Stroke, Pakar Saraf Minta Kontrol 3 Hal Ini

Masyarakat diimbau mengontrol gula darah, tekanan darah, dan kolesterol demi mencegah serangan stroke yang bisa datang kapan pun.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

11 hari lalu

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Diet Mediterania Bantu Pasien Kurang Risiko Hipertensi

12 hari lalu

Diet Mediterania Bantu Pasien Kurang Risiko Hipertensi

Peserta diet Mediterania biasanya konsumsi lebih banyak sayuran, buah, kacang, biji-bijian, minyak sehat, serta ikan dan makanan laut jumlah sedang.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

22 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya