Manfaat Ivermectin selain Membasmi Virus

Reporter

Bisnis.com

Minggu, 27 Juni 2021 10:51 WIB

Ivermectin. Kredit: Brazilian Report

TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan Ivermectin sebagai salah satu terapi penyembuhan Covid-19 masih menjadi pro kontra. Seperti apa Ivermectin yang lebih dikenal sebagai obat cacing ini di mata dokter paru?

Menurut pakar dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Budhi Antariksa, pro kontra terhadap Ivermectin di masyarakat itu wajar sebab sampai saat ini belum ada satu obat pun yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai obat Covid-19.

"Sampai saat ini WHO juga belum menetapkan obat untuk Covid-19, termasuk remdesivir dan hidroksiklorokuin. Karena ini penyakit yang baru sehingga semua negara masih terus melakukan penelitian obat Covid-19," ujarnya.

Menurut dokter dari Departemen Paru RS Persahabatan ini, Ivermectin sejatinya obat yang terbuat dari tanaman jamur dan telah dikembangkan lebih dari 30 tahun untuk obat antiparasit, termasuk untuk obat cacing pada manusia, hewan ternak atau peliharaan. Dari beberapa penelitian dan uji coba seperti di Jepang dan beberapa negara lain, Ivermectin bisa berperan dalam pengobatan virus.

"Jadi, semua itu ada bukti ilmiahnya yang dituangkan dalam jurnal kesehatan. Ivermectin bisa menghambat replikasi virus," ujarnya.

Advertising
Advertising

Dia menjelaskan virus itu seperti parasit yang tak bisa hidup di luar inangnya. Dengan meminum Ivermectin, replikasi bisa dihambat di dalam sel tubuh manusia.

"Karena replikasi bisa dihambat, jumlah virusnya akan berkurang dan akan habis, termasuk Covid-19," jelasnya.

Dari data dan penelitian yang dilakukan di luar negeri, efektivitas Ivermectin untuk menghambat replikasi virus atau parasit di tubuh manusia sangat besar. Jurnal kesehatan menyebutkan jika Ivermectin diberikan ke pasien yang meminum selama 1 hingga 5 hari dengan dosis terukur berdasarkan berat badan (200 mikrogram per 1 kg berat badan), dan pada hari ke-8 dan 10 dilakukan tes PCR maka minimal 80 persen pasien yang tadinya positif menjadi negatif.

"Memang, di luar negeri sudah dilakukan penelitian. Penggunaan Ivermectin untuk terapi Covid-19 di Indonesia masih baru. Kementerian Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) terus melakukan uji coba berbagai obat untuk terapi Covid-19, termasuk Ivermectin," ungkap Budhi.

Saat ini Indonesia mengalami serangan Covid-19 varian Delta yang memiliki karakteristik duplikasi yang sangat cepat. Dokter di India menurut jurnal yang dibaca Budhi menyebutkan Ivermectin mampu menurunkan jumlah pasien positif Covid-19. Rentang keamanan Ivermectin itu sangat besar. Jika tidak aman, Ivermectin tak akan mungkin dipakai lebih dari 30 tahun. Memang ada efek samping Ivermectin namun sangat minor, seperti nyeri ulu hati.

"Dari jurnal tersebut kelompok pasien yang diberikan obat dengan tambahan Ivermectin dibandingkan dengan kelompok pasien yang diberikan obat yang sama dan plasebo, angka kesembuhan pasien yang diberikan tambahan Ivermectin jauh lebih besar," jelasnya.

Menurutnya, pasien yang mendapatkan tambahan Ivermectin, efektivitas sembuh 60-70 persen sehingga obat itu mampu menekan jumlah pasien Covid-19 di India.

"Memang ada pro dan kontranya. Dengan varian yang sama dengan India, kita harus mengambil pelajaran berharga dari India. Namun, jika manfaat Ivermectin lebih banyak daripada mudaratnya, kenapa tidak kita coba. Kondisi saat ini bukan yang normal," kata Budhi.

Dari penelitian yang sudah dilakukan oleh berbagai negara, Ivermectin juga berperan meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatur proses kelebihan sitokin. Budhi menjelaskan dalam tubuh pasien yang terpapar Covid-19 akan terjadi badai sitokin. Keluarnya sitokin dalam tubuh manusia adalah suatu yang wajar ketika ada virus yang masuk ke tubuh sebab sitokin dipergunakan untuk melawan virus atau parasit yang masuk.

"Ketika terpapar Covid-19, tubuh manusia akan mengeluarkan sitokin yang banyak untuk pertahanan. Ini seperti perang besar yang dilakukan tubuh terhadap virus atau parasit. Namun, sitokin yang berlebih juga akan membuat tubuh menjadi tidak seimbang dan bisa menyebabkan kerusakan. Ivermectin bisa mengurangi sitokin yang berlebih," ungkap Budhi.

Manfaat lain dari Ivermectin adalah mengurangi peradangan atau anti-inflamasi. Ketika virus atau parasit masuk ke tubuh akan terjadi peradangan. Peradangan yang berlebihan akan membuat daya tahan semakin buruk sehingga Ivermectin sudah terbukti selama 30 tahun sebagai anti-inflamasi.

Baca juga: Bahaya Terlalu Banyak Minum Ivermectin, Bukan Obat Covid-19

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

4 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

10 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

11 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

11 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

15 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya