WHO Rekomendasikan 2 Obat Baru Ini untuk Kurangi Risiko Kematian Covid-19

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Kamis, 8 Juli 2021 14:55 WIB

Logo Sanofi. REUTERS/Charles Platiau

TEMPO.CO, Jakarta - Untuk membantu pengobatan pasien yang terkena Covid-19, World Health Organization atau WHO mengeluarkan dua varian obat terbaru. Adapun obat tersebut yaitu obat radang sendi (artritis) Actemra produksi Roche dan obat kortikosteroid Kevzara produksi Sanofi.

Pemberian obat ini tidak sembarang dilakukan sebab WHO telah melakukan uji klinis dengan memberinya kepada 11.000 pasien yang terinveksi dan menunjukkan hasil yang signifikan bahwa obat tersebut mampu mengurangi resiko kematian.

Menurut WHO, merawat pasien Covid-19 yang parah dan kritis dengan antagonis interleukin-6 yang mampu menghalangi peradangan telah mengurangi risiko kematian dan kebutuhan akan ventilasi mekanis.

Sedangkan melalui analisis yang dilakukan WHO, terdapat 25 persen risiko kematian selama 28 hari untuk pasien yang mendapatkan salah satu obat radang sendi yang mengandung kortikosteroid seperti deksametason. Sementara untuk orang yang melakukan perawatan standar akan mendapatkan 33 persen resiko kematian.

WHO mengatakan, berarti untuk setiap 100 pasien seperti itu, tujuh pasien atau lebih akan bertahan hidup tanpa mesin ventilator. Hal inilah yang membuat penjualan Kevzara tahun lalu dilaporkan naik 30 persen setelah banyak orang merasakan manfaat dari obat ini.

Advertising
Advertising

Kevzara merupakan obat yang berbentuk cairan untuk mengobati rheumatois arhtritis, pasien hanya perlu menyuntikkan obat ini dua minggu sekali. Walaupun dianjurkan oleh WHO, obat ini tetap memiliki efek samping seperti gangguan salura pencernaan, menurunkan reaksi imun, dan gatal serta ruam pada kulit yang disuntikkan.

Berbeda dengan Kevzara, Actemra hanya tersedia di rumah sakit saja dan hanya bisa diresepkan oleh dokter untuk pasien dengan gejala berat dan kritis. Obat ini bekerja sebagai antibodi monoklonal yang berfungsi sebagai antagonis reseptor IL-6. Actemara juga merupakan obat yang cukup mahal, hal ini dikarenakan teknologi dan penyimpanan obat tersebut yang membutuhkan perhatian khusus.

Obat ini menjadi yang kedua kalinya setelah WHO melakukan rekomendasi mengenai obat untuk Covid-19 pada September 2020 lalu.

GERIN RIO PRANATA

Baca juga: WHO Rekomendasikan Obat Roche dan Sanofi untuk Kurangi Kematian Akibat Covid-19

Berita terkait

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

6 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

16 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

21 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

4 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya