The East, Sejarah Brutal Ratu Adil Westerling

Selasa, 17 Agustus 2021 19:37 WIB

Film The East

INFO GAYA-Dalam sebuah patroli yang terpaksa melintasi sungai, satu grup tentara Belanda dikagetkan oleh suara letusan. Satu korban jatuh, tertembak di bagian perutnya. Dalam suasana masih diliputi duka dan amarah, Johan De Vries Jr. (Martijn Lakemeier) membantu Raymond (Marwan Kenzari) menginterogasi pejuang Indonesia yang tertangkap.

Diserang sengatan listrik saat diinterogasi, pejuang itu tidak gentar. Dalam rasa sakit di sekujur tulang dan darah berlumuran di beberapa bagian tubuh, ia merintih lirih, “Merdeka!” Kemudian berkata lantang, “Indonesia Merdeka!”

Inilah konflik yang dihadirkan The East (De Oost), film garapan sutradara Jim Taihuttu, yang memperlihatkan bentrokan antara tentara Belanda versus pejuang kemerdekaan. Dan hanya ini satu-satunya sepanjang film. Tidak ada perang tatap muka layaknya film-film perang lain. Pejuang kemerdekaan, yang disebut sebagai pemberontak hanya melancarkan serangan gerilya. Mengintai dari kegelapan, membidik, melepas tembakan, lalu menghilang ke dalam belantara.

Menyaksikan The East, kita memang diajak untuk melihat perang dari sudut pandang Belanda. Doktrin tentang Hindia (sebutan bagi Indonesia pada masa tersebut, menurut versi Belanda) yang dianggap tidak siap untuk merdeka ditanamkan sejak kedatangan para pasukan, melalui sebuah pidato sambutan.

“Berkat sekutu Amerika Serikat, maka Nazi, Jepang berhasil diusir. Tapi apa ini membawa kembali perdamaian ke Hindia?” ujar penceramah yang menyebut namanya Mayor Penders. Serentak, seluruh pasukan menggelang dan menjawab, “Ney (tidak).” Lalu di layar besar yang ada di belakang sang mayor berdiri muncul foto sosok berkopiah. Mayor ini melanjutkan kisahnya, bahwa selama pendudukannya, Jepang telah menebarkan racun sehingga muncul boneka Jepang bernama Soekarno. “Pengecut itu. Teroris,” kata sang mayor.

Advertising
Advertising

De Vries Jr. juga hadir di malam penyambutan tersebut. Dia adalah pemuda Belanda yang memilih jadi tentara untuk bertugas ke Hindia untuk mengubur kenangan pahit tentang ayahnya, Johan Senior, anggota partai sosialis yang mendukung Nazi di Perang Dunia II. Setelah Nazi kalah, Johan Senior diseret ke kamp tahanan oleh pemerintah Belanda. Penggambaran kisah tersebut diceritakan melalui kilatan-kilatan kilas balik di sepanjang film.

De Vries yang ditugaskan di Semarang merasa jenuh tidak pernah melakukan aksi. Selama patroli ke kampung-kampung, suasana terlihat tenang. Bersama rekan satu grup, mereka lebih sering berkeliling pasar di malam hari untuk minum-minum.

Setelah 30 menit menyaksikan alur cerita yang memperlihatkan latar belakang serta kegiatan para tentara di kamp maupun saat patroli, konflik awal akhirnya muncul. Yakni, ketika De Vries bertikai dengan tentara Jepang di sebuah pasar. Inilah awal perjumpaan De Vries dengan Raymond.

Siapakah Raymond? Rekan-rekan De Vries menceritkan bahwa sosok ini tidak takut pada siapa pun, pada apa pun. Hingga akhirnya De Vries membantu Raymond saat menginterogasi seorang pemberontak yang menembak mati rekannya di Sungai, dan melakukan operasi penyergapan gerombolan teroris, Gagak Hitam. Pertemuannya dengan Raymond kian intens.“Penduduk lokal menyebutku Ratu Adil. Menurut mitos kuno, dia adalah pendekar yang akan membebaskan rakyat dari penderitaan,” kata Raymond.

Percayalah, kita tak akan tahu siapa sebenarnya Raymond hanya dengan menyaksikan film ini. Melalui resensi yang banyak beredar di media mengenai film ini, atau mencari di internet, baru kita tahu dia adalah Raymond Westerling. Tokoh yang menorehkan sejarah kelam dalam sejarah negeri ini. Menurut Soekarno, Westerling membantai 40 ribu orang. Namun versi Belanda hanya di kisaran 3.000 orang.

Versi mana yang benar, tentu bukan untuk itu film ini dibuat oleh Jim. Kita hanya akan diajak menelusuri masa lalu, bahwa ada sebuah kisah yang sangat mengguncangkan. Terlebih, ketika Raymond diberi mandat penuh oleh pimpinan tinggi di Belanda untuk membentuk pasukan khusus dengan kekuasaan absolut.

Demikianlah. Pada akhirnya, ia pun membentuk Depot Speciale Troepen (DST), satuan khusus militer Belanda. De Vries tentu saja bergabung dengan pasukan tersebut dan berangkat ke Celebes (Sulawesi) untuk mencari para pemberontak.

Namun, nurani De Vries bergolak ketika ia menyaksikan cara Raymond membantai orang. Seluruh penduduk di desa yang mereka datangi dikumpulkan di tanah lapang. Kemudian Raymond membuka catatannya dan menyebut sejumlah nama yang harus maju ke depan. Di sinilah De Vries kaget melihat pistol Raymond menyalak lalu mencabut nyawa orang-orang tersebut.

Adegan pembantaian tersebut mewariskan berbagai opini bagi penyaksi film ini. Bagi kita sebagai masyarakat Indonesia tentu menjadi paham bagaimana aksi Westerling yang telah berlaku sangat kejam. Menjadikan The East sebagai tontonan di Hari Kemerdekaan, 17 Agustus, tentunya dapat menjadi pembelajaran sejarah. Di Indonesia, The East bisa disaksikan di Mola TV.

Bagi sejumlah warga Belanda tentu memiliki aroma berbeda. Sang sutradara, Jim Taihuttu, mengakui muncul kritik dari sejumlah orang di negerinya. Palmyra Westerling (anak Raymond Westerling), sempat menulis surat terbuka di media Belanda dan menuduh Jim sebagai orang yang rela memalsukan sejarah demi keuntungan pribadi. Bahkan mengatakan The East semuanya dibiayai oleh Indonesia untuk membuat film yang melukai hati warga Belanda. Padahal, film ini hasil produksi empat negara: Belanda, Belgia, dan Indonesia.

Palmyra juga berang kepada seseorang bernama Maarten Hidskes, penulis buku Di Belanda Tak Seorang pun Mempercayai Saya (2018). Buku ini bercerita tentang kisah nyata Piet Hidskes, anak buah Westerling di DST yang ikut dalam aksi pembantaian di Sulawesi. Piet merasa lelah dengan operasi tersebut. Lelah badan dan lelah mental melihat darah penduduk berceceran, tiap hari.

Kendati Jim tak pernah secara eksplisit mengaku terinspirasi oleh kisah nyata di buku itu, dalam sebuah wawancara di Majalah Tempo, di bercerita The East merupakan penggaliannya ke masa lalu nenek moyangnya. Jim memang memiliki darah Maluku. Kegiatan berkeseniannya bukan hanya film.

Jim lebih dulu dikenal sebagai Disc Jokey (DJ) dengan nama panggung Jim Aasgier. The East merupakan karya keduanya yang meraih sukses dalam aspek perbincangan, setelah film pertama Rabat (2011) dan Wolf (2013) yang meraih Golden Calf Award. (*)

Berita terkait

Pemeran Film The Idea of You

18 jam lalu

Pemeran Film The Idea of You

Film The Idea of You tayang di Prime Video pada 2 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Vina: Sebelum 7 Hari, Sinopsis dan Para Pemerannya

1 hari lalu

Vina: Sebelum 7 Hari, Sinopsis dan Para Pemerannya

Film horor Vina: Sebelum 7 Hari disutradarai oleh Anggy Umbara akan rilis pada 8 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

3 hari lalu

Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

Sutradara Hanung Bramantyo menyebut film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa awalnya hadir delam dua versi, 21+ dan 17+.

Baca Selengkapnya

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

8 hari lalu

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024

Baca Selengkapnya

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

9 hari lalu

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

10 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".

Baca Selengkapnya

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

16 hari lalu

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be

Baca Selengkapnya

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

18 hari lalu

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

19 hari lalu

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.

Baca Selengkapnya

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

21 hari lalu

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.

Baca Selengkapnya