Memutuskan Tak Punya Anak, Sudah Paham Risikonya?
Reporter
Antara
Editor
Yayuk Widiyarti
Minggu, 5 September 2021 16:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Semakin banyak pasangan yang memutuskan tak punya anak dengan berbagai pertimbangan. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) mengatakan pilihan childfree atau menikah tapi tidak punya anak memiliki sejumlah dampak kesehatan hingga risiko biologis, terutama bagi wanita.
"Seberapa kita mau memenuhi hak kita, tetap perlu diimbangi dengan seberapa dalam mempertimbangkan dan memutuskan hak tersebut dengan sudah tahu konsekuensi dan plus minusnya," kata Hasto. "Jangan hanya karena kita bebas menentukan tapi tidak mengetahui risikonya. Banyaklah membaca karena lebih baik tahu duluan sebelum mengambil keputusan."
Dari sisi biologis, Hasto mengatakan kebanyakan wanita yang mengidap tumor dan kanker rahim adalah yang tidak memiliki anak atau yang memiliki hanya satu orang anak. Mengutip laman Cancer.org, kanker rahim dapat menyerang wanita tanpa memandang usia namun lebih sering menyerang yang tidak pernah punya anak atau yang memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun.
"Mereka yang mengidap tumor rahim, (risiko) lebih cenderung meningkat pada yang nuliparitas (tidak punya anak, atau punya anak satu)," jelas Hasto.
Hasto mengatakan tumor dan kanker payudara cenderung banyak menyerang wanita yang tidak menyusui. Mengutip laman Cancer Center, wanita yang belum memiliki anak atau yang memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun mungkin memiliki peluang sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara. Itu karena jaringan payudara terpapar lebih banyak estrogen untuk jangka waktu yang lebih lama.
Selain itu, ada juga kista endrometrosis di mana sekitar 30-50 persen wanita yang mengalami endometriosis biasanya juga mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas. Meski endometriosis dapat mengganggu kesuburan, ada beberapa solusi yang mungkin bisa dijalani pasien agar bisa hamil, tergantung pada usia dan tingkat keparahan endometriosisnya.
"Oleh karena itu, jangan anggap kalau tidak punya anak itu bebas dari risiko. Pengetahuan kesehatan reproduksi perlu dibangun, terlebih karena perempuan siklusnya jalan terus. Setiap bulan telurnya kecil, membesar, kemudian pecah dan menstruasi," ujar Hasto. "Ketika wanita hamil, siklus itu disetop selama sembilan bulan dan itu ada baiknya, mengistirahatkan rahim dari putaran siklus hormon," ujar mantan Bupati Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, tersebut.
Lebih lanjut, ia mengatakan penting bagi wanita yang memutuskan tak punya anak untuk memperkaya wawasan terkait dampak dan risiko bagi tubuh. "Seandainya ingin childfree dan tahu risikonya dan kontrol secara baik, seperti payudara dikontrol secara rutin, rahimnya diskan secara periodik dari penyakit-penyakit yang biasanya datang pada yang tidak hamil, itu berarti baik karena dilakukan dengan rutin," katanya.
"Hal-hal seperti itu perlu sebagai imbangan pendapat childfree karena terpengaruh oleh emosional tapi kemudian tidak tahu risiko-risikonya," imbuh lulusan Fakultas Kedokteran UGM itu.
Ia juga mengusulkan bagi pasangan yang masih muda, sehat, dan mampu, untuk melakukan adopsi anak. "Usul saya, kalau mereka sehat dan mampu, mungkin bisa adopsi karena banyak masyarakat yang anaknya banyak tapi tidak mampu. Kalau punya rezeki, silakan," ujarnya.
Baca juga: 1.249 Anak Indonesia Mengidap Diabetes Tipe Satu