Riwayat Ketupat, Simbol Pemersatu yang Dulu Tak Identik dengan Lebaran

Reporter

Bisnis.com

Senin, 2 Mei 2022 20:21 WIB

Ilustrasi buka puasa/ketupat. Robertus Pudyanto/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Lebaran identik dengan ketupat, makanan khas Indonesia dan Malaysia yang terbuat dari beras dalam pembungkus berbentuk segi empat yang terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur). Beras yang dibungkus daun kelapa muda ini kemudian direbus hingga matang.

Meski selalu disajikan saat Idul Fitri di Indonesia, tidak banyak yang tahu ketupat memiliki sejarah dan makna yang menarik. Menurut Hermanus Johannes de Graaf, sejarawan Belanda yang khusus menulis sejarah Jawa, ketupat diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa.

Untuk memperkenalkan Islam, Sunan Kalijaga memperkenalkan tradisi, yaitu setelah Ramadan usai dan Idul Fitri dirayakan, masyarakat setempat diajak menganyam ketupat dari daun kelapa muda lalu disii dengan beras. Meski pendapat itu sangat populer, sebenarnya masyarakat Jawa telah mengenal hidangan bernama ketupat atau tipat sebelum datangnya Islam.

Sebelum Islam masuk, masyarakat Indonesia, terutama di Jawa dan Bali, kerap menggantungkan ketupat di depan pintu rumah sebagai jimat. Ketupat juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Dewi Sri, dewi pertanian dan kesuburan dalam mitologi Hindu. Setelah masuknya Islam, Sunan Kalijaga memperkenalkan tradisi Lebaran dan ketupat diangkat dari tradisi pemujaan terhadap Dewi Sri.

Akan tetapi, pada tradisi Lebaran, ketupat tidak lagi digunakan untuk memuja Dewi Sri melainkan sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan. Penggunaan ketupat sebagai hidangan perayaan tidak hanya di Pulau Jawa. Di daerah-daerah lain terdapat tradisi unik yang dinamakan perang ketupat.

Advertising
Advertising

Di Pulau Bangka, perang ketupat dilakukan saat memasuki Tahun Baru Islam atau 1 Muharam. Di Desa Kapal, Badung, Bali, perang ketupat bertujuan untuk memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. Di Lombok, perang ketupat dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen dan menandai saat mulai menggarap sawah.

Berdasarkan penelitian dari De Graaf dalam buku Malay Annual, ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa Kesultanan Demak yang dipimpin Raden Patah awal abad ke-15. De Graaf menduga kulit ketupat yang terbuat dari janur berfungsi untuk menunjukkan identitas budaya pesisir yang ditumbuhi banyak pohon kelapa.

Ketupat bukan sekadar makanan yang disajikan untuk menjamu para tamu saat Idul Fitri maupun merayakan genapnya enam hari berpuasa sunah pada bulan Syawal. Ketupat memiliki makna yang sangat dalam. Nama ketupat atau kupat merupakan singkatan dari bahasa Jawa ngaku lepat (mengaku salah), yang disimbolkan dengan anyaman janur kuning yang berisi beras lalu dimasak.

Nasi dianggap melambangkan nafsu manusia. Nasi yang dililit dengan janur memiliki arti manusia harus mampu menahan hawa nafsu dunia dengan hati nurani. Selain itu, bagian ketupat lainnya juga memiliki makna tersendiri. Anyaman janur menggambarkan kesalahan manusia, kemudian bentuk segi empat memiliki makna kemenangan umat Islam setelah menjalani puasa selama satu bulan.

Butiran beras yang dibungkus dalam janur juga merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran. Penggunaan janur sebagai bungkus pun memiliki makna tersembunyi. Janur dalam bahasa Arab berasal dari kata jaa a al-nur, bermakna telah datang cahaya. Sedangkan masyarakat Jawa mengartikan janur dengan sejatine nur (cahaya). Dalam arti lebih luas berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya (iman) selama Ramadan.

Anyaman janur yang saling melekat merupakan ajakan untuk melekatkan tali silaturahmi dan mempererat persaudaraan tanpa melihat perbedaan kelas sosial. Bagi sebagian masyarakat Jawa, bentuk segi empat ketupat memiliki makna kiblat papat limo pancer. Papat dimaknai sebagai simbol empat penjuru mata angin utama, Timur, Barat, Selatan, dan Utara. Artinya, ke arah mana pun manusia pergi ia tidak boleh melupakan pancer (arah) kiblat.

Ketupat kerap disajikan dengan kuah santan yang dibubuhi kunyit berwarna kuning keemasan, melambangkan emas dan keberuntungan dalam tradisi Cina. Selain itu, santan atau dalam bahasa Jawa disebut santen dapat memiliki makna nyuwun ngapunten, yang berarti saya memohon maaf.

Baca juga: Cara Asik Isi Libur Lebaran bersama Keluarga

Berita terkait

Harga Naik, Toko Ritel Batasi Penjualan Gula Pasir

1 jam lalu

Harga Naik, Toko Ritel Batasi Penjualan Gula Pasir

Sejumlah toko ritel melakukan pembatasan penjualan gula pasir imbas dari naiknya harga gula.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Berusia 477 Tahun, Berikut Sejarah Kota Semarang Hingga Peristiwa Pertempuran Lima Hari

16 jam lalu

Berusia 477 Tahun, Berikut Sejarah Kota Semarang Hingga Peristiwa Pertempuran Lima Hari

Sejarah Kota Semarang bermula pada abad ke-8 M, bagian dari kerajaan Mataram Kuno bernama Pragota, sekarang menjadi Bergota menjadi pelabuhan.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

17 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

7 hari lalu

Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

E-Commerce Communications Director Shop Tokopedia, Nuraini Razak mengungkap tren belanja sepanjang Ramdan dan Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

KAI Sebut Penjualan Tiket Kereta Kelas Suite Compartment dan Luxury Laris saat Libur Lebaran, Laku hingga 112 Persen

7 hari lalu

KAI Sebut Penjualan Tiket Kereta Kelas Suite Compartment dan Luxury Laris saat Libur Lebaran, Laku hingga 112 Persen

EVP of Corporate Secretary PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan penjualan tiket kereta api kelas Suite Class Compartment dan Luxury laris dibeli saat pelaksanaan angkutan masa Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Bawang Merah Rp 80 Ribu, Menteri Zulhas: Gara-gara Lebaran

8 hari lalu

Bawang Merah Rp 80 Ribu, Menteri Zulhas: Gara-gara Lebaran

Harga bawang merah naik hingga Rp 80 ribu per kilogram. Menteri Zulhas bilang gara-gara lebaran.

Baca Selengkapnya

Penumpang Commuter line di Masa Angkutan Lebaran Mencapai 20 Juta

9 hari lalu

Penumpang Commuter line di Masa Angkutan Lebaran Mencapai 20 Juta

PT Kereta Commuter Indonesia atau KCI mencatat total 20.944.000 penumpang commuter line selama masa angkutan Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

22 Hari Jadi Angkutan Lebaran, PT KAI Divre 1 Sumut Angkut 187.584 Penumpang

9 hari lalu

22 Hari Jadi Angkutan Lebaran, PT KAI Divre 1 Sumut Angkut 187.584 Penumpang

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI resmi menutup pelaksanaan Angkutan Lebaran 2024 yang telah berlangsung selama 22 hari sejak 31 Maret.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

9 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya