Kanker Anak Belum Jadi Program Prioritas Pemerintah, Dampaknya...

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 30 Mei 2022 23:33 WIB

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker anak memang jumlahnya tidak besar di Indonesia, namun jumlah penyintas penyakit ini terus meningkat. Peneliti dari St Jude Children Hospital Amerika Serikat, Hiroto Inaba, mengatakan leukemia jenis ALL adalah jenis kanker yang paling sering ditemukan di semua jenis keganasan pada anak. "Angkanya sekitar 50-70 persen," katanya dalam webinar bertajuk Beban Global Leukemia Limfoblastik Akut (Acute Lymphoblastic Leukemia atau ALL) yang diselenggarakan oleh Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)- UKK Hematologi Onkologi Anak pada 28 Mei 2022.

ALL atau leukemia ini adalah adalah jenis kanker darah yang menyebabkan kelebihan produksi sel darah putih abnormal yang disebut limfoblas. Limfoblas ini beredar dalam aliran darah dan menyusup ke sumsum tulang, kelenjar getah bening, dan organ lain dalam tubuh. Akibatnya, fungsi normal sumsum tulang terpengaruh yang menyebabkan produksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit normal yang buruk.

Dengan ketepatan diagnosis dan terapi yang tepat, angka kesintasan ALL pada anak meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir terutama di negara-negara maju. Namun, hal ini tidak terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. “Sebagai perbandingan, di Vietnam tingkat kesintasan hanya sekitar 47,8 persen sementara di Belgia mencapai 83,8 persen. Salah satu penyebabnya, terapi ALL di negara miskin dan berkembang masih mengandalkan rejimen kemoterapi yang toksik dan ini menjadi salah satu faktor penyebab angka kesintasan rendah,” kata Inaba.

Konferensi Pers Global View of Childhood Acute Lymphoblastic Leukemia pada 28 Mei 2022

Inaba melanjutkan, faktor klinis yang menentukan kesintasan pasien ALL anak adalah usia.Angka kesintasan pasien ALL usia 1-9 jauh lebih baik dibandingkan pasien anak usia kurang dari 1 dan atau lebih dari 10 tahun.

Terapi Target dan Imunoterapi Meningkatkan Angka Harapan Hidup Pasien ALL Anak

Selain usia, faktor lain yang menentukan keberhasilan penanganan ALL adalah faktor genetik yang sangat kompleks dan rejimen pengobatan. Dari penapisan genetika sel-sel kanker, kemudian dikembangkan pengobatan yang lebih tepat sasaran, yaitu terapi target dan imunoterapi. Di masa depan, terapi ini, menurut Inaba, diharapkan bisa mengurangi penggunaan atau dosis terapi kemoterapi konvensional yang toksis dan tidak mudah ditolerir pasien. “Ada dilema dalam penggunaan rejimen kemoterapi konvensional, di satu sisi mungkin ini menjadi pilihan terai yang terjangkau dan tersedia di beberapa negara, namun sulit diolerir pasien karena efek sampingnya berat,” ujar Inaba.

Advertising
Advertising

Penambahan terapi target dan imunoterapi setelah kemoterapi, menunjukkan efek samping bisa ditekan. Angka kesintasan juga meningkat. Menurut Inaba, imunoterapi menjadi topik hangat saat ini karena obat ini menyasar antibodi yang sangat spesifik yang berperan besar dalam perkembangan sel-sel kanker. Sedangkan terapi target menyasar pada gen tertentu yang bermutasi dan menyebabkan ALL.

Oleh karena itu, sebelum memberikan terapi target, skrining atau penapisan gen penting dilakukan. Menurut Inaba, ada tiga kategori pasien ALL berdasarkan profil genetik sel kanker yakni risiko rendah, sedang, dan tinggi. Sekitar 25 persen pasien risiko rendah memiliki angka kesintasan sangat tinggi, lebih dari 97 persen, dengan pengobatan target.

Sayangnya obat-obatan ini masih sangat mahal, dan belum bisa jangkau untuk pasien di negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Misdiagnosis dan Kanker Anak Belum Menjadi Prioritas di Indonesia

Dokter Spesialis Anak Konsultan, Eddy Supriyadi dari RSUP dr. Sardjito Yogyakarta memberikan pemaparan tentang beban ALL di Indonesia. Secara global, di tahun 1990-2017 ada kenaikan kasus ALL yang drastis, 49-64 kasus per 100 ribu penduduk. Angka kejadian di negara maju kasus cenderung turun dan sebaliknya kasus meningkat di negara menengah. Angka kematian secara global pun sama, terjadi penurunan signifikan di negara maju dan kenaikan di negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.

Indonesia masuk dalam 30 negara yang kenaikan kasusnya tinggi, yakni meningkat 33 persen dari tahun 1990-2017. Data UKK Hematologi Anak IDAI menunjukkan, kasus ALL mencapai 36 persen dari seluruh kasus kanker anak tahun 2022. “Insiden ini menjadi salah satu tolok ukur beban suatu penyakit yang berkaitan dengan pembiayaan yang dikeluarkan rumah sakit maupun negara,” kata Eddy.

Berbicara tentang kanker pada anak secara umum, kata Eddy, data di Litbangkes Kemenkes 2019, menunjukkan prevalensi kanker anak kurang dari 2 persen. Ini menjadikan kanker anak belum menjadi prioritas pemerintah dari sisi pengobatan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Khusus leukemia pada anak, tambah Eddy, masalah utama adalah meskipun kasus yang terus meningkat namun karena angkanya dianggap “kecil” maka belum menjadi prioritas program pemerintah. Hal ini menyebabkan penyediaan alat diagnostik, ketersediaan obat terbaru, unit kanker anak di rumah sakit, dan terapi suportif masih terbatas.

“Hal ini menjadi salah satu penyebab akurasi diagnosis rendah, bahkan antara jenis leukemia pun sering misdiagnosis, yang ini mencapai hampir 10 persen. Padahal salah diagnosis pun akan berlanjut pada salah pengobatan. Obat yang tersedia pun mayoritas masih memiliki toksisitas tinggi. Ini berkontribusi menambah beban penyakit ALL pada anak,” kata Eddy.

Inaba menyarankan, dengan masalah yang dihadapi negara menengah seperti Indonesia, perlu dilakukan berbagai upaya kerja sama dengan negara lain. Salah satu caranya melalui Yayasan filantropi kemanusiaan yang banyak memberikan bantuan akses pengobatan termasuk terapi target dan imunoterapi, ke negara berpenghasilan menengah dan rendah. Sebagian obat ini memang sudah ada di Indonesia, namun belum dicover BPJS.

Baca: Menangani Fatigue Pasien Kanker Anak

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

16 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

10 Efek Mengonsumsi Makanan Manis Berlebihan, Bisa Picu Sel Kanker

28 hari lalu

10 Efek Mengonsumsi Makanan Manis Berlebihan, Bisa Picu Sel Kanker

Ada banyak efek makanan manis yang tidak bagus untuk kesehatan, di antaranya bisa meningkatkan risiko diabetes hingga bertumbuhnya sel kanker.

Baca Selengkapnya

Olahraga 15 Menit Sehari Bantu Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

40 hari lalu

Olahraga 15 Menit Sehari Bantu Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Ternyata olahraga ringan selama 15 menit dapat meningkatkan kekebalan dengan meningkatkan kadar sel pembunuh alami bernama raising natural killer (NK)

Baca Selengkapnya

Prabowo Tinjau Program Makan Siang Gratis di Sekolah Cina

47 hari lalu

Prabowo Tinjau Program Makan Siang Gratis di Sekolah Cina

Dalam kampanye Pilpres 2024, Program Makan Siang Gratis merupakan andalan Prabowo bersama Gibran Rakabuming Raka, cawapres terpilih.

Baca Selengkapnya

Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

56 hari lalu

Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

Multiple myeloma juga dikenal sebagai kanker darah terbanyak di dunia setelah leukemia.

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Kanker Paru dengan EFGR, Cek Kelebihannya

4 Maret 2024

Pemeriksaan Kanker Paru dengan EFGR, Cek Kelebihannya

Pakar mengatakan pemeriksaan mutasi EGFR merupakan jenis yang dilakukan untuk kanker paru untuk menentukan pengobatan yang tepat.

Baca Selengkapnya

Gejala Kanker Laring, Suara Parau sampai Sulit Menelan

26 Februari 2024

Gejala Kanker Laring, Suara Parau sampai Sulit Menelan

Kanker laring bisa menyebabkan gejala suara parau karena letak kanker berada di pita suara. Cek gejala lainnya.

Baca Selengkapnya

Mitos Biopsi Kanker Prostat Bikin Penyakit Lebih Parah, Guru Besar FKUI Ungkap Faktanya

20 Februari 2024

Mitos Biopsi Kanker Prostat Bikin Penyakit Lebih Parah, Guru Besar FKUI Ungkap Faktanya

Guru Besar FKUI membantah biopsi pada kanker prostat dapat menyebabkan penyakit jadi semakin parah. Ia pun menjelaskan faktanya.

Baca Selengkapnya

Kenali Penyebab dan Gejala Kanker pada Anak

19 Februari 2024

Kenali Penyebab dan Gejala Kanker pada Anak

Dokter mengatakan penyebab kanker pada anak dan orang dewasa berbeda. Kenali faktor penyebab dan gejala kanker pada anak.

Baca Selengkapnya

4 Jenis Kanker dengan Pilihan Pengobatan Paling Beragam

18 Februari 2024

4 Jenis Kanker dengan Pilihan Pengobatan Paling Beragam

Meskipun rumit, beberapa jenis kanker punya lebih banyak pilihan pengobatan. Berikut jenis kanker yang disebut punya lebih banyak opsi pengobatan.

Baca Selengkapnya