Mengenal Sindrom Brugada, Gangguan Irama Jantung yang Mengancam Nyawa

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Sabtu, 6 Agustus 2022 06:04 WIB

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my

TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom Brugada adalah kondisi medis serius yang mengganggu ritme jantung. Sindrom ini dapat menyebabkan gejala yang berpotensi mengancam jiwa, bahkan kematian. Diperkirakan sekitar 5 dari 10.000 orang terkena sindrom Brugada di seluruh dunia.

Penyebab

Melansir Mayo Clinic, normalnya setiap detak jantung dipicu oleh sinyal elektrik yang dibuat oleh sel-sel khusus di bilik kanan atas jantung. Pori-pori kecil, yang disebut saluran, pada masing-masing sel ini mengarahkan aktivitas elektrik ini yang membuat jantung berdetak.

Pada sindrom Brugada, perubahan saluran ini menyebabkan jantung berdetak terlalu cepat dan menciptakan irama jantung yang berbahaya (fibrilasi ventrikel). Akibatnya, jantung tidak memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Irama yang tidak teratur yang berlangsung dalam waktu singkat dapat menyebabkan pingsan. Kematian jantung mendadak dapat terjadi jika detak jantung yang tidak teratur terjadi terus menerus.

Terdapat sejumlah mutasi gen yang terkait dengan sindrom Brugada, yang paling umum adalah mutasi pada gen SCN5A. Diperkirakan bahwa 15 hingga 30 persen orang pengidap sindrom Brugada memiliki mutasi pada gen ini.

Advertising
Advertising

SCN5A bertanggung jawab untuk membuat protein yang disebut saluran ion natrium. Saluran ion natrium memungkinkan ion natrium masuk ke otot jantung dan mengarahkan aktivitas listrik yang menyebabkan jantung berdetak. Ketika gen ini bermutasi, saluran ion tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga memengaruhi cara jantung berdetak.

Meski demikian, sejumlah orang dengan sindrom Brugada tidak memiliki mutasi gen yang dikaitkan dengan kondisi tersebut. Diperkirakan faktor lain dapat menyebabkan sindrom Brugada terjadi yang bisa jadi meliputi:

  • penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat khusus yang digunakan untuk mengobati aritmia lain, tekanan darah tinggi, atau depresi,
  • menggunakan obat-obatan seperti kokain,
  • ketidakseimbangan elektrolit, terutama kalium dan kalsium.

Gejala

Melansir Healthline, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki sindrom Brugada. Hal ini karena sindrom Brugada tidak menyebabkan gejala yang nyata atau menyebabkan gejala yang mirip dengan aritmia lainnya.

Beberapa tanda seseorang menderita sindrom Brugada meliputi:

  • Sering merasa pusing,
  • Memiliki detak jantung yang tidak teratur,
  • Mengalami kesulitan bernapas, terutama di malam hari,
  • Mengalami kejang,
  • Pingsan,
  • Serangan jantung mendadak.

Gejala juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

  • mengalami demam,
  • mengalami dehidrasi,
  • ketidakseimbangan elektrolit,
  • obat-obatan tertentu,
  • penggunaan kokain.

Penanganan dan pengobatan

Hingga saat ini belum ada obat untuk sindrom Brugada. Namun, ada beberapa cara untuk menghindari mengalami gejala yang berpotensi mengancam jiwa, yakni:

  • Defibrilator implan

Ini adalah perangkat medis kecil yang ditempatkan di bawah kulit di dinding dada. Jika perangkat ini merasakan bahwa jantung berdetak tidak teratur, kejut listrik kecil akan diberikan untuk membantu mengembalikan detak jantung menjadi normal.

  • Obat quinidine

Quinidine dapat membantu mencegah irama jantung yang berbahaya. Ini dapat berguna sebagai pengobatan tambahan pada orang dengan defibrillator implan.

  • Ablasi frekuensi radio

Prosedur ini adalah pengobatan baru untuk sindrom Brugada, yakni melibatkan penggunaan arus listrik secara hati-hati untuk menghancurkan area yang diyakini menyebabkan irama jantung abnormal. Efektivitas jangka panjang dari prosedur ini serta risiko kekambuhan masih dalam penelitian lebih lanjut.

HATTA MUARABAGJA

Baca juga: Memahami Henti Jantung dan Penyebabnya

Berita terkait

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

11 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

19 jam lalu

Penyebab Sulit Redakan Kesedihan karena Kehilangan Orang Tersayang

Kehilangan orang yang disayangi memang berat. Tak jarang, kesedihan bisa berlangsung lama, bahkan sampai bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

1 hari lalu

Awas, Marah Sebentar Saja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung

Peneliti menyebut amarah buruk buat fungsi pembuluh darah, mengganggu fungsi arteri, yang selanjutnya terkait risiko serangan jantung.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

1 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

4 hari lalu

IPW Sebut Polisi Mesti Telusuri Motif Kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi, Jangan Berhenti Kesimpulan Bunuh Diri

IPW menilai proses pemeriksaan terhadap tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi tak cukup berhenti di kesimpulan bunuh diri.

Baca Selengkapnya

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

4 hari lalu

Polisi Sebut Akan Periksa Ponsel Brigadir Ridhal Ali Tomi Dalami Penyebab Kematian di Mobil

Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan polisi terus menggali terkait kasus meninggalnya Brigadir Ridhal Ali Tomi diduga bunuh diri di dalam mobil.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

7 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

10 hari lalu

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

10 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

10 hari lalu

Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.

Baca Selengkapnya