Pentingnya Peran Ayah Dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan
Reporter
Tempo.co
Editor
Mitra Tarigan
Minggu, 13 November 2022 21:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dulu mungkin orang selalu mengatakan bahwa sosok ibu adalah orang yang paling memahami dan paling tahu tentang kesehatan serta paling memberikan perhatian gizi keluarga. Maklum, para ibu memang sejak dulu sudah banyak menghabiskan waktu di rumah. Sebaliknya, peran ayah lebih identik hanya sebagai pencari nafkah dalam keluarga.
Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak pula ibu yang membantu keuangan keluarga sehingga ikut berkarya di luar rumah. Tidak heran, semakin banyak pula para ayah yang berperan menjadi bapak rumah tangga.
Para ayah yang lebih banyak habiskan waktu di rumah ini akhirnya bisa memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan dan gizi keluarganya. Kondisi ini tentu membuat peran ayah dan ibu kini seimbang. “Ayah sangat bisa menjadi role model dalam pembentukan keluarga, karena pembentukan keluarga bukan hanya dari pola makan, atau bersama dengan ibu supaya lebih dekat," kata Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kartini Rustandi dalam sesi #TanyaAhlinya bersama Lemonilo untuk menyambut Hari Ayah Nasional, dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 12 Oktober 2022.
Kartini mencontohkan ketika di rumah ayah suka mengonsumsi makanan yang tidak sehat, maka anak pasti akan mengikutinya. Tidak jarang pula ternyata anak akan mengikuti profesi atau pekerjaan yang dilakoni oleh ayahnya. "Sebetulnya pola-pola seperti ini juga bisa menjadi bagian dari pendidikan dan bisa dikaitkan dengan kesehatan, begitu juga kalau ayah dan ibu sangat peduli pada kesehatan apalagi pascapandemi, terutama kesehatan anaknya,” kata Kartini.
Kartini melanjutkan, hal tersebut juga menjadi bagian dari peran ayah karena secara kedekatan, ayah juga harus terlibat dalam mengasuh anak. Saat ini sudah banyak ayah dan ibu yang memutuskan mengasuh anak berdua, berbagi peran, dan tidak pakai pengasuh. Ini tentu akan berpengaruh pada pendidikan anak. Kalau ayahnya suka berolahraga, maka anaknya akan mengikuti, sehingga ayah dan ibu harus memiliki peran yang sama.
Kartini melanjutkan, kesetaraan gender bukan hanya ayah dan ibu sama-sama bekerja, tapi bagaimana keduanya saling memperhatikan. Ia pun mengingatkan tentang peran ayah dalam memberikan perhatian lebih terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan anak (1000 HPK). "Ayah perlu mendampingi dan memperhatikan gizi dan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan sampai usia 2 tahun, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera," kata Kartini.
Ia bahkan menambahkan bahwa sebenarnya para ayah bisa memberikan perhatian pada kesehatan gizi keluarga terutama kesehatan istri pada masa sebelum sang istri hamil serta saat keduanya merencanakan kehamilan. Harapannya dengan peran ayah memberikan perhatian lebih kesehatan keluarga terutama sang istri, maka istri bisa melahirkan anak yang sehat. "Selanjutnya ayah juga harus memperhatikan masalah kesehatan dan pendidikan anak. Ayah harus memberikan perhatian pada gizi untuk istri dan anaknya. Kita harus mematahkan mitos yang tidak tepat, yaitu kalau ayah makan bagian dagingnya, ibu bagian kepalanya, anak dapat sisanya padahal justru semuanya harus sesuai dengan porsi yang baik dan benar. Di sini juga peran ayah ketika dia menjadi suami, dia harus menjaga kesehatan dirinya, istrinya, dan anaknya,” kata Kartini.
Kartini menyampaikan bahwa di momentum Hari Ayah Nasional pada 12 November ini, ayah harus menjadi suri tauladan bagi keluarga. Salah satunya dengan memperhatikan masalah kesehatan dan pemenuhan gizi untuk keluarga. “Peran ayah sangat penting, dia adalah role model dalam keluarga. Oleh karena itu, ayo ayah Indonesia, mari menjadi role model dalam kesehatan untuk membentuk keluarga yang lebih sehat,” katanya.
Baca: Pentingnya Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak