Beda Diare Akut dan Kronis serta Penyebabnya

Reporter

Antara

Rabu, 7 Desember 2022 14:31 WIB

Ilustrasi diare. lifeworkswellnesscenter.com

TEMPO.CO, Jakarta - Diare adalah kondisi perubahan frekuensi buang air besar (BAB) yang disertai perubahan konsistensinya, menjadi lebih lembek atau cair dan frekuensinya meningkat. Diare bisa dialami siapa saja, anak-anak hingga lansia. Butuh pencegahan dan penanganan yang tepat agar penyakit ini tidak membahayakan tubuh.

"Bisa dikatakan hampir semua orang pernah mengalami diare karena memang dari penyebabnya pun bisa karena infeksi atau tidak cocok dengan makanan. Jadi memang akan mudah dialami oleh semua orang," ujar Medical Officer PT Kalbe Farma Tbk, dr. Kristia Avi Ardiani.

Avi mengatakan ada dua tipe diare, yakni diare akut dan diare kronis. Yang pertama terjadi kurang dari dua minggu, biasanya disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi atau infeksi virus, bakteri, atau parasit. Penyebab lain adalah perubahan pola asupan karena sistem pencernaan belum terbiasa dengan asupan yang baru dikonsumsi, misalnya diare karena pertama kali minum susu. Pada kondisi ini diare bisa sembuh dengan sendirinya namun jika disebabkan infeksi, butuh penanganan.

Diare kronis terjadi selama lebih dari dua minggu. Penyebabnya, malabsorbsi atau gangguan penyerapan, misalnya orang-orang yang memiliki intoleransi gluten, laktosa, fruktosa. Bisa juga karena penyakit yang terdapat peradangan di saluran cerna, seperti Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Irritable Bowel Syndrome (IBS).

"Maka, harus ada manajemen lifedata-style dan makanan yang dikonsumsi. Gangguan saluran cerna yang terjadi secara kronis pun memerlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Diare bergantung pada daya tahan tubuh," kata Avi.

Advertising
Advertising

Infeksi fekal oral
Menurutnya, diare juga bisa disebabkan penularan infeksi melalui fekal oral. Misalnya, saat orang sedang diare dan tidak bersih dalam mencuci tangan, maka penyakit tersebut bisa ditularkan lewat benda-benda yang disentuhnya. Diare perlu diwaspadai ketika berlangsung lebih dari tiga hari dan sudah dibantu dengan oralit tapi gejalanya tidak membaik atau semakin parah, ditambah terdapat demam, mual, muntah, sakit perut, perut terasa keram, tiba-tiba BAB-nya ada lendir atau darah, maupun berkali-kali BAB. Kemungkinan diare tersebut disebabkan oleh infeksi.

"Yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai terjadi dehidrasi karena saat diare banyak cairan tubuh yang hilang karena keluar terus lewat feses. Cairan tubuh juga hilang beserta elektrolit-elektrolit yang memang untuk tubuh. Jadi, caranya minum air yang cukup, air putih atau ditambah cairan oralit yang mengandung garam dan gula," saran Avi.

Apabila cairan oralit tidak membantu bisa ditambahkan obat-obatan mengandung adsorben untuk menghentikan diare, misalnya attapulgite, pektin, karbon aktif, bismuth. Avi juga mengatakan supaya tidak diare harus bisa memilih makanan yang cara penyajiannya bersih dan jangan lupa mencuci tangan sebelum makan.

"Kalau tidak bersih risikonya lebih tinggi terkontaminasi dan akan menyebabkan diare. Lalu batasi atau hindari makanan yang memang mencetuskan diare karena memang orang satu dengan yang lain berbeda pencetusnya," katanya.

Baca juga: Cara Mengolah Bahan Alami untuk Atasi Diare

Berita terkait

Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

6 hari lalu

Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

Bisakah penyakit Lyme akibat gigitan serangga disembuhkan? Tentu saja asal tak terlambat diobati karena komplikasinya beragam.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

7 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

9 hari lalu

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.

Baca Selengkapnya

Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

12 hari lalu

Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

Menjaga kebersihan tangan merupakan upaya mencegah berbagai penyakit infeksi dan bagian dari cara hidup sehat. Ini cara yang dianjurkan.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

13 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya

Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

15 hari lalu

Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

Terapi ikan bisa menghilangkan sel kulit mati, namun dapat berbahaya jika kebersihan kolam tidak terjaga.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

25 hari lalu

Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

Masyarakat diminta mewaspadai penyakit kronis yang bisa timbul kembali di masa Lebaran karena tidak dikontrol seperti saat berpuasa.

Baca Selengkapnya

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

27 hari lalu

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

Hepatitis B menyebabkan 83 persen kematian dan hepatitis C menyumbang 17 persen di dunia.

Baca Selengkapnya

Macam Penyakit yang Rawan Menyerang Anak di Masa Mudik Lebaran

28 hari lalu

Macam Penyakit yang Rawan Menyerang Anak di Masa Mudik Lebaran

Dokter mengatakan anak berisiko diare selama mudik Lebaran akibat pola makan yang tidak teratur. Penyakit apa lagi yang juga mengintai?

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

32 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya