Covid-19 Masih Ada, Ini Saran Epidemiolog setelah PPKM Dicabut

Reporter

Antara

Senin, 16 Januari 2023 20:06 WIB

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 ke lengan lansia di Balai Kota Yogyakarta, Kamis 15 Desember 2022. Menurut data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 DIY capaian vaksinasi COVID-19 dosis ketiga di Daerah Iistimewa Yogyakarta per (14/12/2022) mencapai 45,08 persen dari total sasaran 3.181.285 orang. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog sekaligus pakar keamanan dan ketahanan kesehatan global Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyatakan pencabutan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) merupakan momen untuk meningkatkan perlindungan anak dan lansia dari COVID-19.

“Jangan sampai menimbulkan pengabaian atau rasa tidak aman karena status pandemi ini belum dicabut. Apa yang disampaikan WHO ini juga menjadi pengingat terhadap pemerintah Indonesia,” kata Dicky di Profit CNBC Indonesia.

Ia mengingatkan pencabutan PPKM tidak serta merta dapat membuat semua pihak menjadi abai karena jika diabaikan maka sirkulasi perkembangan virus akan membuat karakternya semakin pintar dan mudah menembus antibodi. Dikhawatirkan subvarian baru seperti XBB.1.5 dapat menurunkan efikasi vaksinasi COVID-19 yang sedang digencarkan atau lebih cepat meruntuhkan kadar antibodi.

Dicky menyoroti pengabaian sangat berbahaya bagi dunia, terutama Indonesia. Cakupan vaksinasi booster bagi lansia di Indonesia masih sangat sedikit dan belum bisa menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia beraktivitas. Sementara pemberian dosis primer pada anak pun saat ini masih harus terus dikejar karena baru mulai diberikan.

Beri perhatian lebih
Ia menambahkan kelompok rawan tersebut saat ini harus mendapatkan perhatian lebih. Meski angka kematian tidak setinggi varian Delta, ia mencontohkan situasi ICU di Amerika Serikat, sebagian Eropa, dan negara tetangga di Asia banyak dipenuhi lansia. Sementara itu, masih banyak anak yang belum bisa mengakses vaksinasi COVID-19 atau melengkapi dosis sampai kedua.

Advertising
Advertising

“Jadi, sekali lagi, saat ini kita tidak membicarakan keparahan atau kematian walaupun semakin menurun dengan modal vaksinasi,” paparnya.

Dicky mengingatkan baik XBB.1.5 maupun long covid akan sangat berbahaya bagi masyarakat. Apalagi, jumlah penduduk di Tanah Air sangat besar sehingga dapat memicu terjadinya potensi penurunan sumber daya manusia. Kemudian, adanya permasalahan selain COVID-19 yang selama pandemi secara tidak terlihat mengalami penambahan kasus. Misalnya, diabetes dan penyakit jantung.

“Kewaspadaan menjadi penting dan selalu saya ingatkan dampak COVID-19 ini bukan hanya di fase akut tapi juga fase kronis atau jangka menengah,” ucapnya.

Ia juga meminta setiap orang tidak membuat julukan baru dari varian COVID-19 yang dapat membingungkan masyarakat sebab hanya Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang memiliki wewenang tersebut.

“Kita perlu menghindari penggunaan kata atau penamaan yang membuat orang panik, seperti kraken atau apapun, karena WHO tidak menambah itu secara resmi. Ini lebih ke bahasa yang digunakan banyak media. Tapi saat ini XBB 1.5 tetap dalam keluarga Omicron,” katanya.

Baca juga: Pakar Sebut Perlunya Vaksinasi COVID-19 pada Balita dan Anak

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

2 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

2 hari lalu

Buat Jemaah Calon Haji 2024, Ini Aturan Terbaru dari Arab Saudi

Arab Saudi mewajibkan jemaah calon haji memenuhi kriteria vaksinasi dan mendapatkan izin resmi.

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

3 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

4 hari lalu

Olahraga dan Modifikasi Gaya Hidup, Investasi Kesehatan bagi Anak Muda

Olahraga bisa menjadi investasi kesehatan di masa datang dan penting bagi anak muda zaman sekarang mengubah gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga.

Baca Selengkapnya

Dokter: Lansia Perlu Hindari Kafein agar Tidak Mengompol

4 hari lalu

Dokter: Lansia Perlu Hindari Kafein agar Tidak Mengompol

Lansia diminta menghindari minuman berkafein seperti kopi dan teh pada sore dan malam hari agar tidak mengompol selama tidur malam.

Baca Selengkapnya