Awas, Flu Burung Kini Intai Manusia, Simak Pesan Pakar

Reporter

Antara

Senin, 27 Februari 2023 20:34 WIB

Bebek mati digantung di sebuah peternakan di pinggiran Phnom Penh 17 Desember 2008. REUTERS/Chor Sokunthea

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar kesehatan Tjandra Yoga Aditama menyatakan kasus flu burung atau H5N1 yang semula terjadi pada hewan mamalia, saat ini mulai menginfeksi manusia.

"Sesudah terjadi flu burung di berbagai binatang mamalia di berbagai negara Eropa dan lainnya maka mulai ada kasus pada manusia, bahkan di Asia, bahkan sesama negara ASEAN, yaitu Kamboja," kata Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu .

Ia mengatakan kasus flu burung di Kamboja baru-baru ini diawali infeksi pada 22 ekor ayam dan tiga bebek yang mati di lingkungan rumah keluarga setempat. Selain itu, burung liar di sekitar desa tempat tinggal pasien dilaporkan mati serta masih ada 11 orang lain yang sedang dalam pemeriksaan tentang kemungkinan tertular.

"Kematian unggas juga terjadi di negara kita pada waktu kasus flu burung pada manusia meningkat beberapa tahun yang lalu dan bahkan angka kematian di Indonesia cukup tinggi," ujarnya.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mendorong kepemimpinan Indonesia di ASEAN untuk mengantisipasi penyakit ini. "Kementerian Kesehatan Indonesia perlu mengoordinasikan seluruh Kementerian Kesehatan di negara ASEAN untuk kewaspadaan dan antisipasi," imbaunya.

Advertising
Advertising

Caranya dengan mendeteksi apakah ada kasus di negara ASEAN lain di luar Kamboja, termasuk Indonesia. Kalau memang ada maka perlu upaya maksimal untuk mengendalikan di sumber penularan supaya kasus tidak keluar ke negara lain. Berikutnya, negara yang belum ada kasus perlu membentengi diri agar jangan terjadi importasi kasus.

"Untuk Indonesia, perlu dilakukan surveilans ketat pada unggas dan manusia untuk mendeteksi awal kalau-kalau sudah ada kasus," tuturnya.

Deteksi di rumah sakit
Untuk mendeteksi unggas bisa dilakukan di tiga tempat, yakni peternakan, pasar ayam, dan lingkungan rumah. Untuk manusia dapat dideteksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain.

"Apalagi kalau ada klaster beberapa orang dengan gejala yang sama," ujarnya.

Jika muncul kecurigaan kasus pada manusia dan hewan maka diperlukan tim khusus yang dapat turun ke lapangan. "Mereka haruslah gabungan antara kesehatan dan juga kesehatan hewan. Sarana diagnosis dicek ulang kesiapan dan ketersediaannya, kalau-kalau nanti diperlukan secara luas," katanya.

Ia mengatakan berikutnya terkait obat flu burung, Oseltamivir dengan merek Tamiflu, yang perlu juga dicek ketersediaan serta cara mendapatkannya.

"Tentu terus kerja sama dengan WHO untuk memantau perkembangan kasus di berbagai negara, perkembangan genomik kasus pada manusia dan unggas, serta kerja sama internasional untuk ketersediaan logistik yang mungkin akan diperlukan," tegasnya.

Pilihan Editor: Terbuat dari Burung, Ini Khasiat Minyak But But, Bisa Sembuhkan Ambeien Tanpa Operasi

Berita terkait

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

11 jam lalu

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?

Baca Selengkapnya

Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

3 hari lalu

Saran Tenaga Medis agar Kebersihan Tangan Selalu Terjaga

Menjaga kebersihan tangan merupakan upaya mencegah berbagai penyakit infeksi dan bagian dari cara hidup sehat. Ini cara yang dianjurkan.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

4 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya

10 Hewan Terkecil di Dunia, Ada yang Ukurannya 7,7 Milimeter

5 hari lalu

10 Hewan Terkecil di Dunia, Ada yang Ukurannya 7,7 Milimeter

Berikut ini deretan hewan terkecil di dunia, mulai dari spesies ikan, katak, kura-kura, kelinci, tikus, hingga ular.

Baca Selengkapnya

Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

6 hari lalu

Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

Terapi ikan bisa menghilangkan sel kulit mati, namun dapat berbahaya jika kebersihan kolam tidak terjaga.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

16 hari lalu

Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

Masyarakat diminta mewaspadai penyakit kronis yang bisa timbul kembali di masa Lebaran karena tidak dikontrol seperti saat berpuasa.

Baca Selengkapnya

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

17 hari lalu

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

Hepatitis B menyebabkan 83 persen kematian dan hepatitis C menyumbang 17 persen di dunia.

Baca Selengkapnya

Lovebird jadi Parcel, Forest and Wildlife Minta Tak Ada Hantaran Berupa Satwa saat Lebaran

19 hari lalu

Lovebird jadi Parcel, Forest and Wildlife Minta Tak Ada Hantaran Berupa Satwa saat Lebaran

Forest and Wildlife, Muhammad Ali Imron, mengatakan bisa menyebabkan kematian burung, terutama ketika si penerima tidak menghendaki parcel lovebird.

Baca Selengkapnya

Marak Lovebird Jadi Parcel Lebaran, Davina Veronica: Merampas Hak Hidup dan Kebebasan Hewan

20 hari lalu

Marak Lovebird Jadi Parcel Lebaran, Davina Veronica: Merampas Hak Hidup dan Kebebasan Hewan

Ada tren menjadikan burung seperti lovebird sebagai parcel atau kado. Davina Veronica menganggap sebagai perampasan hak hidup hewan.

Baca Selengkapnya

Sepasang Lovebird Jadi Hampers Lebaran, Davina Veronica: Stop Burung sebagai Hadiah Kado dan Parcel

22 hari lalu

Sepasang Lovebird Jadi Hampers Lebaran, Davina Veronica: Stop Burung sebagai Hadiah Kado dan Parcel

Hampers lebaran tidak lagi hanya berupa kue-kue lebaran atau kaleng biskuit, tapi juga sepasang lovebird. Bentuk kejahatan terhadap binatang.

Baca Selengkapnya