Peringati Hari Bumi, PBB Ingatkan Permukaan Air Laut Global Naik 2 Kali lipat

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Sabtu, 22 April 2023 15:57 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - PBB melalui Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), menyebutkan bahwa laju permukaan laut global naik lebih cepat, tepatnya lebih dari dua kali lipat, dibandingkan dalam dekade pertama perhitungannya yaitu pada 1993-2002. Kenaikan permukaan air laut global ini mencapai angka tertingginya pada 2022.

Laporan WMO itu menjelaskan tentang bahaya dari perubahan iklim, runtuhan glasier ekstrim dan kenaikan suhu laut yang menyebabkan kenaikan rata-rata permukaan laut sebesar 4,62 mm antara tahun 2013-2022. Angka tersebut dua kali lipatnya laju yang dicatat pada dekade pertama catatan mereka, yaitu 1993-2022.

Secara total, ada kenaikan sebesar lebih dari 10 cm sejak awal tahun 90an. Mereka memperingatkan bahwa tren itu bisa terjadi terus menerus selama seribu tahun. "Kita sudah kalah dalam permainan glasier meleleh ini dan juga permainan kenaikan permukaan laut, jadi itu berita buruk," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas dalam sebuah konferensi pers.

Meningkatkan permukaan air laut terjadi karena besarnya jumlah emisi rumah kaca yang sudah dikeluarkan, sehingga permukaan air akan terus naik selama 'ribuan tahun lamanya'.

Kenaikan permukaan laut mengancam kelangsungan kota-kota yang berada di pantai, serta negara-negara di dataran rendah, seperti kepulauan Tuvalu. Negara itu berencana membuat versi digital tanah airnya untuk persiapan seandainya mereka benar-benar tenggelam.

Advertising
Advertising

Laporan tahunan itu, yang dirilis sebelum Hari Bumi, juga menunjukkan bahwa lautan es di Antartika menyusut sampai ke angka terendahnya pada Juni dan Juli yang lalu. Dalam laporan tersebut, lautan menjadi yang paling hangat, dan 58 persen permukaan laut mengalami gelombang panas laut.

Sekitar 15 ribu orang tewas karena gelombang panas di Eropa tahun lalu, menurut laporan tersebut.

Taalas mengatakan bahwa pola cuaca ekstrem semacam itu akan terus berlanjut hingga tahun 2060-an, tak peduli apapun upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi emisi. Akan tetapi, masih ada kesempatan untuk mengubahnya. "Berita baiknya adalah kita bisa mengalahkan tren negatif ini, bahkan mencapai target untuk membatasi kenaikan suhu sampai 1,5 Celsius," katanya, mengutip rencana iklim ambisius yang dicanangkan oleh G7, yang memungkinkan dunia untuk mencapai target temperatur seperti tertulis dalam Perjanjian Paris 2015.

Secara keseluruhan, WMO menyebutkan bahwa 2022 adalah tahun kelima atau keenam terpanas dalam catatan mereka, dengan temperatur global naik sebesar 1.15 Celsius dibandingkan rata-rata sebelum era industri, meski ada fenomena La Nina yang mendinginkan.

Para peneliti iklim memperingatkan bahwa bumi bisa menembus angka suhu global rata-rata baru pada tahun 2023 atau 2024 akibat perubahan iklim serta perkiraan fenomena El Nino yang akan datang.

Pilihan Editor: Studi: Sungai Bawah Es Antartika Berperan Penting dalam Kenaikan Permukaan Laut

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

2 jam lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

15 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

2 hari lalu

Pertamina International Shipping Catat Penurunan Emisi Karbon 25.445 Ton

PT Pertamina International Shipping mencatat data dekarbonisasi PIS turun signifikan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

4 hari lalu

30 Warga Thailand Tewas Akibat Cuaca Panas Terik

Thailand mencatat cuaca panas menyebabkan 30 orang tewas sejak awal Januari hingga April 2024.

Baca Selengkapnya

Telkomsel Jaga Bumi Peringati Hari Bumi Sedunia

4 hari lalu

Telkomsel Jaga Bumi Peringati Hari Bumi Sedunia

Lebih dari 15 ribu pohon telah ditanam di 8 lokasi sepanjang tahun 2023 sebagai bagian dari program Telkomsel Jaga Bumi Carbon Offset. Selain itu, lebih dari 75 ribu pavement block dan 20 ribu phone holder diproduksi dari limbah plastik dan bekas cangkang kartu SIM melalui program Waste Management.

Baca Selengkapnya

Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

5 hari lalu

Ratusan Rumah di Luwu Sulawesi Selatan Terendam Banjir setelah Hujan 10 Jam

Kendati mulai surut, BNPB mengantisipai banjir susulan.

Baca Selengkapnya

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

5 hari lalu

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

Dalam orasi ilmiah pengukuhan profesor riset dirinya, Erma membahas ihwal cuaca ekstrem yang dipicu oleh kenaikan suhu global.

Baca Selengkapnya

Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

6 hari lalu

Atmosfer Bergejolak, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

BMKG mendeteksi faktor-faktor atmosfer pemicu kenaikan curah hujan di berbagai wilayah. Masyarakat harus mewaspadai cuaca ekstrem.

Baca Selengkapnya

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

6 hari lalu

Pertamina Geothermal Energy Dorong Program Pengelolaan Sampah

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) melakukan berbagai inisiatif untuk menjaga lingkungan.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

7 hari lalu

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

Ford Foundation menilai Hari Bumi bisa menjadi momentum untuk mengingatkan pentingnya peran komunitas adat untuk alam.

Baca Selengkapnya