Awas Tabungan Jebol, Ini Fase yang Terjadi Sebelum Alami Gangguan Psikologis Kecanduan Belanja
Reporter
Reno Eza Mahendra
Editor
Hisyam Luthfiana
Senin, 24 April 2023 14:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rasa senang bisa timbul dengan berbagai cara. Salahsatunya ketika bisa memiliki barang kesukaan. Baik ketika diberi hadiah atau ketika bisa membelinya sendiri. Namun, rupanya ada rasa senang ketika mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu. Perasaan bahagia, sensasi puas dan lega campur aduk menjadi satu ketika berhasil belanja barang kesukaan. Intensitasnya akan lebih sering bagi penderita kecanduan belanja.
Laiknya candu, bagi sebagian orang, gejolak perasaan itu ingin dirasakan berulang-ulang. Bahkan sensasi kesenangan saat belanja menjadi suatu pelarian dari rasa sedih yang dialami. Sama halnya seperti rasa lapar yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan hasrat untuk terus makan, gangguan psikologis seseorang ketika terus menerus belanja barang konsumtif yang berlebihan dan tak terkontrol dapat dikategorikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang dikenal dengan Compulsive Buying Disorder atau CBD.
Seperti dilansir dari penelitian Donald W Black dengan judul “Compulsive Buying Disorder: Definition, Assessment, Epidemiology, and Clinical Management”, menyebut bahwa CBD merupakan perilaku berbelanja yang abnormal atau berlebihan dan dilakukan secara tidak terkontrol, berulang, dan selalu memiliki dorongan yang kuat untuk berbelanja. Tak jarang, hal itu jadi cara untuk menghilangkan stress, cemas, dan memuaskan diri. Sementara itu, gangguan tersebut muncul seiring dengan psikologis lainnya seperti mood disorders, anxiety disorders, substance use disorders, eating disorders, dan disorders of impuls control.
Gangguan psikologis tersebut tidak terjadi secara acak atau muncul secara tiba-tiba, seperti gangguan psikologis lainnya, CBD memiliki beberapa pola. Lebih lanjut, terhadap lima pola yang terjadi pada individu yang mengalami CBD, yakni:
- Impulse purchase
Kelainan ini terjadi ketika selalu membeli barang secara impulsif atau tanpa memikirkan akibatnya. penyintas kelainan ini membeli barang tanpa pertimbangan. Biasanya penderita penyakit ini berpotensi menjadi seorang penimbun barang, karena Ia akan terus berbelanja tanpa disadari masih banyak barang baru yang belum Ia sentuh sama sekali.
- Buyers high
Seseorang yang merasakan kegembiraan yang berlebih ketika Ia mempertimbangkan dan membeli barang. Namun rasa puas itu hanya sesaat. Ketika telah memiliki barang tersebut ia kehilangan rasa senang.
- Shopping to dampen unpleasant emotions
Membeli barang secara berlebihan menjadi pelarian dari hidupnya yang kesepian. Orang ini biasanya membeli barang hanya untuk menghibur diri dari masalah dan penderitaan.
- Guilt and remorse
Seseorang akan merasa bersalah dan menyesal, namun akan timbul rasa untuk melakukan “perbaikan” yang tidak lain adalah membeli sesuatu barang yang lain.
- The pain of paying
Seseorang dengan kebiasaan seperti ini akan bergantung pada kartu kredit dibandingkan dengan uang tunai, karena mereka menganggap membayar dengan uang tunai adalah suatu hal yang menyakitkan dibandingkan dengan membayar menggunakan kartu kredit.
Seperti gangguan psikologis lainnya, CBD juga memiliki konsekuensi yang bersifat jangka pendek maupun konsekuensi jangka panjang. Dilansir dari laman yayasanpulih.org, berikut konsekuensi dari CBD atau kelainan belanja.
- Konsekuensi jangka pendek bersifat positif, meliputi mengurangi stress, meningkatkan konsep diri dan meningkatkan hubungan interpersonal.
- Konsekuensi jangka panjang bersifat negatif dan dapat berimbas kepada keadaan ekonomi dan psikologis. Konsekuensi ini meliputi meningkatkan tunggakan kartu kredit, memiliki hutang yang berlebihan, berkurangnya tabungan, terjerat kasus hukum, muncul perasaan rendah diri, meningkatnya rasa bersalah, depresi, cemas, frustasi dan munculnya konflik interpersonal.
Pilihan Editor:
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.