Apakah Oversharing Itu? Berbagai Alasan Seseorang Melakukannya
Reporter
Angelina Tiara Puspitalova
Editor
S. Dian Andryanto
Jumat, 28 Juli 2023 09:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit orang yang suka berbagi momen. Apabila kamu senang merasa berbagi momen terlalu banyak, itulah yang disebut dengan oversharing.
Oversharing adalah pembagian data pribadi yang berlebihan. Informasi dapat dibagi dalam berbagai cara, termasuk berbagi kegiatan sehari-hari dengan orang lain.
Menjadi autentik bukan berarti menceritakan masalah terdalam kamu kepada banyak orang. Ini adalah tanda yang jelas bahwa kamu berbagi terlalu banyak hal yang harusnya kamu simpan untuk diri sendiri dan orang yang kamu cintai.
Oversharing bisa disebabkan oleh fear of missing out (FOMO) atau takut ketinggalan. Menurut berbagai sumber, misalnya, jika Anda melihat foto liburan teman Anda, Anda mungkin ingin membagikan foto liburan Anda agar banyak orang dapat melihat dan mengaguminya.
Seseorang harus berhati-hati tentang berbagi karena dapat menyebabkan tindakan kriminal. Selain itu, berbagi secara berlebihan juga merupakan tanda penyakit mental.
Ada banyak alasan seseorang mungkin ingin berbagi terlalu banyak. Salah satunya adalah perilaku kompulsifnya. Perilaku ini membuatnya sulit mengontrol keinginan untuk berbagi konten di media sosial.
Sama halnya dengan tidak bisa menghentikan pikiran kita untuk mengomentari tubuh teman. Dia secara tidak sadar membagikan karena dia terbiasa memposting langsung apa yang ada di pikirannya.
Permasalahan Mentalitas Sebagai Korban
Apa yang dimaksud dengan mentalitas korban? Mentalitas adalah orang yang cenderung memposisikan dirinya sebagai korban. Secara umum, orang-orang seperti itu mungkin terlalu banyak berbagi kisah hidup yang dapat menginspirasi empati dan kasih sayang pada orang lain.
Ini juga terkait erat dengan kemungkinan trauma masa kecil. Di sisi lain, ketika proses berbagi berlebihan terjadi, orang tersebut mungkin telah tumbuh tetapi terjebak oleh luka emosional masa lalu, mendorong penceritaan dan mengembangkan empati.
Faktor kebosanan
Ini juga mungkin melatarbelakangi perilaku berbagi yang berlebihan di depan umum. Ia mencoba membunuh kebosanan dengan membagikan banyak konten di akun media sosialnya.
Kurangnya kepercayaan diri
Merasa kurang kepercayaan diri atau tidak PD yang membuat seseorang mencari validasi sosial, egosentrisme yang membuatnya merasa perlu menjadi pusat perhatian, dan rasa aman untuk bisa mengungkapkan apapun di dunia maya tanpa orang tersebut secara langsung memilikinya.
Anxiety
Siapa yang mengira bahwa rasa takut juga bisa menjadi faktor pendorong di balik kelucuan yang berlebihan? Berbagi yang meningkat atau berlebihan bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang cemas. Jadi cukup sulit baginya untuk berhenti bertepuk tangan.
Semakin cemas seseorang, semakin sulit untuk melakukan pengendalian diri. Ini dapat menyebabkan perilaku impulsif. Salah satunya bisa jadi karena oversharing.
Tidak Ada Ruang Batas
Setiap orang perlu memiliki batasan. Terkadang orang yang terlalu banyak berbagi tidak tahu cara menetapkan batasan, sehingga mereka selalu menceritakan segalanya tentang diri mereka sendiri. Itu akan membuat orang lain merasa tidak nyaman dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi.
Bagaimana tidak? oversharing menjadi cara memuaskan diri agar mendapat perhatian publik. Hal ini mendorong penggunanya menikmati perilaku tidak sehat itu.
Pilihan Editor: Mengenal Bahaya Oversharing dan Cara Menghindarinya