Inovasi Turunkan Tingginya Kasus DBD lewat Nyamuk dengan Wolbachia

Reporter

Antara

Selasa, 28 November 2023 10:15 WIB

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus rata-rata demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia 74.000-140.000 per tahun. Kementerian Kesehatan melaporkan insiden kematian akibat dengue terbanyak di kelompok umur 5-14 tahun dengan laju kasus rata-rata per tahun berkisar 50-60 persen. Selain itu, masih banyak kejadian luar biasa (KLB) yang dilaporkan berbagai daerah, termasuk di Jawa Barat.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kemenkes melaporkan laju kasus DBD pada Januari-November 2023 mencapai 76.449 pasien dengan 571 kematian. Angka tersebut sebetulnya berhasil ditekan hingga separuh capaian kasus di 2022 sebanyak 143.300 pasien dengan 1.236 kematian berkat intervensi yang kini berjalan, seperti pengasapan, larvasida, pemakaian kelambu, 3M plus, hingga Gerakan Satu Rumah Satu Jumatik.

Namun metode konvensional tersebut belum optimal menekan laju kasus akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti itu. Salah satunya metode pengasapan yang cenderung memicu kekebalan nyamuk jika dilakukan dalam dosis berlebihan. Untuk itu, masih diperlukan alternatif inovasi untuk mencegah dan mengendalikan dengue hingga level kasus terendah di Indonesia, sekaligus mempercepat target eliminasi DBD pada 2030.

Salah satu bentuk inovasi di Indonesia berupa bakteri Wolbachia yang disuntikkan ke dalam sel di tubuh nyamuk Aedes aegypti. Inovasi itu terbukti efektif menekan laju kasus dengue di 14 negara, di antaranya Brasil, Australia, dan Singapura. Peneliti Pusat Kedokteran Tropis UGM, Adi Utarini, menyebut bakteri Wolbachia kali pertama ditemukan pada jaringan reproduksi nyamuk Culex pipens oleh Hertig dan Wolbach pada 1924 dan spesies tersebut kemudian diberi nama Wolbachia Pipientis.

Rekomendasi WHO
Inovasi nyamuk Wolbachia telah melalui proses penelitian panjang di Indonesia, sejak 2011, mulai dari uji perangkap nyamuk di rumah warga hingga memperoleh rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Wolbachia terdapat dalam tubuh enam dari 10 jenis serangga di dunia, termasuk kupu-kupu, lalat buah, dan lebah.

Advertising
Advertising

Penelitian di Yogyakarta pada 2012 di lima dusun, meliputi area pemukiman dan agrikultur di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul menunjukkan Wolbachia Pipientis ditemukan pada 44,9 persen serangga seperti kupu-kupu, ngengat, nyamuk, dan lalat. Penelitian itu juga membuktikan bakteri Wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain dan tidak menyebabkan mereka sakit sebab Wolbachia merupakan endosimbion obligat yang hanya bisa hidup di dalam sel organisme hidup serangga.

Wolbachia juga terbukti secara penelitian mampu menurunkan replikasi virus dengue di nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue. Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri. Dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi maka virus dengue tidak dapat berkembang biak.

Pilihan Editor: Apa yang Terjadi jika Digigit Nyamuk Wolbachia?

Berita terkait

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

8 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

13 hari lalu

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

Beredar video mengenai lonjakan kasus Demam Berdarah di Bekasi yang terdampar di ruang IGD RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

14 hari lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Peserta Sakit DBD Sebelum UTBK, Ini Kata Panitia di UNJ

17 hari lalu

Peserta Sakit DBD Sebelum UTBK, Ini Kata Panitia di UNJ

Ada berbagai cerita di tengah pelaksanaan UTBK SNBT di UNJ, diantaranya ada peserta yang sakit DBD.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

17 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

20 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

21 hari lalu

5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD

Baca Selengkapnya

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

25 hari lalu

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.

Baca Selengkapnya

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

26 hari lalu

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

28 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya