Demam Kakatua Renggut 5 Nyawa di Eropa, Cek Penyebab dan Gejala

Reporter

Tempo.co

Jumat, 8 Maret 2024 21:07 WIB

Burung kakatua putih. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi bakteri yang disebut demam kakatua telah membunuh lima orang di Eropa, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penyakit ini disebabkan bakteri Chlamydia psittaci (C. psittaci) yang sering menyebar dari unggas, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Kasus dilaporkan merebak di Austria, Denmark, Jerman, Swedia, dan Belanda sejak akhir 2023 dan berlanjut di 2024. Lima orang dilaporkan tewas.

"Paparan terhadap unggas liar atau peliharaan dilaporkan pada kebanyakan kasus. Infeksi pada manusia kebanyakan melalui kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi dan kebanyakan terkait dengan yang berhubungan dengan burung peliharaan, pekerja peternakan, dokter hewan, pemilik burung, dan tukang kebun di di mana C. psittaci menjadi epizootic di area populasi unggas," jelas WHO.

Negara-negara tersebut di atas menyelidiki paparan pada kasus dan meneliti sampel dari unggas liar dengan cara yang pernah dilakukan pada tes flu burung.

"Demam kakatua dengan mudah menyebar di antara unggas saat berkontak dekat atau berkumpul di area yang sempit," kata Donal Bisanzio, epidemiolog senior di RTI International kepada Fox News Digital.

Advertising
Advertising

Kenali gejala
Tak semua unggas menunjukkan gejala setelah terinfeksi namun sebagian akan menunjukkan perubahan perilaku. "Burung yang terinfeksi demam kakatua akan kehilangan nafsu makan, lesu, berat badan turun, diare, kotoran di mata, dan susah bernapas. Demam kakatua adalah zoonosis, artinya bisa menular ke manusia melalui unggas yang terinfeksi," tambahnya.

Kebanyakan orang tertular lewat partikel debu di udara yang sudah terpapar napas burung yang terinfeksi atau lewat sekresi pernapasan yang mengandung bakteri. Kontak langsung dengan burung juga bisa menularkan penyakit. Mereka yang berisiko tinggi tertular pemilik atau perawat unggas, termasuk pegawai di toko hewan peliharaan, peternakan, atau dokter hewan, kata Bisanzio.

Orang yang terinfeksi C. psittaci biasa menunjukkan gejala seperti flu, misalnya demam, sakit kepala, diare, batuk, nyeri otot, dan kelelahan, menurut CDC. Gejala biasanya muncul 14 hari setelah tertular. Jika dibiarkan, penyakit bisa berkembang jadi pneumonia.

Pasien biasanya akan diberi antibiotik untuk mengatasi infeksi dan meredakan gejala. Kebanyakan bisa sembuh total tapi dalam kasus yang jarang, infeksi bisa menyebabkan komplikasi, termasuk pneumonia, peradangan di katup jantung, hepatitis, dan masalah saraf.

Pilihan Editor: Jangan Sampai Parah dan Membahayakan Nyawa, Kenali Gejala DBD sejak Awal

Berita terkait

Raja Salman Demam Tinggi dan Nyeri Sendi, Akan Jalani Tes Medis

7 jam lalu

Raja Salman Demam Tinggi dan Nyeri Sendi, Akan Jalani Tes Medis

Raja Salman dari Arab Saudi mengalami demam tinggi dan akan menjalani pemeriksaan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Imunisasi PCV untuk Cegah Anak Kena Pneumonia

12 jam lalu

Pentingnya Imunisasi PCV untuk Cegah Anak Kena Pneumonia

Imunisasi PCV diberikan untuk mencegah infeksi bakteri streptococcus pneumoniae yang sering menyebabkan pneumonia atau infeksi radang paru.

Baca Selengkapnya

Rumah Potong Hewan dan Unggas Wajib Sertifikasi Halal Per Oktober 2024

9 hari lalu

Rumah Potong Hewan dan Unggas Wajib Sertifikasi Halal Per Oktober 2024

LPPOM MUI jelaskan masih perlu penataan dan sosialisasi soal sertifikasi halal bagi rumah potong hewan jenis unggas.

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

11 hari lalu

Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

16 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

17 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

18 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

19 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

20 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

21 hari lalu

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

FDA memergoki temuan satu dari lima sampel susu komersial yang diuji dalam survei nasional mengandung partikel virus H5N1atau virus Flu Burung

Baca Selengkapnya