Siklus KDRT Berulang tapi Enggan Berpisah atau Tinggalkan Pasangan, Psikolog Sebut Alasannya

Reporter

Antara

Minggu, 31 Maret 2024 21:57 WIB

Ilustrasi KDRT/Canva Premium

TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merujuk Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Sering korban merasa tidak tahan, namun masih sayang. Tak ingin berpisah, tetapi ingin pasangan berubah. Begitulah muatan emosi kompleks dan nuansa kebingungan yang biasa dirasakan korban KDRT. Tenaga ahli psikolog klinis Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak (PPPA) DKI Jakarta, Noridha Weningsari, mengatakan kebingungan semacam ini menjadi salah satu karakter khas korban yang akhirnya membuat terperangkap dalam siklus KDRT.

Dalam KDRT biasanya terjadi siklus berulang yang diawali fase ketegangan. Pada fase ini ada ketegangan, terjadi pertengkaran, korban merasa ketakutan. Fase selanjutnya yakni ledakan kekerasan, misalnya korban mendapatkan kekerasan fisik, psikis, seksual, atau penelantaran.

Biasanya setelah itu ada fase rekonsiliasi. Pada fase ini pelaku biasanya minta maaf, memberi alasan sedang emosional, dan sebagainya hingga kemudian memasuki fase bulan madu atau periode tenang tanpa pertengkaran.

Kergantungan pada pasangan
Menurut Noridha, korban kekerasan seringkali melaporkan kondisi ke polisi atau lembaga perlindungan pada fase ledakan. Tetapi setelah memasuki fase rekonsiliasi dia mencabut laporan karena korban bingung mau melepaskan diri atau tidak pada situasi kekerasan yang dialami.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, ada kekhasan antara korban dan pelaku, seperti relasi yang menggantungkan hidup pada pasangan sehingga punya harapan cukup tinggi dan ini mempengaruhi korban melihat masalah dan menyelesaikannya. Ini yang sering kali membuat korban tidak bisa melihat masalah secara objektif sehingga sulit mengambil keputusan.

Sebenarnya, konflik dalam rumah tangga merupakan hal manusiawi dan wajar karena biasanya didasarkan kesetaraan dalam relasi. Dalam hal ini, pasangan sama-sama sadar untuk mengatasi konflik perlu semacam keterlibatan kedua belah pihak, bukan justru melakukan kekerasan.

Sementara itu, tidak demikian dengan kekerasan, termasuk KDRT. Dalam KDRT, seringkali salah satu pihak dalam posisi tidak setara. Karena itu, saat ada masalah digunakan cara sepihak dan seringkali bentuknya berupa kekerasan. Apa dampaknya bagi korban?

Menurut Noridha, biasanya meliputi bingung, sulit mengambil keputusan, secara fisik ada luka, mengalami perubahan sikap menjadi lebih negatif, sedih, ketakutan, dan menyebabkan hubungan korban dengan teman atau keluarga terganggu. Walau begitu, ada korban yang memilih bertahan. Noridha berpendapat ini bukan karena dia tidak sadar hubungan penuh kekerasan tetapi ada kompleksitas sendiri, keruwetan, kebingungan sehingga korban sulit melepaskan diri.

Korban masih berharap pasangan berubah, ingin menyelamatkan pernikahan, lalu secara emosi, ekonomi, dan sosial bergantung pada pelaku, minim dukungan dari lingkungan sekitar, emosi negatif kuat bercampur, belum lagi pelaku menyalahkan korban.

Noridha mengatakan mendiamkan dan pasrah bukan pilihan terbaik karena semakin lama KDRT didiamkan maka risiko kefatalan dan dampak yang kompleks akan semakin kuat dirasakan korban. Selain itu, kekerasan bukan cara komunikasi dan tidak ada satu orang pun yang berhak mendapatkan kekerasan dengan alasan apapun.

Dia mengajak masyarakat, khususnya korban, mengevaluasi hubungan dengan pasangan, terutama terkait kekerasan fisik berulang dan upaya konkret untuk mengubah perilaku pelaku, misalnya dengan menjalani konseling perubahan perilaku atau konseling pasangan.

"Kalau (upaya konkret perubahan perilaku) ini tidak ada, bisa jadi perpisahan dapat menjadi opsi," katanya.

Pilihan Editor: 10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

Berita terkait

Video Kekerasan Beredar, Sean 'Diddy' Combs Akui Perbuatannya dan Minta Maaf

1 hari lalu

Video Kekerasan Beredar, Sean 'Diddy' Combs Akui Perbuatannya dan Minta Maaf

Sean 'Diddy' Combs meminta maaf atas perilakunya setelah video kekerasan beredar

Baca Selengkapnya

5 Sinyal Anda Terbuai Hubungan Cinta Baru hingga Kehilangan Akal Sehat

1 hari lalu

5 Sinyal Anda Terbuai Hubungan Cinta Baru hingga Kehilangan Akal Sehat

Meski hubungan cinta baru sering bikin bahagia, terkadang juga bisa membuat orang tenggelam dalam lingkungan tak sehat. Berikut lima sinyalnya.

Baca Selengkapnya

Israel Ancam Serang Rafah, Uni Emirat Arab Rasakan Ketegangan Meningkat

3 hari lalu

Israel Ancam Serang Rafah, Uni Emirat Arab Rasakan Ketegangan Meningkat

Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab memperingatkan adanya peningkatan ketegangan di Timur Tengah menyusul meluasnya invasi tentara Israel ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Cemburu dan Suka Menguntit, Ciri Pasangan Obsesif dan Bikin Tak Nyaman

3 hari lalu

Cemburu dan Suka Menguntit, Ciri Pasangan Obsesif dan Bikin Tak Nyaman

Sikap terlalu berlebihan kepada pasangan bisa berubah menjadi obsesi yang negatif dan justru membuat Anda merasa tidak nyaman.

Baca Selengkapnya

Polisi Proses Laporan Penistaan Agama Injak Alquran yang Diduga Dilakukan Pejabat Kemenhub

3 hari lalu

Polisi Proses Laporan Penistaan Agama Injak Alquran yang Diduga Dilakukan Pejabat Kemenhub

Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke Asep Kosasih dilaporkan atas dugaan penistaan agama karena menginjak Alquran

Baca Selengkapnya

Kemenhub Bebastugaskan Kepala Bandara Wilayah X Merauke yang Tersandung Dugaan KDRT

4 hari lalu

Kemenhub Bebastugaskan Kepala Bandara Wilayah X Merauke yang Tersandung Dugaan KDRT

Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membebastugaskan sementara Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke

Baca Selengkapnya

Hakim Kanada Tolak Perintahkan Pembubaran Demo Pro-Palestina di Kampus

5 hari lalu

Hakim Kanada Tolak Perintahkan Pembubaran Demo Pro-Palestina di Kampus

Hakim Kanada menegaskan Universitas McGill tidak dapat membuktikan terjadi kekerasan dalam demo pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Peringati Hari Nakba ke-76, Duta Besar Al-Shun Teringat Penderitaan Rakyat Palestina

5 hari lalu

Peringati Hari Nakba ke-76, Duta Besar Al-Shun Teringat Penderitaan Rakyat Palestina

Dubes Palestina untuk Indonesia mengecam tindakan Israel di Palestina dalam peringatan 76 tahun Hari Nakba.

Baca Selengkapnya

Kecewanya Calon Taruna STIP Asal Flores, Rela Cuti Kuliah Demi Menggapai Cita-cita Pelaut

5 hari lalu

Kecewanya Calon Taruna STIP Asal Flores, Rela Cuti Kuliah Demi Menggapai Cita-cita Pelaut

Banyak calon taruna STIP dari berbagai daerah yang mendaftar ke sekolah kedinasan di bawah Kemenhub itu. Tahun ini tidak menerima mahasiswa baru.

Baca Selengkapnya

5 Langkah Hadapi Ibu Mertua Beracun, Jangan Biarkan Kesehatan Mental Terganggu

5 hari lalu

5 Langkah Hadapi Ibu Mertua Beracun, Jangan Biarkan Kesehatan Mental Terganggu

Sering mengkritik, memanipulasi, dan ikut campur urusan rumah tangga anak, ibu mertua dengan sengaja membuat keluarga anak tertekan dan tak harmonis.

Baca Selengkapnya