Pakar Jelaskan Pencegahan Kanker Paru Secara Medis

Reporter

Antara

Sabtu, 6 Juli 2024 22:45 WIB

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Pencegahan kanker paru pada dasarnya dapat dilakukan dengan mengadopsi gaya hidup sehat dan menghindari faktor-faktor yang meningkatkan risiko. Namun masyarakat juga perlu memeriksakan diri sebagai upaya deteksi dini kanker, terutama bagi yang dekat dengan risiko utama, meliputi perokok, paparan asap rokok, termasuk rokok elektrik, pajanan silika/asbes (risiko pekerjaan), riwayat fibrosis paru, serta riwayat kanker pada keluarga.

Secara medis, kanker paru-paru bisa dicegah sejak dini melalui pemeriksaan Low Dose CT scan Thorax (LDCT), terutama untuk pemilik faktor risiko tinggi. LDCT adalah salah satu metode skrining kanker paru yang efektif dan direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks dari RS MRCCC Siloam Semanggi Jakarta, Sita Andarini, menjelaskan LDCT memberikan dosis radiasi yang lebih kecil sehingga aman digunakan untuk pemilik risiko tinggi kanker paru.

"Low Dose CT scan Thorax memberikan dosis 1/7 radiasi jika dibandingkan CT scan biasa, tanpa kontras dan hanya memerlukan waktu tiga sampai lima menit untuk pemeriksaannya sehingga metode ini aman digunakan untuk seseorang yang memiliki risiko tinggi terkena kanker paru," ujar Sita.

Langkah diagnosis dan penerapan LDCT meliputi:

1. Anamnesis
Sita menjelaskan anamnesis merupakan tahap awal dalam proses diagnosis penyakit. Pada tahap ini, dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mengumpulkan informasi tentang faktor risiko, riwayat kesehatan, gejala yang dialami yang mungkin terkait kanker paru.

Advertising
Advertising

Gejala seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, penurunan berat badan, dan riwayat merokok, riwayat pajanan, dan riwayat kanker akan menjadi fokus utama. Anamnesis yang teliti membantu dokter memahami kondisi pasien secara holistik dan memandu langkah selanjutnya dalam proses diagnosis dan pengobatan.

2. Skrining melalui LDCT
Low Dose CT scan Thorax (LDCT) merupakan salah satu metode skrining yang efektif untuk mendeteksi kanker paru pada tahap awal. Metode ini menggunakan sinar-X dalam dosis radiasi rendah untuk menghasilkan gambaran detail paru-paru, termasuk struktur dan tekstur jaringan.

Dibandingkan rontgen toraks konvensional, Low Dose CT scan Thorax memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi kanker paru pada tahap awal, bahkan ketika tumor masih dalam bentuk lesi kecil yang sulit terlihat dengan metode lain. Selama prosedur, pasien akan diminta berbaring di atas meja CT scan dan mesin akan mengambil serangkaian gambar detail paru-paru dari berbagai sudut.

3. Patologi anatomi dan biopsi
Setelah anamnesis dan pemeriksaan LDCT, langkah selanjutnya adalah menentukan lesi yang didapat dari LDCT. Pemeriksaan itu dapat berupa biopsi atau prosedur untuk mengambil sampel jaringan untuk mendapatkan sediaan yang diperlukan dalam pemeriksaan patologi anatomi.

Dalam biopsi, ada beberapa metode yang dapat digunakan, seperti biopsi jarum halus (transthoracic core biopsy), bronkoskopi, atau biopsi terbuka (thoracotomy). Sampel jaringan yang diambil akan dianalisis di laboratorium patologi untuk menentukan diagnosis yang akurat, termasuk mengetahui jenis kanker dan analisis molekuler kanker paru untuk menentukan terapi yang sesuai atau personalized molecular therapy.

Manfaat dan risiko LDCT
Manfaat utama LDCT adalah kemampuan untuk mendeteksi kanker paru pada tahap awal. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk dilakukannya intervensi dan pengobatan yang lebih efektif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan peluang kesembuhan bagi pasien.

Selain itu, LDCT dapat digunakan untuk deteksi penyakit paru-obstruktif kronis (PPOK), emboli paru, dan pneumonia. Meski demikian, masih ada risiko terkait penggunaan radiasi. Dosis radiasi LDCT memang lebih rendah dibandingkan CT scan konvensional namun ada kemungkinan paparan radiasi yang dapat meningkatkan risiko kanker di kemudian hari.

Namun, manfaat deteksi dini kanker paru umumnya dianggap lebih besar daripada risiko ini, terutama bagi yang berisiko tinggi terkena kanker paru. Seluruh langkah diagnosis dan terapi ini bisa didapatkan di Indonesia sesuai panduan internasional dan Kementerian Kesehatan.

Pilihan Editor: Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Berita terkait

Terdapat 230 Ribu Kematian Akibat Kanker, Kemenkes Kampanyekan Vaksinasi HPV

1 hari lalu

Terdapat 230 Ribu Kematian Akibat Kanker, Kemenkes Kampanyekan Vaksinasi HPV

Budi meluncurkan serangkaian inisiatif yang bertujuan meningkatkan akses terhadap deteksi dini kanker dengan mengandalkan kemitraan internasional.

Baca Selengkapnya

4 Hal Penting yang Dianjurkan Peneliti Demi Turunkan Risiko Kanker

3 hari lalu

4 Hal Penting yang Dianjurkan Peneliti Demi Turunkan Risiko Kanker

Para peneliti di Mass General Brigham menyebut empat strategi spesifik untuk menurunkan risiko kanker. Berikut pendapat pakar.

Baca Selengkapnya

Urolog Minta Pria 45 Tahun ke Atas Rutin Periksa Kanker Prostat

4 hari lalu

Urolog Minta Pria 45 Tahun ke Atas Rutin Periksa Kanker Prostat

Spesialis urologi mengingatkan laki-laki yang telah menginjak usia 45 tahun harus melakukan pemeriksaan kanker prostat, ini alasannya.

Baca Selengkapnya

Bintang Broadway Gavin Creel Berpulang di Usia 48 Tahun karena Kanker Langka

4 hari lalu

Bintang Broadway Gavin Creel Berpulang di Usia 48 Tahun karena Kanker Langka

Aktor Gavin Creel berpulang pada usia 48 tahun akibat kanker langka. Kepergiannya sangat mengejutkan Broadway.

Baca Selengkapnya

Efek Kandungan Hidrokuinon Tinggi pada Skincare, Keracunan hingga Kanker

7 hari lalu

Efek Kandungan Hidrokuinon Tinggi pada Skincare, Keracunan hingga Kanker

Dokter kulit mengatakan penggunaan hidrokuinon dengan kadar tinggi dapat menyebabkan efek jangka panjang, salah satunya potensi kanker.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Diminta Rajin Periksa Kesehatan Cegah Kanker

8 hari lalu

Masyarakat Diminta Rajin Periksa Kesehatan Cegah Kanker

Kemenkes masyarakat rajin memeriksakan kesehatan seiring pergeseran penyakit tidak menular, termasuk kanker, yang semakin besar.

Baca Selengkapnya

Isu Bahaya BPA Bagi Kesehatan? Ini Kata Ahli

8 hari lalu

Isu Bahaya BPA Bagi Kesehatan? Ini Kata Ahli

Belum ada konsensus bahwa BPA menyebabkan diabetes atau kanker. Simak kata ahli.

Baca Selengkapnya

Mitos Terkait Kanker yang Perlu Diluruskan, Termasuk Minum Kopi

9 hari lalu

Mitos Terkait Kanker yang Perlu Diluruskan, Termasuk Minum Kopi

Dokter meluruskan beberapa mitos yang berkembang di masyarakat tentang kanker, termasuk kopi yang disebut mencegah kematian karena kanker.

Baca Selengkapnya

5 Pertanyaan soal Kanker Prostat dan Jawabannya

13 hari lalu

5 Pertanyaan soal Kanker Prostat dan Jawabannya

Satu dari delapan pria disebut terdiagnosa kanker prostat dan risiko lebih tinggi pada lansia. Berikut yang perlu diketahui soal kanker prostat.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Payudara Diminta Tak Mudah Percaya Informasi yang Tidak Terbukti

14 hari lalu

Pasien Kanker Payudara Diminta Tak Mudah Percaya Informasi yang Tidak Terbukti

Informasi di media sosial dan internet bisa menyesatkan dan membuat takut pasien kanker payudara untuk mendapatkan pengobatan.

Baca Selengkapnya