Dari Rumah Tangga ke Rumah Produksi

Reporter

Editor

Rabu, 30 Desember 2009 08:30 WIB

TEMPO/Dwianto Wibowo

TEMPO Interaktif, Genap setahun Ani bekerja di perusahaan film independen Kalyana Shira, yang dikelola sineas Nia Dinata. Tugasnya membantu mengkoordinasi translasi film-film KidsFfest termasuk menjadi asisten di sejumlah workshop film pendek. Pada 2007, karyanya masuk sebagai finalis Eagle Awards Documentary Competition, yang diadakan oleh Metro TV. Judulnya Helper Hong Kong Ngampus.

Hong Kong adalah negara harapan Ani. Sekitar empat tahun dia menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di sana. Perempuan asal Jombang ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Gajinya setara dengan pegawai bank di Indonesia, yaitu 3.670 dolar Hong Kong atau sekitar Rp 5 juta. Penghasilan bersih itu ditambah 300 dolar Hong Kong jika tidak makan siang dan malam. "Lumayan buat nabung," ujar Ani Ema Susanti--nama lengkapnya--saat ditemui di kantor Kalyana Shira, Jakarta Selatan, Senin lalu.

Ani punya pemikiran modern. Tabungan hasil banting tulang di negeri orang digunakan buat kuliah. Dia sadar bahwa orang tuanya tidak mampu membiayai kuliahnya. Apalagi usaha ayahnya bangkrut karena diterjang krisis ekonomi. Buat makan, Ani menjelaskan, mereka mesti dibantu neneknya.

Di desanya, banyak teman sebayanya memilih "jalan kawin" untuk tetap bertahan hidup. "Pilihannya antara kerja di sawah atau menikah," perempuan berperawakan mungil ini menambahkan. Namun Ani tidak mau memilih keduanya dan bertekad meneruskan jenjang pendidikan. Dan dia pun berhasil.
Proposal film dokumenter Helper Hong Kong Ngampus itu dibuatnya saat kuliah semester VII di Jurusan Psikologi, Universitas Tujuh Belas Agustus, Surabaya.

Advertising
Advertising

Inspirasinya dari kehidupan helper alias TKW di Hong Kong, yang menginvestasikan hasil kerjanya untuk kuliah. Selain itu, penggemar sutradara Wong Kar Wai ini ingin memperlihatkan bahwa TKW di sana benar-benar bekerja. "Duit yang dihasilkan bukan dari perbuatan macam-macam," Ani menjelaskan.

Dalam penggarapan filmnya, Ani didonasi oleh Metro TV. Sebelum itu, proposal filmnya sukses masuk lima besar, sehingga berhak difilmkan dan dilombakan. Film pertama ini seperti peletakan dasar teknis pembuatan film dokumenter. Waktu itu dia merasa belum bisa membawakan isunya dengan baik.

Untuk itu, perempuan yang kini berusia 27 tahun ini mencari karakter lain yang jalan hidupnya mirip. Hal itu karena keterbatasan pengetahuan teknis sebagai sutradara pemula. "Yang ditakutkan adalah kesulitan untuk sekaligus menjadi subyek film di dalam film tersebut," Ani menjelaskan. Film pertamanya menelan biaya sekitar Rp 15 juta, di luar ongkos kru dan sewa alat.

Dari situ, Sarjana Psikologi ini ketagihan membikin film dokumenter. Film keduanya, Pertaruhan, dirilis pada 2008 di bawah bendera Kalyana Shira Foundation and Kalyana Shira Films. Lagi-lagi Ani membahas isu TKW di Hong Kong.

Kali ini lebih berfokus pada isu perempuan dan seksualitas yang mencakup kesehatan reproduksi serta orientasi seksual. Film dokumenter ini berisi empat film pendek. Salah satunya bertajuk Mengusahakan Cinta. Film ini sukses memenangi Masterclass Project Change pada Documentary Competition 2008.
Untuk film kedua, Ani mengaku jadi banyak belajar studi lintas budaya. Ini sejalan dengan ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah. Banyak teman TKW yang lama tinggal di Hong Kong, menurut dia, mengakulturasi budaya yang dibawa. Malah terkadang ada sebagian teman yang sudah terasimilasi. "Meski sebagian lagi ada juga yang mengalami gegar budaya atau shock culture."

Riset untuk film saat itu adalah menjawab pertanyaan, apakah jarak, waktu, serta perpindahan tempat bisa mengubah pola pikir perempuan yang bermigrasi. Lalu apakah mereka menjadi otonom terhadap tubuhnya. Sebab, menurut Ani, banyak perempuan Indonesia yang masih berkompromi dengan keinginan di luar dirinya dalam membuat keputusan yang menyangkut hidupnya. "Bahkan kebahagiaannya."

Begitulah dia ingin mengangkat film dokumenter yang kurang populer ditayangkan melalui bioskop seperti halnya film fiksi. Pertaruhan telah tayang lewat jaringan Blitz Megaplex. Yang penting, baginya, membuat film yang menyuarakan kerisauan banyak orang. "Kalau sudah nyemplung di satu bidang, akan saya geluti sampai benar-benar bisa." HERU TRIYONO

Ani Ema Susanti

Lahir: Jombang, 6 Agustus 1982

Pendidikan:
S-1 Fakultas Psikologi, Universitas Tujuh Belas Agustus, Surabaya

Penghargaan:
2007, Finalis Eagle Awards Documentary Competition 2007 (sebagai sutradara film Helper Hong Kong Ngampus)
2008, Pemenang Masterclass Project Change pada Documentary Competition 2008, Jakarta (sebagai sutradara Effort for Love atau Mengusahakan Cinta)
2009, Masuk seleksi Festival Film Berlin, Jerman, 2009 (film dokumenter Pertaruhan)
-Film Dokumenter Terbaik Kategori Panjang pada Festival Film Dokumenter 2009 (Pertaruhan)

Berita terkait

Ingin Membuat Film? Kenali 5 Tahap Produksi Ini

5 Mei 2023

Ingin Membuat Film? Kenali 5 Tahap Produksi Ini

Pembuatan film memiliki 5 tahap, yakni pengembangan, pra-produksi, produksi, pasca-produksi, dan distribusi.

Baca Selengkapnya

3 Film Indie Terbaik Pilihan Forum Film Jawa Barat 2022

29 Desember 2022

3 Film Indie Terbaik Pilihan Forum Film Jawa Barat 2022

Penghargaan itu diberikan Forum Film Jawa Barat di ruang Auditorium Bandung Creative Hub pada Selasa, 27 Desember 2022.

Baca Selengkapnya

Minikino Film Week 4, Ada Pengenalan Teori Akting

7 Oktober 2018

Minikino Film Week 4, Ada Pengenalan Teori Akting

Sederet sineas Tanah Air dan mancanegara ikut meramaikan festival film pendek Minikino Film Week 4 di Denpasar, Bali.

Baca Selengkapnya

Mobil Bekas dan Malila Bakal Diputar di FMM 2018

28 Februari 2018

Mobil Bekas dan Malila Bakal Diputar di FMM 2018

Tujuh film Indie tampil di FMM 2018 ditemani musik dari Rental Video

Baca Selengkapnya

Pudarnya Paradigma Hollywood-sentris di Dunia Perfilman

29 November 2017

Pudarnya Paradigma Hollywood-sentris di Dunia Perfilman

Produser di beberapa negara mulai fokus menggarap film-film yang mengandung nilai-nilai lokal, tak lagi berkiblat pada Hollywood

Baca Selengkapnya

Warga Kota Besar Mulai Tertarik Nonton Film di Bioskop Alternatif

18 September 2017

Warga Kota Besar Mulai Tertarik Nonton Film di Bioskop Alternatif

Banyak penonton yang merasa film yang ditawarkan bioskop alternatif berbeda dengan bioskop jaringan.

Baca Selengkapnya

Dua Sekolah Ini Jadi Pemenang Kompetisi Kid Witness News  

7 Februari 2017

Dua Sekolah Ini Jadi Pemenang Kompetisi Kid Witness News  

Sebagai pemenang, dua sekolah ini akan mewakili Indonesia di Kid Witness News tingkat global.

Baca Selengkapnya

Menteri Rudiantara dan Muhadjir Nonton Film Lentera Maya

3 Februari 2017

Menteri Rudiantara dan Muhadjir Nonton Film Lentera Maya

Menteri Rudantara dan Muhadjir menggalakkan literasi digital.

Baca Selengkapnya

Erix Soekamti Luncurkan Film Perjalanan ke Indonesia Timur  

23 Januari 2017

Erix Soekamti Luncurkan Film Perjalanan ke Indonesia Timur  

Anggota band Endang Soekamti, Erix, membuat video dokumenter perjalanannya dengan kapal pinisi ke Indonesia timur.

Baca Selengkapnya

Rio Dewanto Luncurkan Film Dokumenter Konflik Agraria  

17 Januari 2017

Rio Dewanto Luncurkan Film Dokumenter Konflik Agraria  

Konflik agraria di Langkat menarik perhatian Rio Dewanto.

Baca Selengkapnya