Tetap Dekat Berkat Komunikasi Intim

Reporter

Editor

Senin, 17 Mei 2010 11:43 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sendiri lagi. Begitulah hari-hari yang akan dijalani Lasmaria Nami, 32 tahun, dalam enam bulan ke depan. Suaminya yang berprofesi sebagai pelaut kembali berlayar menuju Eropa. Meninggalkan Nami di rumah mereka di Tangerang, tanpa pembantu dan kerabat.

Risiko menjadi istri pelaut bukan tidak dipahami Nami. Sejak menikah sembilan tahun lalu, ia siap ditinggal suaminya pergi berlayar. Beruntung teknologi sudah maju, ia dapat selalu berkomunikasi dengan suaminya lewat telepon seluler. "Kalau kangen bisa langsung telepon," kata guru SMA swasta itu, Selasa lalu.

Hubungan mereka bukan tanpa masalah. Nami mengakui dirinya suka cemburu. Menurut Nami, kecemburuan itu wajar karena ia selalu ditinggal jauh suami. Ia enggan menceritakan kejadian-kejadian yang bikin ia cemburu. "Selalu saja ada, namanya juga ditinggal jauh," katanya. Karena itu, mereka rajin berkomunikasi lewat telepon seluler meski hanya saling berkirim pesan. "Tapi tetap kurang memuaskan," katanya.

Konsultan keluarga, Roslina Verawati atau biasa disapa Vera, menyebut kualitas komunikasi dan pertemuan dengan pasangan, khususnya suami-istri, menjadi kunci. Dengan komunikasi ini, antara suami dan istri dapat saling memahami pasangan. Karena waktu berjalan dan hidup berubah. "Semua orang pasti berubah dan selama perubahan itu, perlu komunikasi agar tidak ada yang hilang," katanya.

Saat istri sering ditinggal suami atau sebaliknya, katanya, bisa timbul hubungan yang tidak menyenangkan. Salah satunya, hubungan mereka akan menjadi hambar. Ini akibat dari kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi. Bila kebutuhan emosi ini tidak terpenuhi, pasangan akan mudah marah dan rentan terjadi konflik. "Getar-getar cinta bisa hilang," kata pengarang buku keluarga berjudul Love Cold itu.

Toleransi waktu untuk suami atau istri ditinggalkan adalah tiga bulan. Ia menilai, bila pasangan ditinggalkan hingga setengah tahun atau lebih, masuk kategori riskan. Karena itu, pola komunikasi yang dibangun harus lebih spesifik. Meski untuk beberapa kasus, sudah terbangun kepercayaan yang tinggi bila sering ditinggal pergi. "Komunikasi yang dibangun harus eksklusif," katanya.

Makna komunikasi eksklusif ini adalah membangun komunikasi intim. Komunikasi intim ini bisa terjadi ketika bertemu langsung atau saling bertelepon. Tema yang dibicarakan haruslah tentang kabar keduanya. Jangan membicarakan yang lain, seperti kerabat, orang tua, dan kondisi rumah. "Bahkan jangan bicarakan tentang anak dulu," katanya.

Percakapan ini penting untuk membangun hubungan yang dalam. Vera mencontohkan, percakapan harus diisi dengan membicarakan kondisi diri masing-masing, sehingga membuat pasangan tahu apa yang kita rasakan. Jika ini dilakukan, hubungan dapat terjaga kedalamannya. "Jika tidak, komunikasi yang terbangun hanya hubungan basa-basi," katanya.

Ketika komunikasi sudah rusak, kata Vera, sulit memperbaikinya. Konflik baik kecil maupun besar, pasti akan sering terjadi. Kedua-duanya menjadi sama-sama sensitif. Tidak ada lagi rasa saling menghargai. "Perkara sepele saja bisa jadi perkelahian hebat," katanya.

Saat itulah getar-getar cinta mulai berkurang. Kondisi ini bisa dimanfaatkan orang lain, pihak ketiga. Orang ketiga ini, bila datang pada saat yang tepat dan berkomunikasi secara reguler, akan muncul cinta yang baru. Maka terjadilah perselingkuhan. "Saat ini terjadi, biasanya anak yang jadi korban," kata Vera.

l Mustafa Silalahi

TIP
Agar yang Jauh Terasa Dekat

1. Usahakan intensif membina komunikasi.
2. Saat berkomunikasi, lakukan dengan eksklusif. Cerita tentang berdua, jangan yang lain.
3. Bila berdiskusi, lakukan dengan mendalam.
4. Pastikan ada kejutan dalam berbagai kesempatan. Meski bentuknya kecil-kecilan.
5. Pahami kebutuhan pasangan.
6. Bila ada kesempatan bertemu, lakukan kontak fisik secara langsung.
7. Komunikasi harus berasal dari keduanya, jangan hanya sepihak.
8. Kembali ciptakan visi dan misi bersama. Buat kesepahaman tentang alasan suami atau istri harus bekerja di tempat yang jauh.
9. Ciptakan bahasa-bahasa romantis. Misalnya sering mengucapkan "aku sayang kamu," atau slogan-slogan eksklusif untuk berdua.

Berita terkait

Posyandu Garda Terdepan Tangani Kesehatan Ibu dan Anak

4 hari lalu

Posyandu Garda Terdepan Tangani Kesehatan Ibu dan Anak

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kondom Bantu Cegah Infeksi Menular Seksual Hingga 90 Persen

20 Februari 2024

Kondom Bantu Cegah Infeksi Menular Seksual Hingga 90 Persen

Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penyakit menular yang disebabkan oleh hubungan seksual, seperti HIV atau Infeksi Menular Seksual,

Baca Selengkapnya

Mitos soal Alat Kontrasepsi yang Jadi Faktor Penghambat Program KB

20 Oktober 2023

Mitos soal Alat Kontrasepsi yang Jadi Faktor Penghambat Program KB

Pakar menyebut berbagai mitos seputar penggunaan obat dan alat kontrasepsi masih jadi tantangan cakupan pelayanan program KB.

Baca Selengkapnya

Pesan-pesan 'Cinta yang Manis' dari Xian untuk Mendorong Angka Kelahiran

23 Agustus 2023

Pesan-pesan 'Cinta yang Manis' dari Xian untuk Mendorong Angka Kelahiran

Otoritas KB Kota Xian di Cina minggu ini mengirim pesan "cinta yang manis" dalam sebuah langkah baru untuk mendorong angka kelahiran yang lesu.

Baca Selengkapnya

Penduduk RI Tumbuh Melambat, Bappenas Berharap Penyusunan Kebijakan Keluarga Berencana Era Baru

16 Mei 2023

Penduduk RI Tumbuh Melambat, Bappenas Berharap Penyusunan Kebijakan Keluarga Berencana Era Baru

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional sekaligus Kepala Bappenas Suharso Monoarfa meluncurkan proyeksi pertumbuhan penduduk RI periode 2020-2050.

Baca Selengkapnya

China Luncurkan Proyek untuk Bangun Budaya Nikah dan Punya Anak 'Era-Baru'

15 Mei 2023

China Luncurkan Proyek untuk Bangun Budaya Nikah dan Punya Anak 'Era-Baru'

China pernah menerapkan kebijakan satu anak yang kaku dari 1980 hingga 2015, tetapi kini khawatir dengan penurunan jumlah penduduk.

Baca Selengkapnya

Tren Muslim di India Memiliki Keluarga Kecil Meningkat

12 April 2023

Tren Muslim di India Memiliki Keluarga Kecil Meningkat

Warga Muslim di India lebih banyak yang memilih memiliki keluarga kecil dengan program Keluarga Berencana saat populasi negara itu mengalahkan China

Baca Selengkapnya

dr Soeharto, Dokter Pribadi Bung Karno dan Bung Hatta Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

5 November 2022

dr Soeharto, Dokter Pribadi Bung Karno dan Bung Hatta Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Jokowi akan memberikan gelar pahlawan nasional kepada 5 tokoh, salah satunya dr Soeharto, dokter pribadi Bung Karno dan Bung Hatta.

Baca Selengkapnya

Sosialisasi Penggunaan Alat Kontrasepsi Perlu Terus Dilakukan

26 September 2022

Sosialisasi Penggunaan Alat Kontrasepsi Perlu Terus Dilakukan

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo terus ingatkan pentingnya sosialisasi penggunaan alat kontrasepsi untuk menekan angka kelahiran yang tidak direncanakan.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Kejar Target Balita Stunting Turun 60 Persen di 12 Provinsi Prioritas

4 Agustus 2022

Ma'ruf Amin Kejar Target Balita Stunting Turun 60 Persen di 12 Provinsi Prioritas

Wapres Ma'ruf Amin ingin penurunan stunting di daerah-daerah ini bisa dipercepat sehingga sehingga target prevalensi 14 persen pada 2024 tercapai.

Baca Selengkapnya