Sayangnya, secara umum tindakan bunuh diri adalah hal yang dianggap tabu untuk dibicarakan, sehingga jarang dari mereka yang mengungkapkan keinginannya mengakhiri hidup. Jika diungkapkan, keinginan ini bisa dikurangi atau malah bisa dicegah.
Surjo menyatakan, sesuai dengan pengalamannya berpraktek, kasus bunuh diri kebanyakan disebabkan oleh masalah rumah tangga. "Karena, masalah rumah tangga dianggap sebagai masalah yang sangat pribadi, sehingga jarang diungkapkan kepada orang lain," kata dia.
Menurut Surjo, laki-laki dua kali lebih banyak yang melakukan bunuh diri dibanding wanita. "Tapi wanita yang berpikir untuk bunuh diri empat kali lebih banyak," kata dia. Wanita memang lebih rentan depresi karena faktor hormonal. Depresi juga berkaitan dengan faktor genetika. Bunuh diri juga bisa dipengaruhi faktor genetika. Tingkat depresi manusia selama hidupnya, kata dia, sekitar 10 persen.
Mengenai sering munculnya kasus bunuh diri dengan cara meloncat dari gedung, menurut Surjo, itu lantaran terpengaruh oleh pemberitaan media. Pelaku bunuh diri bisa mengetahui cara bunuh diri dari media. "Dulu tren cara bunuh diri dengan minum obat serangga, sekarang loncat dari gedung," kata dia. Surjo menyarankan, alangkah baiknya media memberitakan kenapa pelaku melakukan bunuh diri. NUR ROCHMI