TEMPO Interaktif, Jakarta - Sejak ditemukan oleh Alexander Fleming pada 1927, antibiotik memang dianggap solusi paling ampuh untuk melawan bakteri. Sejak digunakan pertama kali pada 1940-an, antibiotik membawa perubahan besar pada layanan kesehatan dan upaya penyembuhan penyakit infeksi bakteri.
Namun perkembangan antibiotik tak selalu sesuai dengan harapan. Antibiotik sering kali dianggap sebagai obat super yang mampu mengobati banyak penyakit. Padahal penggunaan antibiotik yang tidak tepat seperti mengajarkan makhluk sederhana berukuran mikroskopis itu untuk belajar mempertahankan diri sendiri. Muncullah apa yang disebut sebagai resistensi antimikroba.
Tak hanya berhenti pada kondisi “tak mempan lagi” terhadap antibiotik tertentu, mikroba yang telah resisten ini ternyata juga mampu beranak-pinak. Ketika laju penemuan dan penelitian antimikroba baru tidak sebanding dengan pertumbuhan antimikroba yang resisten terhadap antibiotik, perlu ada perubahan pemahaman tentang bagaimana memanfaatkan antibiotik ini.
Negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang jumlah penyakit infeksi-nya masih sangat tinggi, pemahaman tentang penggunaan antimikroba menjadi tema besar dalam Hari Kesehatan Sedunia 2011 yang diperingati pada 7 April lalu. UTAMI WIDOWATI
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
10 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.