TEMPO Interaktif Setiap orang pasti menyukai jins atau bahan denim. Entah untuk dipakai pada acara santai maupun sebagai paduan busana kerja. Tua-muda pasti sering mengenakannya. Tentu juga, di lemari selalu terselip koleksi jins. Mulai dari celana pendek, rok, celana panjang, rompi, topi, hingga jas dan jaket.
"Aku suka memakai jins karena kesannya kasual, santai. Untuk acara yang bersifat resmi, biasanya aku padankan dengan blus atau kemeja resmi atau bermotif batik," kata Rianti Cartwright saat ditemui beberapa waktu lalu pada acara peluncuran Denim Destination di lantai dua Debenhams Department Store, Senayan City, Jakarta.
Lain lagi dengan Daniel Mananta yang suka berjins saat santai maupun bekerja. "Bidang pekerjaanku dunia kreatif, tidak ada masalah harus mengenakan jins dengan berkemeja resmi," ujar mantan video jockey MTV itu. Namun, ia mengaku kesulitan mendapatkan koleksi denim yang pas dan nyaman di badan. "Akhirnya, kalau ada kesempatan ke luar negeri, ya, membeli koleksi jins yang sesuai dengan keinginan saya."
Kini Daniel dan para pencinta denim lainnya tak perlu lagi kesulitan mencari denim. Mereka tidak perlu repot-repot ke luar negeri untuk berburu berbagai merek jins ternama dan terbaru. Pasalnya, di Jakarta telah hadir Denim Destination, gerai denim premium.
"Sesuai dengan namanya, tempat ini hadir untuk para pencinta denim premium. Sekarang mereka tidak perlu lagi ke luar negeri untuk beli jins. Harganya sama saja," ujar Fetty Kwartati, Corporate Secretary Mitra Adi Perkasa, pemegang lisensi gerai ini.
Gerai ini menyuguhkan rangkaian koleksi dari 16 merek jins terkemuka, seperti True Religion, 7 for All Mankind, Rock & Republic, Cheap Monday, Ben Sherman, DL 1961, dan Dr Denim. Rencananya, gerai ini menambah lima merek jins ternama lainnya untuk koleksi musim gugur dan musim dingin 2011, seperti Handkerchief, BTI, Naked & Famous, William Rast, dan Wilt.
"Kami senang sekali dapat menjadi bagian dari tempat ini. Tempat ini sesuai dengan filosofi label kami," ujar Paul Kohr, pemilik merek denim asal Swedia, Dr. Denim.
Di gerai seluas 800 meter persegi ini, pengunjung memang bisa membeli aneka produk berbahan denim, mulai dari pernak-pernik hingga rangkaian busana. Harga yang ditawarkan bervariasi. Untuk baju atasan mulai Rp 300 ribu, bawahan Rp 549 ribu hingga Rp 3 juta, dan gaun mulai Rp 699 ribu ke atas. "Saya bahagia sekali. Gerai ini seperti surganya pencinta denim. Meski bukan yang pertama, gerai ini menjadi pilihan bagi pencinta denim seperti saya," kata Rianti.
Gerai khusus jins di Indonesia bukan hal yang baru. Di sejumlah pusat belanja, gerai-gerai aneka produk jins impor bertaburan, seperti Levi's, Lea, Lee Cooper, Louis, dan Hasenda. "Pada dasarnya denim atau jins favorit menjadi saksi perjalanan hidup kita. Selalu ada cerita pada setiap gesekan, sobekan, dan belelnya," kata Eden Bunag, Country Manager Levi's Indonesia, yang menyajikan "Levi's Roadwear" di Sentul City Offroad Park, Bogor, beberapa waktu lalu.
Menurut Eden, kata "jins" lekat dengan merek Levi's. Menurut dia, kata "jins" berasal dari penyerapan bahasa Prancis, "genes", yang berarti Kota Genoa. Di kota di Italia itulah celana denim diproduksi. Namun, asal mula yang sebenarnya berasal dari kota Nimes di Prancis. Sedangkan istilah blue jeans muncul ketika Levi mencelupkan denimnya dengan warna indigo.
Masih cerita Eden, Levi yang bernama lengkap Levi Strauss, adalah pemuda berusia 21 tahun asal Bavaria, Jerman, yang bermigrasi ke San Francisco, Amerika Serikat. Untuk mencoba peruntungannya, Strauss menjual tenda-tenda kanvas kepada para penggali emas. Bukannya tertarik pada tawaran Strauss, para penambang itu malah minta dibawakan celana panjang. "Nama Levi's pun lahir ketika para penambang ketagihan dan mencari 'those pants of Levi's', yang diterjemahkan celana si Levi yang terbuat dari denim," ujar Eden.
HADRIANI P
