TEMPO Interaktif, Jakarta - Sejak remaja, Tari (39) tahun, dikenal dengan rambut indahnya. Rambutnya yang sebatas sepunggung memang berhelai tebal dan berkilau hitam. Alhasil Tari selalu jadi pusat perhatian. Namun, pegawai swasta itu kini terpaksa memangkas pendek rambutnya. "Makin tua makin ribet merawatnya," katanya.
Pangkal masalah itu adalah Tari kesulitan menemukan cara dan produk perawatan yang cocok untuk rambutnya. "Habis serba salah juga. Tiap hari kena debu, berkeringat dan lembap. Akhirnya terpaksa dikeramasi," ujarnya, memberi alasan. Ternyata, karena sering keramas itulah rambutnya menjadi tipis akibat mengalami kerontokan. "Helainya juga makin tipis, jadi bikin tak percaya diri."
Bisa jadi bukan Tari sendiri yang tak lagi yakin bisa menjaga keindahan rambutnya lantaran perubahan iklim dan produk perawatan rambut yang kurang sesuai. Tak mengherankan jika kini semakin jarang perempuan Indonesia yang bisa berambut bak mayang terurai ala generasi ibu dan nenek kita.
Menurut Veronique Schwartz dari L'Oreal Head of Research and Innovation South-East Asia, ada perlunya mengetahui karakter dan masalah umum pada rambut. Pengetahuan itu dirasa penting sebelum memutuskan akan melakukan terapi untuk rambut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Veronique tahun lalu, jenis rambut orang Indonesia memang hampir sama dengan beberapa wanita Asia Tenggara lain, yaitu cenderung tebal, helai yang bulat penuh, dan lurus. "Sangat berbeda dengan karakter rambut wanita Kaukasia di Eropa yang lebih tipis, helainya oval dengan jenis keriting hingga lurus," kata Veronique dalam temu wartawan di W Hotel, Seminyak, Bali, Selasa pekan lalu.
Bahkan, dibandingkan dengan sesama bangsa Asia, seperti Korea, Cina, dan India, karakter rambut wanita Indonesia juga jauh berbeda. "Wanita Indonesia dan Malaysia punya jenis rambut dengan warna yang lebih pekat dan dalam, ada yang keriting di level II dan III dan lebih kasar," kata Veronique.
Nah, karakter ini seharusnya menjadi dasar dalam terapi untuk memperbaiki rambut yang rusak. "Karena," Veronique menambahkan, "rambut tidak seperti kulit yang bisa memperbaiki dirinya sendiri." Salah satu caranya adalah perawatan intensif yang bisa dilakukan sendiri oleh tiap wanita.
Veronique juga menemukan lima masalah rambut yang umum terjadi pada wanita Indonesia, yaitu kasar, kering, rontok, ujung bercabang, dan kusam. Banyak faktor memberi sumbangan pada lima masalah rambut ini. Di samping proses penuaan alami, iklim yang panas dan lembap juga ikut berkontribusi. Panasnya sinar matahari mengikis kutikula (lapisan terluar rambut), merontokkan keratin, dan ceramide alami rambut. Karena lembap ini, seperti yang dialami Tari, orang akan cenderung lebih rajin keramas.
Padahal keramas justru merontokkan kelembapan alami rambut juga. Akibatnya, rambut lebih terasa kering dan mudah pecah ujungnya. Belum sebagian wanita Indonesia memang gemar melakukan penataan unik, baik dengan pengeritingan, pelurusan, maupun pewarnaan. Tanpa disadari, tindakan ini akan membahayakan kesehatan rambut. Bahkan, menyisir rambut terlalu sering pun bisa mengancam kesehatan rambut. Solusinya, "Produk perawatan rambut yang mengandung ceramide cement akan menjaga kutikula rambut yang secara alamiah bentuknya berlapis-lapis," kata Veronique.
Sementara L'Oreal menawarkan komponen ceramide cement untuk memperbaiki rambut rusak, PT Unilever pada pertengahan April lalu juga meluncurkan formula baru, Black Pearl dan UV Filter, untuk menghadang ganasnya sinar matahari. "Formula baru ini untuk menjaga kilau dan warna hitam alami rambut perempuan Indonesia," ujar Hernie Rahardja, Marketing Manager Hair Care PT Unilever Indonesia, di Jakarta, 15 April lalu.
Hernie mengatakan formula utama produk ini adalah dari tanaman urang-aring. Tumbuhan ini berkhasiat merawat rambut hitam. "Karena, berdasarkan survei kami, 87 dari 100 perempuan Indonesia masih mendambakan rambut yang hitam berkilau," kata Hernie. Formula baru ini hasil kolaborasi Sunsilk dengan pakar rambut Jamal Hammadi.
UTAMI WIDOWATI | DIAN YULIASTUTI