TEMPO.CO - Indeks massa tubuh (IMT) anak Anda bisa bercerita banyak mengenai kesehatan mereka. Menurut penelitian terbaru, IMT yang tinggi, yaitu sekitar 85 persen atau lebih dari angka normal, pada usia tujuh tahun terkait dengan peningkatan risiko asma dan alergi pada usia delapan tahun.
Pada anak-anak yang IMT-nya tinggi di usia balita, tapi memiliki IMT normal pada usia tujuh tahun, maka tidak akan meningkatkan risikonya terkena asma atau alergi. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti dari Institute of Environmental Medicine Karolinska Institute di Swedia yang dipimpin Jessica Ohman Magnusson.
Keterkaitan IMT tinggi dan asma hanya ditemukan pada anak-anak yang orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi, tidak pada orang tua yang memiliki riwayat alergi. Penjelasan untuk hal ini adalah karena riwayat alergi orang tua sudah meningkatkan risiko anaknya terkena asma.
Penelitian ini juga menemukan peningkatan risiko berkembangnya alergi terhadap benda asing yang terhirup, seperti bulu binatang piaraan, serbuk sari bunga, debu, dan jamur. Tapi, tidak ditemukan hubungan IMT tinggi dengan risiko berkembangnya alergi makanan.
IMT adalah perhitungan lemak tubuh menggunakan tinggi dan berat tubuh. Untuk menghitung, kalikan berat badan (dalam kilogram) dengan 703. Hasilnya lalu dibagi dengan tinggi badan (dalam inci). Hasilnya lalu akar kuadratkan. Misalkan, berat anak Anda 18 kilogram dengan tinggi badan 90 sentimeter (36 inci), maka IMT-nya adalah 18 x 703 = 12.654 / 36 = 333. Akar kuadrat dari 333 adalah 18,25. Itu berarti IMT anak Anda termasuk normal. IMT normal berkisar antara 18,5 sampai dengan 24,9.
IMT yang tinggi pada usia anak satu, empat, dan tujuh terkait dengan terjadinya asma pada usia delapan tahun. Tidak ada kaitan antara IMT usia bayi (12 bulan-18 bulan) dengan peningkatan risiko terkena asma.
Peneliti sampai pada kesimpulan ini setelah menganalisis rekam medis dari 2.075 anak yang dimiliki sekolah. Orang tua para subyek penelitian diwawancarai untuk mengetahu gejala asma dan paparan benda asing yang membuat anak alergi ketika anak mereka berusia satu tahun, dua tahun, empat tahun, dan delapan tahun. Contoh darah juga diambil ketika anak berusia delapan tahun.
Riset lanjutan dapat dilakukan untuk memahami bagaimana obesitas berdampak pada risiko asma. Penyakit asma merupakan peradangan dan para peneliti yakin bahwa hormon leptin dapat menyebabkan respon peradangan meningkat. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui efek leptin pada asma.
Penelitian in i dipublikasikan dalam Pediatrics edisi Januari 2012. Penelitian ini di antaranya didanai oleh Stockholm Countyu Council+ dan Heart and Lung Foundation.
DAILY RX | DODY
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
29 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya