TEMPO.CO, Jakarta - Ada hubungan yang kuat tetapi kompleks antara level vitamin D dan rasa mengantuk di siang hari juga warna kulit sebagai faktor utama, demikian hasil sebuah studi terbaru.
Studi ini melibatkan 81 pasien di sebuah klinik yang didiagnosis dengan gangguan tidur. Sebagian besar pasien tersebut mengalami gangguan obstructive sleep apnea. Mereka mengalami gangguan bernapas berulang kali saat tidur.
Di antara pasien dengan level vitamin D, diketahui bahwa gangguan tidur tersebut berkaitan dengan rendahnya level vitamin D pasien.
Umumnya pasien yang kekurangan level vitamin D adalah mereka yang berkulit hitam. Hasil penelitian yang dipublikasikan secara online di Journal of Clinical Sleep Medicine 15 Desember 2012 menunjukkan bahwa pasien-pasien dengan level vitamin D lebih tinggi ternyata berkaitan dengan rasa mengantuk yang lebih parah.
"Kami menemukan korelasi yang signifikan antara vitamin D dan rasa mengantuk di siang hari. Hubungannya lebih kompleks daripada yang kita duga," ujar ketua peneliti Dr. David McCarty dalam siaran pers dari American Academy of Sleep Medicine seperti dikutip situs Health Day 15 Desember 2012. "Penting untuk melakukan penelitian lanjutan dan melihat lebih dalam hubungan tersebut."
Studi ini yang pertama kali memperlihatkan hubungan yang kuat antara vitamin D dan rasa ngantuk pada siang hari, ujar para peneliti. Mereka mengatakan hal tersebut masuk akal, sebab ras (warna kulit) akan mempengaruhi hubungan ini. Mereka yang berkulit lebih gelap diketahui berisiko mempunyai level vitamin D yang lebih rendah.
Tubuh memproduksi vitamin D yang disebut vitamin "sinar matahari" ketika kulit terpapar langsung matahari. Meskipun penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara rasa mengantuk dan level vitamin D, tidak ada hubungan sebab-akibat di anatara keduanya.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
2 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.
