TEMPO.CO , London - Stres akan menimbulkan reaksi yang berbeda pada tubuh kita. Para ilmuwan percaya bahwa senyawa dalam tubuh akan berubah saat stres. Tak terkecuali napas.
Para ilmuwan percaya bisa mendiagnosis stres dengan menganalisis napas seseorang. Jika diagnosis ini benar adanya, cara sederhana non-invansif (tanpa memasukan alat ke tubuh) bisa digunakan untuk mengukur kondisi seseorang saat stres.
Dalam percobaan di Loughborough University dan Imperial College London, 22 orang dewasa muda dengan kondisi stres dan kondisi stabil diambil napasnya. Peneliti mengidentifikasi enam penanda dalam napas yang dapat diuji untuk tanda-tanda stres. Hasilnya, dua senyawa metil dalam napas, pentadecane dan indole, meningkat pada mereka yang sedang stres. Selain itu, empat senyawa napas lainnya menurun pada mereka yang stres. Penurunan ini bisa disebabkan oleh perubahan pola pernapasan.
Namun, tim yang menulis laporan ini dalam Journal of Breath Research menilai perlu studi lebih lanjut dan lebih besar cakupannya untuk menemukan hasil yang lebih valid. Misalnya dari kalangan manula. Atau, memasukkan faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi sampel napas seperti pola makan, lingkungan, dan olahraga
Menurut penulis studi ini, Prof Thomas, mungkin senyawa penanda stres dalam napas bisa terkait dengan penyakit lain. "Ini sangat penting untuk diwaspadai," ujarnya. Dia menambahkan, situasi stres dalam studi ini dirancang untuk mensimulasikan kondisi sejauh mungkin, tetapi masih dalam batasan etika.
Thomas mengatakan, jika stres bisa diketahui dengan cara non-invasif, mungkin bermanfaat bagi pasien yang rentan.
Penggunaan napas menjadi metode diagnostik yang menarik bagi kalangan medis. Baru-baru ini peneliti telah menemukan penanda napas yang terkait dengan penyakit TBC, beberapa jenis kanker, penyakit paru, dan asma.
TELEGRAPH| NUR ROCHMI
Berita Lainnya:
Ahli Hukum Klaim Indonesia Perlu Pasal Santet
Kericuhan Warnai Kongres Luar Biasa PSSI
La Nyalla Jadi Wakil Ketua Umum PSSI
Polisi Tangkap Dua Perusak Kantor Tempo
Ini Dia Formula Renault Andalan Alexandra
Berita terkait
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan
42 hari lalu
Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Baca SelengkapnyaKemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja
18 Mei 2022
Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaTips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker
8 Maret 2022
Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.
Baca SelengkapnyaKenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi
30 Desember 2021
Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.
Baca SelengkapnyaSikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan
20 Desember 2021
Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan
Baca SelengkapnyaAsam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung
18 November 2021
Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.
Baca SelengkapnyaMengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali
13 November 2021
Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.
Baca SelengkapnyaManfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik
11 November 2021
Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.
Baca SelengkapnyaSering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya
30 Oktober 2021
Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?
Baca Selengkapnya5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala
24 Oktober 2021
Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.
Baca Selengkapnya