TEMPO.CO, Nusa Dua - Tak semua negara yang mengirim perwakilan ke negaranya mampu membiayai perjalanan ke ajang kontes kecantikan Miss World 2013. Contohnya, Miss Kamerun Denise Valerie Ayena malah datang ke Indonesia atas bantuan salah satu keluarga Indonesia.
“Di negara kami, kemiskinan di mana-mana, sehingga tidak memungkinkan untuk mengirim perwakilan di ajang ini,” katanya saat konferensi pers, Ahad, 8 September, lalu.
Dia lalu menceritakan keikutsertaannya dalam ajang kontes internasional ini merupakan pengalaman pertamanya. Dia sangat senang bisa ikut dalam kontes ini dan datang ke Indonesia. “Mimpi saya bisa datang ke sini akhirnya terwujud setelah ada keluarga Indonesia di sana yang bersedia membiayai," ujarnya.
Indonesia sangat mengingatkannya dengan negara asalnya. Bukan kemiskinan yang menjadi persamaan Indonesia dan Kamerun, namun keberagaman budayanya yang menjadi kesamaan kedua negara itu.
“Persatuan dan kesatuan serta keragaman di Indonesia mirip sekali dengan di Kamerun,” katanya . Dia mencontohkan pengalamannya sendiri. Gadis 23 tahun ini lahir dari keluarga kristiani, namun ia berada di lingkungan masyarakat muslim. Dan kedamaian terjadi di antara masyarakat ini.
Valeri menjadi wakil Kamerun setelah mengalahkan Elizabeth Nkono dan Irene Bertha Fouda. Dia dinobatkan sebagai Miss Kamerun dalam ajang kontes kecantikan yang digelar di The Yaounde Conference Center pada Jumat, 9 Agustus, lalu.
Dalam ajang pemilihan Miss Kamerun saat itu, seorang perancang busana Erma Olierhoek ikut terlibat. Dia merancang busana beberapa peserta yang lolos di babak semifinal kontes tersebut. Erma juga merupakan pemilik butik Belcro, yang membuat koleksi busana Indonesia yang bertempat di Douala.