Suku Bajo, Para Penghuni Perairan Togean  

Reporter

Sabtu, 14 Desember 2013 09:54 WIB

Pulau Papan, Togean, terkenal dengan jembatan kayu dan rumah atas air. Kebanyakan penduduk pulau ini merupakan orang Bajo. Tempo/Ratih Purnama

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam edisi 100 Surga Indonesia ini, Tempo membahas mengenai sejumlah destinasi wisata yang jarang disentuh oleh orang Indonesia. Termasuk salah satunya adalah Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah.

Di kepulauan tersebut, nelayan dari suku Bajo dikenal terlatih melaut sejak lahir di perairan yang terdiri dari 66 pulau kecil itu. Orang-orang suku Bajo tinggal di pulau-pulau kecil di laut Togean. Mereka membangun rumah kayu bertiang tinggi di atas air. Anak-anak menjadikan laut sebagai halaman rumah untuk bermain.

Di beberapa pulau, orang-orang Bajo tinggal bercampur dengan suku lain, seperti Bugis, Makassar, dan Wakai. Hanya di Pulau Kabalutan mereka tinggal sendiri. Orang Bajo berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina Selatan yang hidup nomaden di laut. Pelayaran sejak ratusan tahun silam itu membawa mereka ke perairan Sulawesi hingga Lombok dengan mendirikan kampung besar bernama Labuan Bajo.

Hanya sedikit orang Bajo yang paham asal-usul mereka, bahkan penduduk paling tua sekalipun. Biasanya generasi sekarang hanya tahu ayah-ibu mereka berasal dari kampung Bajo lain di pulau lain sekitar Sulawesi dan Maluku. Tak satu pun menyebut Sulu.

Atraksi orang Bajo menjala ikan dengan menebarkan jaring lalu menepuk laut secara beramai-ramai adalah tontonan yang mengasyikkan, juga pemancing gurita yang hanya bertelekan sampan, sementara separuh badan dan kepalanya menyelam di air. Pemanah ikan adalah cerita paling eksotis dari orang Bajo. Mereka bisa menyelam lima sampai sepuluh menit, bahkan berjalan di dasar laut hanya memakai kacamata, lalu membokong barakuda, ikan ganas dan trengginas, di kedalaman 30 meter.

Di Pulau Papan, yang dihuni 162 keluarga suku Bajo, ada jembatan kayu yang meliuk sepanjang satu kilometer menjadi penghubung ke Pulau Malenge, yang menjadi pusat kelurahan. Suku Bajo yang sudah kawin dengan orang lokal mulai hidup di darat dengan bersekolah dan berbelanja di pasar. Bahkan mereka sudah mengenal politik. Semua kampung Bajo kotor oleh poster calon anggota legislatif yang memajang foto narsistik dan bujukan untuk dipilih di hari pemilihan pada 2014.

Setelah mengelilingi kampung Bajo di perairan Togean, para turis berburu kemegahan laut dengan menyelam. Banyak spot yang keindahan lautnya masih perawan dibanding Bunaken atau Wakatobi. Salah satunya Pulau Una-Una. Juga bangkai kapal pengebom Amerika Serikat yang ditembak pasukan Jepang pada 1945 dan karam di kedalaman 40 meter. Bangkai pesawat itu masih utuh dan menjadi tempat bermukim aneka karang dan jutaan ikan. (Cek #Surga Wisata Indonesia lainnya)

TIM TEMPO | SUTJI

Berita terkait

HUT Kota Makassar: Ini Alasan Kenapa Dijuluki sebagai Kota Daeng

10 November 2023

HUT Kota Makassar: Ini Alasan Kenapa Dijuluki sebagai Kota Daeng

Kota Daeng menjadi salah satu julukan bagi Kota Makassar. Mengapa demikian?

Baca Selengkapnya

Festival Internasional Teluk Lalong Kabupaten Banggai Diramaikan 5 Negara

31 Agustus 2023

Festival Internasional Teluk Lalong Kabupaten Banggai Diramaikan 5 Negara

Dilansir pada Antara, Festival internasional Teluk Lalong Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, diikuti lima negara dengan menampilkan karya seni budaya mereka dalam pembukaan acara tersebut, Kamis.

Baca Selengkapnya

Menikmati Indahnya Sumur Raksasa Air Biru di Pusat Laut Donggala

12 Mei 2023

Menikmati Indahnya Sumur Raksasa Air Biru di Pusat Laut Donggala

Pusat laut Donggala ini berupa sumur raksasa yang ada di tepi laut.

Baca Selengkapnya

5 Keunikan Danau Paisupok, Danau Tersembunyi di Banggai Kepulauan

19 Oktober 2022

5 Keunikan Danau Paisupok, Danau Tersembunyi di Banggai Kepulauan

Ada sejumlah hal menarik yang dapat ditemukan saat berada di Danau Paisupok di Banggai Kepulauan.

Baca Selengkapnya

Pendakian Gunung Lorekatimbu di Taman Nasional Lore Lindu Ditutup Demi Keselamatan

11 Oktober 2022

Pendakian Gunung Lorekatimbu di Taman Nasional Lore Lindu Ditutup Demi Keselamatan

Di kawasan Taman Nasional Lore Lindu memang terdapat sejumlah objek wisata, termasuk gunung untuk aktivitas pendakian dan Danau Tambing.

Baca Selengkapnya

Festival Raodhah, Bagian Haul Guru Tua yang Jadi Agenda Rutin Pariwisata Sulteng

12 Mei 2022

Festival Raodhah, Bagian Haul Guru Tua yang Jadi Agenda Rutin Pariwisata Sulteng

Festival Raodhah merupakan salah satu rangkaian kegiatan pelaksanaan Haul Pendiri Alkhairaat Habib Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri.

Baca Selengkapnya

Banyak Situs Megalitik, Taman Nasional Lore Lindu juga Jadi Destinasi Sejarah

31 Maret 2022

Banyak Situs Megalitik, Taman Nasional Lore Lindu juga Jadi Destinasi Sejarah

Ada ratusan situs megalitik yang tersebar di Lembah Palu, Lembah Napu, Lembah Behoa dan Lembah Bada di Taman Nasional Lore Lindu.

Baca Selengkapnya

Menikmati Indahnya Pesona Pulau Sombori Lewat Festival 3 Hari

11 November 2021

Menikmati Indahnya Pesona Pulau Sombori Lewat Festival 3 Hari

Pulau Sombori di Morowali memiliki keindahan alam bahari yang mempesona, ditambah budaya masyarakat setempat yang unik.

Baca Selengkapnya

Eks Lahan Likuefaksi di Palu akan Dikembangkan Jadi Area Wisata

26 Maret 2021

Eks Lahan Likuefaksi di Palu akan Dikembangkan Jadi Area Wisata

Kawasan eks likuefaksi dan patahan atau sesar itu perlu dikembangkan supaya tidak menjadi kawasan mati.

Baca Selengkapnya

Rute Jelajah Wisata Sulawesi, Keliling 4 Provinsi di Sulawesi

19 Februari 2020

Rute Jelajah Wisata Sulawesi, Keliling 4 Provinsi di Sulawesi

Jelajah Wisata Sulawesi akan terbagi menjadi delapan etape, dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, hingga Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya