Memanah Ikan di Hutan Kayan Mentarang  

Reporter

Editor

Amirullah

Minggu, 15 Desember 2013 15:08 WIB

Kayan Mentarang, Jantungnya Pulau Borneo

TEMPO.CO, Malinau - Di siang yang terik dalam perjalanan menuju Kayan Mentarang pada Oktober lalu, tim Tempo (penulis Qaris Tajudin dan fotografer Aditya Noviansyah) tiba di Apau Ping, desa paling hulu di Sungai Bahau. Satu-satunya desa yang berada di dalam Taman Nasional Kayan Mentarang. Tak ada penginapan di desa dengan 60 rumah kayu ini, jadi kami harus menginap di rumah Kepala Desa Yusuf Apuy.

Dua jam setelah kedatangan kami, ruang tamu rumah Pak Yusuf penuh. Salah satu yang datang adalah Ding Njuk, 28 tahun. Badannya subur dan dia suka tersenyum. Di lengannya ada tato Playboy, oleh-oleh dari Malaysia saat ia bekerja di perusahaan kayu di sana. Ding bersedia mengantar kami menjelajahi hutan di Long Tua, dua hari kemudian. Besok, dia terlalu sibuk mengangkat kayu untuk memperbaiki rumah orang tuanya.

Pada hari kedua, seperti yang sudah direncanakan, kami berangkat menuju Long Tua memakai dua ketinting--perahu sepanjang 3 meter dengan mesin motor kecil. Selain Ding, kami ditemani oleh Dan Salo, Rodes Jan, dan Titus Lawing. Mereka adalah orang Kenyah, suku Dayak terbesar di Malinau. Kecuali Titus yang memiliki badan seperti Rambo. Ia bersuku Punan.

Sebelum sampai di Long Tua, kami berbelok ke anak Sungai Berau. Hanya perlu 15 menit untuk tiba di tempat yang damai. Sungai selebar 20 meter berada di bawah keteduhan pohon-pohon besar. Air mengalir tenang, hampir tanpa riak. Saat mesin tempel dimatikan, kami bahkan bisa mendengar daun-daun bergesekan.

Ding tak menunggu lama. Bersenjatakan panah ikan buatan sendiri, ia langsung menyelam. Satu menit, dua menit, dan hap! Pada menit ketiga ia mengacungkan anak panah yang menembus perut ikan sebesar paha. Ia beristirahat sebentar, lalu masuk lagi ke dalam air, berenang di antara akar-akar pohonan, dan... Ding kembali muncul dengan ikan yang menggelepar.

Saya berenang agak jauh, ke arah bebatuan yang menonjol karena air dangkal, untuk menikmati kesendirian barang sesaat. Sebuah jeram kecil ada di sana, airnya yang berlompatan mengkilat disorot matahari siang yang terang. (Baca Edisi Khusus Surga Wisata Indonesia)

TIM TEMPO | AMIRULLAH

Berita terkait

Jumlah Rute Penerbangan Perintis di Bandara Juwata Kaltara Ditambah

11 Januari 2023

Jumlah Rute Penerbangan Perintis di Bandara Juwata Kaltara Ditambah

Penerbangan perintis di Bandara Juwata telah dilayani sejak 2015 dengan pelayanan terhadap sembilan rute penerbangan.

Baca Selengkapnya

Situs Peninggalan Perang Dunia II di Tarakan akan Dijadikan Destinasi Wisata

17 April 2021

Situs Peninggalan Perang Dunia II di Tarakan akan Dijadikan Destinasi Wisata

Tarakan sempat menjadi benteng pertahanan Belanda di mass Perang Dunia II.

Baca Selengkapnya

Garam Bukan di Laut, tapi di Gunung Krayan dan Diekspor

15 April 2019

Garam Bukan di Laut, tapi di Gunung Krayan dan Diekspor

Garam di Gunung Krayan berkaitan dengan kisah Suku Dayak Lundayeh di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

BI: Rupiah Dapat Terjaga dengan Tingkatkan Sektor Wisata

8 Maret 2019

BI: Rupiah Dapat Terjaga dengan Tingkatkan Sektor Wisata

Bank Indonesia mengajak daerah di Indonesia untuk berperan dalam menjaga kurs mata uang rupiah.

Baca Selengkapnya

3 Karya Kalimantan Utara Diakui Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

15 Oktober 2017

3 Karya Kalimantan Utara Diakui Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Tiga karya budaya Provinsi Kalimantan Utara ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2017.

Baca Selengkapnya

Melihat Identitas Orang Dayak di Kayan Mentarang  

15 Desember 2013

Melihat Identitas Orang Dayak di Kayan Mentarang  

"Hukum adat berperan penting dalam menjaga kelestarian hutan di sana."

Baca Selengkapnya

Kerennya Naluri Warga Kayan Mentarang Saat Berburu  

15 Desember 2013

Kerennya Naluri Warga Kayan Mentarang Saat Berburu  

Selain jejak celeng, kami juga melihat bekas tapak banteng, rusa, juga tai banteng yang masih segar.

Baca Selengkapnya

Kayan Mentarang, Wajah Alam di Masa Adam dan Hawa  

15 Desember 2013

Kayan Mentarang, Wajah Alam di Masa Adam dan Hawa  

Taman Nasional Kayan Mentarang memiliki kawasan hutan primer dan sekunder tua terbesar di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya