TEMPO.CO, Singapura - Kurang tidur sedang dialami oleh sebagian orang, apalagi Piala Dunia Brasil 2014 berlangsung saat bulan Ramadan. Padahal, selain membuat kita menjadi ngantuk di siang hari, kurang tidur ternyata juga bisa menyebabkan penyusutan otak.
Untuk menemukan hal ini, para peneliti dari Duke-NUS Graduate Medical School di Singapura melakukan pemantauan kepada 66 orang dengan usia rata-rata 67 tahun. Peserta kemudian menjalani tes neuropsikologi dan MRI untuk penelitian awal. (Baca: Kurang Tidur Bisa Bikin Gemuk?)
Kemudian, dalam kurun waktu 18-24 bulan, peserta dikumpulkan lagi dan diminta menjawab kuisioner tentang durasi tidur mereka. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ada kaitan antara waktu tidur yang lebih pendek dengan penurunan kemampuan kognitif dan penyusutan otak. (Baca: Tidur Tak Teratur Picu Kerusakan Otak)
"Karena otak bertanggung jawab untuk kemampuan kognitif, penyusutan akan terjadi lebih cepat. Secara statistik, orang yang waktu tidurnya lebih pendek mengalami penyusutan otak sekitar 0,5 persen," kata penulis penelitian Michael Chee, seperti dilaporkan Fox News, Selasa, 1 Juli 2014.
Dari data kuisioner, rata-rata jam tidur para peserta mencapai 6,7 jam. Sedangkan yang mengalami penyusutan otak mengalami kurang tidur hampir satu jam dari rata-rata. Kerusakan ini memang baru terlihat di usia tua. Namun, Chee mengimbau agar masyarakat muda mulai memperhatikan jam tidur agar hal ini tidak terjadi di hari tua nanti.
"Kami berencana akan melakukan pemantauan pada peserta dalam waktu empat sampai enam tahun lagi agar bisa mengetahui dampak masalah ini dalam jangka panjang," kata Chee. (Baca: Kurang Tidur, Wanita Lebih Pemarah di Pagi Hari)
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
9 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.
