Dua orang model berpose saat memperagakan koleksi busana terbaru dari desainer Hengki Kawilarang dalam peragaan busana Konser Ramadan Plaza Senayan, di Atrium Plaza Senayan Jakarta (12/7). TEMPO/Nurdiansah
TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya perancang senior yang unjuk diri dalam acara Ramadhan Fashion Deligth yang berlangsung di Kota Kasablanka pada akhir pekan lalu. Kehadiran tiga perancang muda Tuti Akbar, Ayu Dyah Andari, dan Ary Arka turut meramaikan acara ini.
Tuti Akbar, perancang muda berbakat yang memiliki label Ethicia Indonesia dan Naturalis by Ethnicia sejak 2009 lalu, memiliki garis rancang sederhana dan unik. "Garis rancangan saya adalah bohemian chic yang menggunakan wastra atau kain Nusantara," kata Tuti, yang malam itu menghadirkan tema Le Fleur Colorees.
Tema ini diakui Tuti terinspirasi keindahan dan keberagaman kebaya Nusantara yang berkembang di seluruh Indonesia. Melalui tangan dinginnya, Tuti menghadirkan desain yang lebih modern dan muda. "Koleksi kebaya dipadukan kain jumputan khas Palembang yang diolah dalam berbagai gaya," ujar Tuti, yang menghadirkan bordir bunga dengan warna lembut.
"Sangat pas, bisa tampil mewah meski sederhana, nyaman dan bersahaja saat dikenakan untuk ber-minal aidin wal faizin," kata wanita berkacamata ini.
<!--more-->
Perancang Ayu Dyah Andari menyajikan tema La Princesse de Lumiere. Menurut wanita berhijab ini, impian setiap perempuan ingin tampil bak seorang putri yang anggun.
"Tema ini berarti Putri Cahaya dengan garis rancangan gaun sederhana, rok berpola melebar supaya seseorang yang mengenakannya merasa seperti seorang putri," kata Ayu sambil menjelaskan warna segar dan cerah pada koleksinya bak lukisan cahaya pelangi yang melambangkan percerahan indah, yang biasa didapat saat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan.
"Koleksi ini dilengkapi dengan mutiara yang cocok dikenakan wanita usia mulai 20 hingga 50 tahun," kata Ayu.
Adapun Ary Arka berkreasi melalui My Jelly Seaweed. "Koleksi ini terinspirasi dari keindahan tanaman bawah laut, khususnya rumput laut atau jeli, yang menggemaskan," kata Ary, yang memiliki label Abee sejak tahun 2010. Menggunakan kain lokal, label ini mengkhususkan diri pada busana muslim pria.
"Tetapi kali ini kami coba menghadirkan busana muslim wanita memakai tenun gedok Lombok bercampur sutra satin, katun berdetail sulam dan payet," kata Ary.