TEMPO.CO, Jakarta - Pemandangan yang bsering terjadi dalam sebuah keluarga. Si adik dan kakak saling berebut sesuatu. Adalah Wistara Bima Zehan Bei yang berebut minuman isotonik dengan adiknya, Wiyakta Beryl Ziyan Bei. Dua bocah balita ini merengek untuk diizinkan menenggak air tersebut. Ibu mereka pun mengizinkan. “Asal tidak terlalu sering,” ujar Wiyanti Budi Lestari, dua hari lalu. (Baca: 4 Kebaikan Minum Air Ketika Bangun Tidur)
Perempuan 31 tahun ini membatasi pilihan minuman untuk dua putranya. Minuman utama adalah susu dan air putih. Untuk selingan, disediakan es krim dan minuman probiotik dalam lemari pendingin. Ia tak membiasakan anaknya membeli jajanan di luar rumah. Sesekali, masih dibolehkan jika Zehan, 3,5 tahun, dan Beryl, 2 tahun, mencoba rasa lain. Misalnya teh, kopi atau soda. “Supaya mereka kenal rasanya,” ujar Wiyanti.
Selama ini, Zehan dan Beryl tidak banyak protes. Saban melihat orang tuanya meminum minuman “asing”, dua bocah itu mewek dan minta dibagi. Tapi, sekali Wiyanti bilang tidak boleh, rengekan itu pun terhenti.
“Aku selalu menyiapkan minuman buat mereka,” kata pegawai negeri di Pulau Bangka tersebut. Saban pagi, siang, dan malam kedua anaknya dia sediakan dua botol susu. Di sela-sela aktivitas harian, mereka diberi air putih. “Minumnya banyak, sehari bisa delapan gelas.”
Kebiasaan yang dilakoni dua balita tersebut, menurut dokter spesialis anak Sudung Pardede, sudah benar. “Sesekali boleh minum yang berwarna dan berasa, tapi jangan sampai harian,” ujar dia dalam acara lokakarya “Hidrasi Sehat pada Anak”, di Hotel Double Tree, Jakarta, awal bulan ini.
“Balita yang masih dalam tahap tumbuh-kembang tidak membutuhkan minuman selain air putih dan susu,” kata pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. Minuman yang beraneka rasa, Sudung menambahkan, biasanya mengandung banyak kalori dan menjerumuskan anak ke dalam obesitas.
“Sayangnya, banyak anak Indonesia yang diperkenalkan terlalu dini dengan minuman yang bukan kebutuhannya.” Padahal, kata dokter spesialis gizi Saptawati Bardosono, rasa awal yang dicecap anak akan melekat seumur hidupnya. “Air putih harusnya yang pertama yang dinikmati bayi setelah air susu ibu,” ujar dia. (Baca: Ini 4 Manfaat Infused Water dengan Buah)
Rasa air putih yang datar mendorong selera anak untuk mengkonsumsi makanan bergizi, yaitu sayuran. Sebaliknya, rasa manis dari minuman berwarna membuat anak sulit menelan sayur yang tidak berasa. “Minuman itu akan membuat kecanduan, karena rasa manis itu paling disukai anak-anak,” kata Saptawati. Ketua Indonesian Hydration Working Group ini menyarankan para ibu dan pengasuh balita agar hanya menyediakan air putih sebagai pendamping ASI.
Volumenya bergantung pada berat, usia, dan aktivitas anak. “Tidak ada ketentuan pasti tentang kebutuhan air pada anak,” ujar Sudung. Anggota Asian Pediatric Nephrology Association ini mengatakan perhitungan mudahnya berkisar 10–15 persen berat dari badan anak. Jadi untuk anak dengan berat 10 kilogram, kebutuhan airnya sekitar 1,5 liter per hari.
Sudung mewanti-wanti orang tua untuk mewaspadai dehidrasi pada anak. Para orang tua, dia menambahkan, sering tidak sadar anaknya kurang minum. Sebab, para bocah itu belum bisa mengutarakan keinginan mereka.
Kurang air putih berbuntut panjang. Dokter lulusan Universitas Kristen Indonesia itu mengatakan dehidrasi membuat anak emosional dan mengalami gangguan saraf. “Kalau sudah akut, bisa membuat kejang di otak, edema atau pembengkakan, hingga gagal jantung,” kata dia. (Baca: Air Putih Tingkatkan Ketajaman Otak)
DIANING SARI
Terpopuler
Gaya Anggun Sederhana Veronica Ahok
Ketika Janur Indonesia Bersolek
Veronica Ahok Serukan Sadari untuk Atasi Kanker
Dokter Negeri Jiran Ogah Beri Data Rekam Medis
Kaum Lansia Sering Menyimpan Depresi