Awas, Kebanyakan Duduk Bikin Tulang Rapuh  

Reporter

Editor

Isma Savitri

Senin, 10 November 2014 19:15 WIB

TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Sejam sekali Budiyono beranjak dari tempat duduknya. Pegawai negeri sipil ini kemudian berkeliling ruangan. "Sekitar lima sampai sepuluh menitlah, biar nggak kaku," kata dia ketika dihubungi Tempo, pekan lalu. Setiap tiga puluh menit ia meregangkan otot-otot yang tegang setelah berjibaku di depan komputer.

"Ritual" ini rutin dilakukannya sejak ia menderita peradangan di bagian tulang ekor setahun lalu. Sampai dua hari pria 31 tahun ini harus terbaring di kasur. Bagian tulang ekor dan pantatnya terasa nyeri ketika ia berjalan. Bahkan, untuk duduk saja ia merasa kesakitan. "Dokter bilang otot di tulang belakangku kaku dan meradang," ujar Budiyono. Penyebabnya, menurut sang dokter, adalah salah posisi duduk dan terlalu banyak duduk.

Bila dihitung-hitung, waktu duduk yang dihabiskan ayah dua anak ini memang hampir 12 jam sehari. Dari ia duduk di jok motor selama empat puluh menit, dalam perjalanan pulang dan pergi rumah-kantor. Tiba di ruangannya, ia hanya berjalan sedikit menuju lift, lalu duduk di depan komputer. Kurang-lebih delapan jam pantatnya menempel ke kursi. Waktu istirahatnya pun dia habiskan sekitar setengah jam dengan bercengkerama dengan sejawatnya di kantin sambil duduk-duduk juga.

Budiyono adalah contoh kasus yang juga dialami 401 responden dalam survei yang digelar Fonterra tahun 2013. Perusahaan susu dan produk turunannya ini menemukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki gaya hidup tidak aktif. "Rata-rata orang menghabiskan tujuh jam di hari kerja dan lima jam di akhir pekan untuk duduk," kata Arief Tjakaraamidjaja, Marketing Manager Fonterra Brands Indonesia, di mal Kota Kasablanka, Jakarta, beberapa waktu lalu. (Baca juga: Banyak Duduk Percepat Kematian)

Padahal dengan tidak bergerak, tulang justru menjadi cepat rapuh dan patah. Duduk yang terlalu lama bisa menyebabkan nyeri tulang belakang, seperti yang terjadi pada Budiyono. Dampaknya tak cuma terhadap tulang belakang. Menurut data Badan Kesehatan Dunia tahun 2011, saat ini lebih dari 60 persen penyebab kematian di dunia karena penyakit tidak menular. Penyebab penyakit yang banyak timbul karena gaya hidup sedenter ini adalah kurang gerak dan makan tidak proporsional. Lahirlah penyakit seperti diabetes, obesitas, osteoporosis, osteoartritis, hingga kanker.

Menurut survei Fonterra, hanya 18 persen masyarakat Indonesia yang berolahraga secara teratur. Pria hanya 22 persen yang rutin berlatih tiap hari. Adapun perempuan lebih kecil lagi, cuma 14 persen saja yang meluangkan waktu untuk menggerakkan otot-otot tubuhnya.

American College of Sport Medicine dan American Heart Association pada 2007 menyarankan, setidaknya perlu 30 menit per hari untuk berjalan. "Jika dilakukan rutin, itu cukup untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan," kata Ade. Tentunya ini diikuti dengan pola makan sehat. (Baca juga: Lima Cara Jaga Kesehatan Tulang)

DIANING SARI

Terpopuler:
Guru Yoga Jennifer Anniston Akan Kunjungi Jakarta
Benarkah Kangen Water Bikin Sehat?
Air Kelapa Tua Bisa Gantikan Kangen Water
Wanita Indonesia Rentan Obesitas
Perlindungan Kulit dari Radikal Bebas

Berita terkait

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

15 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

COP10 WHO FCTC Raih Sejumlah Kesepakatan, dari Perlindungan hingga Deklarasi Panama

58 hari lalu

COP10 WHO FCTC Raih Sejumlah Kesepakatan, dari Perlindungan hingga Deklarasi Panama

Sesi kesepuluh Konferensi Para Pihak (COP10) Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau WHO FCTC menghasilkan sejumlah kesepakatan jangka panjang.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Tutup Puskesmas Kelurahan Jati II: Dialihfungsikan Jadi Upaya Kesehatan Masyarakat

30 September 2023

Heru Budi Tutup Puskesmas Kelurahan Jati II: Dialihfungsikan Jadi Upaya Kesehatan Masyarakat

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi memutuskan menutup Puskesmas Kelurahan Jati II di Pulogadung. Apa Alasannya?

Baca Selengkapnya

Polusi Udara, Mayoritas Warga Jakarta Ternyata Masih Abai Proteksi Diri

26 Agustus 2023

Polusi Udara, Mayoritas Warga Jakarta Ternyata Masih Abai Proteksi Diri

Indikasi polusi udara dan himbauan itu ternyata belum membuat warga Jakarta mengubah kebiasaan untuk mengutamakan proteksi diri.

Baca Selengkapnya

Dampak El Nino pada Kesehatan Masyarakat Harus Diantisipasi

7 Agustus 2023

Dampak El Nino pada Kesehatan Masyarakat Harus Diantisipasi

Kewaspadaan terhadap potensi munculnya penyakit yang dipicu dampak El Nino harus diantisipasi dengan tepat dan segera.

Baca Selengkapnya

Energi Bersih Cegah 180 Ribu Kematian di Indonesia, Begini Penjelasannya

25 Juli 2023

Energi Bersih Cegah 180 Ribu Kematian di Indonesia, Begini Penjelasannya

Apa yang dimaksud energi bersih, benarkah bisa menyelamatkan ratusan ribu nyawa manusia?

Baca Selengkapnya

Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Keperawatan UI Raih Akreditasi Internasional AHPGS

11 April 2023

Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Keperawatan UI Raih Akreditasi Internasional AHPGS

tiga program studi FKM dan satu program FIK Universitas Indonesia (UI) meraih akreditasi internasional dari AHPGS.

Baca Selengkapnya

CISDI Soal RKUHP yang Baru Disahkan: Relawan Kesehatan Seksual Rentan Alami Kriminalisasi

7 Desember 2022

CISDI Soal RKUHP yang Baru Disahkan: Relawan Kesehatan Seksual Rentan Alami Kriminalisasi

CISDI menyebut RKUHP yang baru disahkan kemarin luput mempertimbangkan perspektif kesehatan masyarakat dalam proses pembahasannya.

Baca Selengkapnya

Dr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat

9 Agustus 2022

Dr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat

Penjenamaan rumah sehat akan memfungsikan ilmu kedokteran tentang pencegahan penyakit. Layanan digital terintegrasi SATU SEHAT menjadi langkah mengoptimalkan pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Rancangan Peraturan Pelabelan BPA untuk Lindungi Masyarakat

28 Juli 2022

Rancangan Peraturan Pelabelan BPA untuk Lindungi Masyarakat

Rancangan peraturan pelabelan BPA sama sekali tidak melarang penggunaan kemasan galon polikarbonat

Baca Selengkapnya