Seornag petugas kesehatan memberikan penjelasan tentang Inveksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS kepada pelaku hubungan sejenis (gay) di kantor Yayasan Ikatan Gay Malang, 22 Agustus 2014. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Mayoritas masyarakat Indonesia belum memahami soal HIV AIDS. Hal itu terbukti dari survei Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA) terhadap penduduk berusia 15 tahun ke atas, cuma 57 persen yang pernah mendengar istilah HIV AIDS. Sisanya, 42 persen sama sekali belum pernah mendengar. (Baca: Tren Kaum Gay di Tangerang Meningkat?)
Pertanyaan selanjutnya, sejauh mana pemahaman 57 persen masyarakat itu? IBCA kembali melakukan survei dengan melayangkan pertanyaan sederhana. Misalnya: apa itu AIDS? Hasilnya mengejutkan. Sebanyak 88,6 persen responden belum paham sedangkan yang memahami hanya 11,4 persen.
Manager program IBCA, Yuli Simarmata, menilai hal ini mengkhawatirkan karena biasanya orang tidak menyadari ketika terinfeksi. Ia menjelaskan gejala HIV AIDS terjadi dalam beberapa tahap. Infeksi virus HIV merusak bagian tubuh seseorang melalui dua cara, yaitu langsung menyerang organ tubuh penderita, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga memungkinkan terjadinya serangan penyakit lain. (Baca: Hari AIDS, Ratusan Napi di Kendari Jalani Tes HIV)
"Human immunodeficiency virus langsung merusak kekebalan tubuh manusia," kata Yuli kepada Tempo, Jumat, 28 November 2014.
Yuli menambahkan, HIV dengan cepat akan merusak kekebalan tubuh (limposit T CD4). Setelah itu, virus ini akan bermutasi dalam bentuk berbagai tipe. "HIV merusak CD4 sehingga jumlahnya akan berkurang terus-menerus. (Baca: Pecandu Narkoba Kena HIV/Aids Capai 4 Juta)
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.