Tukang Batu ala Rosalyn Citta Paramitha
Editor
Hadriani Pudjiarti
Selasa, 16 Desember 2014 10:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rak berisi sejumlah kotak seukuran kotak korek api itu menempati sudut ruang lantai tiga kantor tanpa papan nama di Jalan Jambu Nomor 54, Menteng, Jakarta Pusat. Rosalyn Citta Paramitha, pemilik kantor itu, membuka beberapa di antaranya. Isinya batu alam, sudah dipotong dan dibentuk. (Baca: Gelang Intel Pesaing Apple Watch)
Di antara batu-batu itu, ada batu pancawarna, ada pula yang berbentuk mirip topeng Papua. “Ini batu dari Sumatera, kayak ujung stalaktit,” kata Citta saat ditemui di kantornya pada Senin akhir November lalu. Ia juga menunjukkan tiga batu berbuku-buku seperti cacing.
Citta datang dari keluarga pencinta batu. Ayahnya, dokter gigi di Jakarta, gemar mengoleksi batu alam Nusantara. Kakeknya juga pemburu batu alam dari berbagai belahan dunia. Lantaran hidupnya selalu dikelilingi oleh batu alam, Citta akhirnya tertarik untuk memahami batu dengan beragam corak itu. (Baca: Festival Mutumanikam Nusantara Indonesia Digelar)
Meski kini perempuan yang lahir di Jakarta pada 19 Oktober 1987 itu fasih berbicara soal batu alam, ia mengaku tak pernah belajar secara formal tentang seluk-beluk batu tersebut. “Benar-benar hanya dari dengerin orang ngobrol saja,” ujarnya.
Ketertarikannya terhadap batu pun bukan dimulai sejak kecil. Seperti kebanyakan anak-anak sepantaran, Citta lebih menyukai buku komik. Bahkan tak jarang ia membuat sendiri buku komik dengan meniru komik asal Jepang, seperti Marry Chan dan Sailor Moon. “Bikinnya waktu jam pelajaran,” katanya. (Baca: Bila Maling Tak Lagi Kompak)
Hanya, hobi menggambarnya itu tak ia lanjutkan saat kuliah. Walau tak jauh-jauh dari urusan coret-mencoret, Citta memilih bidang desain busana di Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura. Setelah tamat, ia melanjutkan mengambil master di bidang yang sama di Instituto Marangoni, Milan, Italia.
Di Italia, Citta banyak menimba ilmu soal fashion. Bukan sekadar soal cara merancang busana, tapi juga belajar bahwa fashion itu lebih menjurus ke bisnis. “Seratus persen bisnis. Ini bukan bidang yang saya harapkan,” ucapnya. “Saya ingin membuat karya seni dan cari media yang bisa saya tangani sendiri.” (Baca: Bertabur Gaya di Karpet Merah)
Maka, sejak 2010, berkat dukungan sang ayah, Citta memutuskan membangun bisnis perhiasan. Ia menggeluti batuan Design Essentials yang menyediakan batu-batu alam untuk perhiasan atau koleksi. Namun ketertarikan sesungguhnya adalah pada perancangan perhiasan di bawah bendera Rosalyncitta.
Selain itu, obsesi utamanya adalah ingin karyanya dikenal dunia. Pada 2012, di Milan, mimpinya itu menemui jalan. Ia pun mengikuti Vogue Talents Corner yang diselenggarakan majalah Vogue. Lantaran tak memiliki label busana, ia menggandeng rekan semasa kuliahnya di Milan asal Cina yang memiliki label busana Ricostru. “Gayanya minimalis dan clean-cut. Cocok dengan saya,” kata Citta. (Baca: Pesona Bintang di Karpet Merah Golden Globe)
Setelah tampil di Vogue Talents Corner, karyanya melanglang buana, termasuk di Jepang. Sedangkan di Tanah Air, karya Citta turut memeriahkan Jakarta Fashion Week dan pameran perhiasan Mutu Manikam di Jakarta pada akhir November lalu.
Uniknya, meski banyak mendesain perhiasan, Citta menolak disebut sebagai desainer. “Lebih tepat tukang,” ujarnya. Alasannya, hampir semua rancangan perhiasannya dibuat sendiri, seperti mengebor dan menghaluskan. “Sekitar 60 persen setiap piece harus melewati tangan saya,” kata Citta, yang menyebut setiap karyanya dengan piece lantaran tak dibuat massal.
Salah satu ciri karya Citta adalah perhiasan dari tembaga yang dibiarkan teroksidasi. Akan tampak pola tak rata di setiap karyanya, yang seakan berkarat. Selain itu, hampir tak pernah ada sambungan dalam setiap perhiasannya. “Karena saya suka infinity,” ucap Citta. (Baca: Perhiasan Imitasi Sebabkan Alergi Kulit)
KURNIAWAN | HP
Terpopuler
Heboh Miss World 2014, Siapa Juaranya?
Posisi BAB Terbaik, Jongkok atau Duduk?
Orang Indonesia Hanya Lahap Satu Buku Per Tahun
Gaya Tie Dye Shibori Jepang dalam Stola dan Scarf
Jelang Perayaan Natal, Cemara Hias Laris Manis